Kebangkitan Peradaban Aceh

Pengajian yng diisi oleh ulama muda Aceh, Tgk.H. Muhammad Yusuf A.Wahab [Foto: Tgk Bahri] Oleh Teuku Zulkhairi KITA  lupakan seje...

Pengajian yng diisi oleh ulama muda Aceh, Tgk.H. Muhammad Yusuf A.Wahab [Foto: Tgk Bahri]
Oleh Teuku Zulkhairi

KITA lupakan sejenak berbagai persoalan aktual pemerintahan di Aceh. Bahwa ketimpangan masih terjadi, tentu saja tidak mungkin dihentikan sama sekali walaupun tentu saja kita berharap sebaliknya.

Di balik berbagai persoalan yang dihadapi Aceh hari ini, jika kita perhatikan secara serius dan teliti, sesungguhnya ada arus besar yang sedang bergerak membangkitkan kembali peradaban Islam di Aceh yang pernah berjaya. Arus inilah yang akan membangun kembali peradaban Aceh yang penulis maksudkan dalam tulisan ini.

Memang sedikit ironis, bahwa kebangkitan ini justru tidak dipelopori oleh para pemimpin secara khusus. Gerakan kebangkitan ini justru lahir dari generasi baru masyarakat Aceh dan kaum intelektualnya. Sebab, seperti yang kita saksikan, sebagian pemimpin kita, hingga level Gubernur dan apalagi Presiden, mereka masih belum selesai dengan urusan mereka sendiri.

Mereka masih sibuk dengan diri mereka dan kelompoknya sehingga narasi kepemimpinan mereka belum mampu menjangkau visi peradaban. Narasi peradaban nyaris tidak pernah terdengar dari pemimpin kita.

Sebagai bukti, perhatikan dan simaklah saat para pemimpin kita berpidato. Mereka hampir tidak bisa berpidato tanpa teks yang ditulis timnya. Jikapun sesekali mereka berbicara tanpa teks atau materi yang telah disiapkan, mereka akan berbicara secara tidak karuan. Tidak jelas apa yang disampaikan. Namun sekali lagi, kita lupakan sejenak tentang mereka. Mari kita terus melihat gerakan positif disamping kita yaang sedang bergelit saat ini. Mereka adalah generasi baru Aceh yang mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka.

Meskipun tanpa dukungan pemerintah secara ekstra, gerakan peradaban ini tampaknya akan terus melaju. Kesadaran historis pernah menjadi bangsa besar di masa lalu menjadi alasan paling fundamental yang senantiasa mendorong masyarakat Aceh dan kaum intelektualnya untuk terus bekerja dalam skala peradaban.

Apalagi, perkembangan teknologi informasi semakin mudah menyaksikan peradaban lain di dunia yang berbeda, sehingga pada akhirnya tidak sedikit kaum muda Aceh yang merindukan kembali ke peradaban masa lalu Aceh.

Geliat kebangkitan
Pada dasarnya, arus bangkitanya peradaban Aceh ini selaras dan sejalan dengan gerakan umat Islam di berbagai belahan dunia yang tiada henti berinovasi untuk mengejar ketertinggalan tamaddun.  Maka inilah yang seharusnya menjadi fokus kita, yaitu memastikan geliat kebangkitan itu terus bergerak dan terawat dengan baik sehingga pada akhirnya akan menjadi arus besar yang akan memperkokoh fondasi peradaban Aceh di masa mendatang.

Sebagai contoh paling aktual, perhatikan secara seksama, ketika negara-negara di Asia Tenggara sebelumnya menolak untuk menerima penggungsi Rohingya yang terkapar di laut setelah diusir para biksu dan penguasa Myanmar, ditolak oleh Malaysia dan Thailand, sementara masyarakat Aceh dengan ikhlas dan penuh semangat menerima mereka, meskipun ada instruksi dari panglima TNI untuk tidak menerima warga Rohingya.

Dan yang sungguh fantastis dan menggembirkan, hampir tidak ada media massa di Aceh yang kontra dengan sikap masyarakat Aceh yang bantu Rohingya. Ini menandakan, kerja-kerja masyarakat Aceh telah berada pada skala peradaban.

Oleh sebab itu, ditambah sejarah kejayaan peradaban Aceh masa lalu, meskipun kini Aceh hanya sebuah Provinsi, namun Aceh telah bisa dianggap sebagai ‘pemain’ penting dalam membangun fondasi peradaban di kawasan Melayu. Setidaknya, pengakuan Sekjen PBB dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terharu dengan respons masyarakat Aceh terhadap warga etnis Rohingya adalah bukti kecil.


Tentu saja, respons masyarakat Aceh terhadap warga Rohingya ini tidak lahir dengan sendirinya. Ada proses panjang yang menggiring Aceh menjadi bangsa yang memiliki citarasa peradaban tinggi. Selain faktor utama perspektif sejarah, di mana Aceh pernah menjadi bangsa yang memiliki peradaban tinggi dengan Islam sebagai sumber inspirasinya, berbagai musibah bencana alam dan konflik panjang yang pernah mendera Aceh juga turut membentuk karakter mulia masyarakat Aceh sebagai bangsa yang penyayang dan berbudi luhur.

