Merawat Persaudaraan Islam
Oleh Teuku Zulkhairi Sesungguhnya persaudaraan Islam itu sangat indah. Terdapat banyak sekali keutamaan orang-orang yang mau memupu...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2017/08/merawat-persaudaraan-islam.html
Sesungguhnya
persaudaraan Islam itu sangat indah. Terdapat banyak sekali keutamaan
orang-orang yang mau memupuk dan merawat tali persaudaraan Islam. Alasan utama
kita perlu memupuk dan merawat persaudaraan Islam adalah aqidah.
Sesungguhnya aqidah Islam mengajarkan kita untuk peduli pada umat Islam dimana saja, bahkan di berbagai belahan dunia lain. Tidak hanya di sekitar kita. Sebab, ikatan aqidah sesungguhnya tidak dibatasi oleh batas teritorial, negara dan bahkan oleh zaman sekalipun.
Sesungguhnya aqidah Islam mengajarkan kita untuk peduli pada umat Islam dimana saja, bahkan di berbagai belahan dunia lain. Tidak hanya di sekitar kita. Sebab, ikatan aqidah sesungguhnya tidak dibatasi oleh batas teritorial, negara dan bahkan oleh zaman sekalipun.
Dimanapun
seorang muslim itu berada, maka dia adalah saudara bagi muslim lainnya. Dalam
Alquran dijelaskan, ‘orang-orang mukmin itu adalah bersaudara’. Sementara pada
ayat lain, ditegaskan perintah kepada umat Islam untuk senantiasa bersatu dan
larangan berpecah belah.
Oleh
sebab itu, agar persaudaraan ini terbina dan terawat dengan baik, Islam meminta
kita untuk saling mengenal/li ta’arafuu (lihat QS Al Hujarat ayat 13) di tengah
berbagai perbedaan dan jarak yang memisahkan.
Dan
Rasulullah Saw juga menegaskan, “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling
mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh
sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.”
[HR. Muslim].
Artinya,
kita mesti mengenal dan memahami kondisi dan keadaan muslim lainnya dimana
saja, di berbagai belahan dunia, lalu mencintai dan mengisihinya, karena mereka
adalah seperti bagian dari tubuh kita yang jika mereka sakit maka kita sudah
semestinya ikut merasa sakit.
Penegasan
aqidah Islam atas hal semacam ini tentu sangat relevan sekali kita
revitalisasikan kembali dalam kondisi dunia Islam saat ini yang terpecah belah
dan didera kenestapaan yang memiriskan hati.
Saat
ini kita menyaksikan umat Islam di berbagai belahan dunia yang hidup dalam
ketidak pastian dimana mereka menghadapi cobaan hidup yang begitu berat. Kita
menyimak bagaimana bencana kelaparan yang melanda Afrika di negeri muslim
seperti Somalia dan lain-lain akibat kemarau panjang yang mendera.
Di
belahan bumi lainnya, belum selesai tangisan kita menyaksikan penderitaan
muslim di Gaza-Palestina akibat blokade Israel dan Mesir, penderitaan muslim
Uighur di China, Muslim Rohingya di Arakan, di Suriah dan sebagainya yang
hidupnya dalam ketidakpastian panjang.
Bahkan,
kini kita kembali teriris dan tersayat-sayat saat menyaksikan negara-negara
Teluk yang muslim justru menerapkan blokade mereka atas Qatar -- sebuah negeri
yang juga berpenduduk Muslim -- dengan alasan yang diluar logika sehat.
Jadi
sungguh kondisi umat Islam serta persaudaraan di antara mereka betul-betul
sedang berada pada titik nadir yang memiriskan hati dan menyayat-nyayat nurani
terdalam kita.
Padahal,
dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw menyatakan, “Siapa yang membantu
menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai
kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan
di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan
orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya
di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu
menolong saudaranya” [H.R. Muslim].
Lalu
apa peran kita dan bagaimana kita menunjukkan kepedulian atas saudara muslim
kita di berbagai belahan dunia yang sedang menderita tersebut? Tentu banyak.
