Merawat Persaudaraan Islam

Oleh Teuku Zulkhairi Sesungguhnya persaudaraan Islam itu sangat indah. Terdapat banyak sekali keutamaan orang-orang yang mau memupu...




Oleh Teuku Zulkhairi


Sesungguhnya persaudaraan Islam itu sangat indah. Terdapat banyak sekali keutamaan orang-orang yang mau memupuk dan merawat tali persaudaraan Islam. Alasan utama kita perlu memupuk dan merawat persaudaraan Islam adalah aqidah.

Sesungguhnya aqidah Islam mengajarkan kita untuk peduli pada umat Islam dimana saja, bahkan di berbagai belahan dunia lain. Tidak hanya di sekitar kita. Sebab, ikatan aqidah sesungguhnya tidak dibatasi oleh batas teritorial, negara dan bahkan oleh zaman sekalipun.
Dimanapun seorang muslim itu berada, maka dia adalah saudara bagi muslim lainnya. Dalam Alquran dijelaskan, ‘orang-orang mukmin itu adalah bersaudara’. Sementara pada ayat lain, ditegaskan perintah kepada umat Islam untuk senantiasa bersatu dan larangan berpecah belah. 

Oleh sebab itu, agar persaudaraan ini terbina dan terawat dengan baik, Islam meminta kita untuk saling mengenal/li ta’arafuu (lihat QS Al Hujarat ayat 13) di tengah berbagai perbedaan dan jarak yang memisahkan.

Dan Rasulullah Saw juga menegaskan, “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]. 

Artinya, kita mesti mengenal dan memahami kondisi dan keadaan muslim lainnya dimana saja, di berbagai belahan dunia, lalu mencintai dan mengisihinya, karena mereka adalah seperti bagian dari tubuh kita yang jika mereka sakit maka kita sudah semestinya ikut merasa sakit. 

Penegasan aqidah Islam atas hal semacam ini tentu sangat relevan sekali kita revitalisasikan kembali dalam kondisi dunia Islam saat ini yang terpecah belah dan didera kenestapaan yang memiriskan hati.

Saat ini kita menyaksikan umat Islam di berbagai belahan dunia yang hidup dalam ketidak pastian dimana mereka menghadapi cobaan hidup yang begitu berat. Kita menyimak bagaimana bencana kelaparan yang melanda Afrika di negeri muslim seperti Somalia dan lain-lain akibat kemarau panjang yang mendera.

Di belahan bumi lainnya, belum selesai tangisan kita menyaksikan penderitaan muslim di Gaza-Palestina akibat blokade Israel dan Mesir, penderitaan muslim Uighur di China, Muslim Rohingya di Arakan, di Suriah dan sebagainya yang hidupnya dalam ketidakpastian panjang.

Bahkan, kini kita kembali teriris dan tersayat-sayat saat menyaksikan negara-negara Teluk yang muslim justru menerapkan blokade mereka atas Qatar -- sebuah negeri yang juga berpenduduk Muslim -- dengan alasan yang diluar logika sehat.

Jadi sungguh kondisi umat Islam serta persaudaraan di antara mereka betul-betul sedang berada pada titik nadir yang memiriskan hati dan menyayat-nyayat nurani terdalam kita.

Padahal, dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw menyatakan, “Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya” [H.R. Muslim].

Lalu apa peran kita dan bagaimana kita menunjukkan kepedulian atas saudara muslim kita di berbagai belahan dunia yang sedang menderita tersebut? Tentu banyak. Minimal sekali yaitu mendo’akan mereka, karena do’a adalah senjata orang-orang beriman. Do’a akan menjadi media pertemuan nurani kita di hadapan Allah Swt atas penderitaan yang dihadapi muslim lainnya.

Apalagi di bulan Ramadhan ini dimana do’a-do’a kita sangat memungkinkan untuk diistijabah oleh Allah Swt. Selain do’a, donasi kita juga sangat membantu mereka, serta tentu saja insya Allah juga akan membantu kita di akhirat dengan donasi tersebut. Di sini kita bersyukur kepada saudara muslim kita di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya yang berjuang keras menggalang donasi beras untuk Afrika dari masyarakat Aceh.


Kabarnya, bantuan beras dari masyarakat Aceh sebanyak enam ton yang disalurkan via Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah donasi masyarakat Indonesia di berbagai provinsi lainnya. Tentu ini adalah hal yang patut kita syukuri dan kita teruskan agar solidaritas muslim ini kembali kuat dalam bangunan peradaban kita.

Dan kita juga bersyukur kepada Imam-imam qiyamullail (shalat malam) dan khatib-khatib di Aceh yang ikut mendo’akan umat Islam di berbagai belahan dunia dalam qunut nazilah mereka, seperti Imam qiyamullail di Masjid Al-Makmur Lamprit. 

Saya menyaksikan dan mendengar suara tangisan masyarakat Aceh saat do’a-do’a itu dipanjatkan di Masjid Al-Makmur, subhanallah. Kita berharap semua imam melakukan hal serupa, memanjatkan do’a untuk umat Islam di berbagai belahan dunia yang ditimpa kenestapaan panjang dalam hidup mereka.

Namun, selain do’a yang dipanjatkan Imam shalat, sesungguhnya kita juga bisa mendo’akan secara pribadi dalam do’a-do’a kita.  

Silaturrahmi di Hari Raya 
Sementara itu, Islam juga meminta kita untuk memperkuat silaturrahmi dengan sesama muslim. Silaturrahmi tentu saja cara terbaik untuk memupuk tali persaudaraan. Bahkan, terdapat balasan yang sangat agung jika kita bersilaturrahmi.


Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).

Oleh sebab itu, bulan Ramadhan ini adalah momentum kita untuk meningkatkan jalinan persaudaraan Islam. Baik dengan muslim yang jauh, dan apalagi dengan muslim yang di dekat kita. Jadi, muslim sejati itu memang pantang sekali hanya peduli pada dirinya sendiri. Dan Idul Fitri beberapa hari lagi adalah momentum terbaik untuk memperluat silaturrahmi. 

Mari kunjungi kembali saudara-saudara kita, guru-guru kita, teman-teman kita dan muslim lainnya. Jabat tangan mereka dan mintalah maaf atau maafkan seluruh kesalahannya agar Allah Swt merindhai hidup kita. Tidak ada yang luput dari kesalahan di dunia ini, maka yang terbaik adalah yang mau memaafkan.

Kesediaan kita untuk saling memaafkan adalah perwujudkan dan keberhasilan ibadah puasa yang kita kerjakan, dimana Alquran menegaskan bahwa di antara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah ‘mereka yang mau memaafkan’. Jadi mari silaturrahmi dan mari saling meminta maaf dan memaafkan. Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah dua muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Daud dll).

Dalam konteks yang lebih luas di level lokal, persaudaraan Islam juga bisa kita wujudkan dengan membangun dialog-dialog dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengan kita di tengah-tengah umat Islam. Begitu banyak perbedaan di antara kita, tetapi hal yang mesti kita ingat bahwa ‘persatuan adalah wajib’ sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 103. 

Maka dialog-dialog dan silaturrahmi antar komunitas dan jamaah umat Islam adalah suatu keniscayaan karena dengan cara seperti itu kita akan saling memahami dan mengenal sehingga tali persaudaraan Islam akan selalu kuat dan terawat. Wallahu a’lam bishshawab. []

Related

Syari'at Islam di Aceh 7360121900170546910

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item