Seorang polisi di Sumatera Utara dalam suatu perjalanan ke Kutacane (Aceh Tenggara) mengatakan kepada saya: “Seburuk-buruk polisi di Aceh adalah sebaik-baik polisi di Sumatera Utara.” Sementara itu, di saat yang bersamaan “gerakan tarbiyah” atau Majelis Ta’lim juga semakin membumi seiring dengan munculnya beberapa gerakan sosial seperti Komunitas Solidaritas Dhuafa Aceh (KSDA). Pengajian di Aceh, kini tumbuh bak cendawan di musim hujan.

Sungguh luar biasa ketika kita menyaksikan partisipasi masyarakat Aceh dalam berbagai pengajian. Lautan manusia senantiasa memenuhi setiap pengajian para ulama di Aceh, seperti pengajian Tastafi yang dirintis Abu Mudi (Abu Hasanoel Basry), pengajian Tusop Jeunieb (Tgk HM Yusuf A Wahab), pengajian Asy-Syifa’ Abon Buni (Tgk H Abubakar Usman) dan pengajian-pengajian lainnya.

Datang dan saksikanlah majelis-majelis ilmu tersebut untuk membuktikan apa yang saya sampaikan di sini. Sungguh, peradaban maju bangsa-bangsa terdahulu juga dibangun oleh proses gerakan tarbiyah dan ta’lim, dan saat ini kita sedang menyaksikan fenomena tersebut semakin menguat. Hanya butuh sebuah sentuhaan koneksivitas dari seorang ulama niscaya arus-arus ini akan menyatu dalam satu bendera kebangkitan peradaban.

Semakin berkembang

Sementara itu, gerakan shalat Shubuh berjamaah juga semakin berkembang. Berbagai gerakan shalat Shubuh berjamaah terus bermunculan. Di saat yang bersamaan, wartawan-wartawan Aceh kita saksikan konsisten mengadakan pengajian Islam secara rutin. Bahkan, kita terharu ketika sekumpulan pengusaha Aceh yang tergabung dalam IIBF juga mengadakan pengajian setiap minggu.

Jamaah Zikir yang tumpah ruah dalam setiap kali digelarnya zikir berjamaah di berbagai tempat. Syiar-syiar Islam yang semakin hidup, meskipun tidak hidup di semua tempat. Bukankah ini kekuatan Aceh untuk menuju kebangkitan? Bukankah fondasi sebuah peradaban itu dibangun atas ilmu?

Secara kalkulasi angka, banyak yang prediksi bahwa pada 2025 akan menjadi era baru bagi kebangkitan dunia Islam. Buktinya, saat ini beberapa negara yang mayoritas umat Islam terus menunjukkan pencapaian-pencapaian yang fantastis. Di level Aceh, Thayeb Loh Angen, seorang mantan polisi militer GAM yang kini berkhidmat sebagai sastrawan, menulis novel berjudul “Aceh 2025” yang telah diluncurkan awal tahun lalu. Sungguh, harapan Thayeb Loh Angen akan kondisi ideal peradaban Aceh pada 2025 nanti merupakan impian segenap bangsa Aceh yang tidak mustahil untuk diwujudkan.


Oleh sebab itu, yang kita butuhkan untuk Aceh saat ini dan untuk masa depan adalah seorang pemimpin. Ya, seorang pemimpin yang memiliki narasi peradaban. Pemimpin yang memahami persoalan lokal dan persoalan sistem global kapitalisme yang senantiasa menghadang kebangkitan umat Islam.

Dengan masyarakat Aceh yang terus bergerak ke arah kebaikan dan pemimpin yang memiliki narasi peradaban, tidak mustahil mimpi “Aceh baru” pada 2025 nanti akan terwujud. Seperti disebut dalam sebuah hadis: “Dunia akan tegak dengan empat pilar utama, yaitu ilmunya para ulama, keadilan para pemimpin, kemurahan hati orang-orang kaya dan doa orang-orang miskin.”

Kita tidak ragu dengan ilmunya para ulama dan intelektual Aceh. Kita tidak ragu dengan kemurahan hati orang-orang kaya di Aceh. Dan, apalagi doa-doa dari orang miskin. Yang kita butuhkan saat ini adalah seorang pemimpin yang memiliki narasi peradaban untuk memimpin dan menyatukan masyarakat Aceh dalam mengembalikan peradaban Islam di Aceh.

Pemimpin seperti ini, selain telah selesai dengan dirinya sendiri, keluarga dan kelompoknya, ia juga dekat dengan ulama. Ulama akan senantiasa menjadi pelita baginya, seperti Sultan Muhammad Alfatih yang senantiasa berada di sisi ulama saat menaklukkan Konstantinopel. Wallahu a’lam bish-shawab.

Sudah dimuat di Harian Serambi Indonesia. Link http://aceh.tribunnews.com/2015/06/13/bangkitnya-peradaban-aceh?page=3


Related

Sosial dan Budaya 2887689671393165898

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item