Minimal sekali yaitu mendo’akan mereka, karena do’a adalah senjata orang-orang
beriman. Do’a akan menjadi media pertemuan nurani kita di hadapan Allah Swt
atas penderitaan yang dihadapi muslim lainnya.
Apalagi
di bulan Ramadhan ini dimana do’a-do’a kita sangat memungkinkan untuk
diistijabah oleh Allah Swt. Selain
do’a, donasi kita juga sangat membantu mereka, serta tentu saja insya Allah
juga akan membantu kita di akhirat dengan donasi tersebut. Di sini kita
bersyukur kepada saudara muslim kita di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya
yang berjuang keras menggalang donasi beras untuk Afrika dari masyarakat Aceh.
Kabarnya, bantuan beras dari masyarakat Aceh sebanyak enam ton yang disalurkan via Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah donasi masyarakat Indonesia di berbagai provinsi lainnya. Tentu ini adalah hal yang patut kita syukuri dan kita teruskan agar solidaritas muslim ini kembali kuat dalam bangunan peradaban kita.
Dan
kita juga bersyukur kepada Imam-imam qiyamullail (shalat malam) dan
khatib-khatib di Aceh yang ikut mendo’akan umat Islam di berbagai belahan dunia
dalam qunut nazilah mereka, seperti Imam qiyamullail di Masjid Al-Makmur
Lamprit.
Saya
menyaksikan dan mendengar suara tangisan masyarakat Aceh saat do’a-do’a itu
dipanjatkan di Masjid Al-Makmur, subhanallah. Kita berharap semua imam
melakukan hal serupa, memanjatkan do’a untuk umat Islam di berbagai belahan
dunia yang ditimpa kenestapaan panjang dalam hidup mereka.
Namun,
selain do’a yang dipanjatkan Imam shalat, sesungguhnya kita juga bisa
mendo’akan secara pribadi dalam do’a-do’a kita.
Silaturrahmi di Hari Raya
Sementara
itu, Islam juga meminta kita untuk memperkuat silaturrahmi dengan sesama
muslim. Silaturrahmi tentu saja cara terbaik untuk memupuk tali persaudaraan.
Bahkan, terdapat balasan yang sangat agung jika kita bersilaturrahmi.
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).
Oleh
sebab itu, bulan Ramadhan ini adalah momentum kita untuk meningkatkan jalinan
persaudaraan Islam. Baik dengan muslim yang jauh, dan apalagi dengan muslim
yang di dekat kita. Jadi, muslim sejati itu memang pantang sekali hanya peduli
pada dirinya sendiri. Dan Idul Fitri beberapa hari lagi adalah momentum terbaik
untuk memperluat silaturrahmi.
Mari
kunjungi kembali saudara-saudara kita, guru-guru kita, teman-teman kita dan
muslim lainnya. Jabat tangan mereka dan mintalah maaf atau maafkan seluruh
kesalahannya agar Allah Swt merindhai hidup kita. Tidak ada yang luput dari
kesalahan di dunia ini, maka yang terbaik adalah yang mau memaafkan.
Kesediaan
kita untuk saling memaafkan adalah perwujudkan dan keberhasilan ibadah puasa
yang kita kerjakan, dimana Alquran menegaskan bahwa di antara ciri-ciri orang
yang bertaqwa adalah ‘mereka yang mau memaafkan’. Jadi mari silaturrahmi dan
mari saling meminta maaf dan memaafkan. Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah dua
muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di
antara keduanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Daud dll).
Dalam
konteks yang lebih luas di level lokal, persaudaraan Islam juga bisa kita
wujudkan dengan membangun dialog-dialog dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengan
kita di tengah-tengah umat Islam. Begitu banyak perbedaan di antara kita,
tetapi hal yang mesti kita ingat bahwa ‘persatuan adalah wajib’ sebagaimana
disebutkan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 103.
Maka
dialog-dialog dan silaturrahmi antar komunitas dan jamaah umat Islam adalah
suatu keniscayaan karena dengan cara seperti itu kita akan saling memahami dan
mengenal sehingga tali persaudaraan Islam akan selalu kuat dan terawat. Wallahu a’lam bishshawab. []