Kita Sibuk Bertengkar untuk 1 Persen, Tapi Melupakan Kapitalis Penikmat 99 Persen
Oleh Teuku Zulkhairi Setelah membaca tiga buku terkait Sistem Kapitalisme global yang mencengkeram Indonesia khususnya dan dunia keti...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/12/kita-sibuk-bertengkar-untuk-1-persen.html
Oleh Teuku
Zulkhairi
Setelah
membaca tiga buku terkait Sistem Kapitalisme global yang mencengkeram Indonesia
khususnya dan dunia ketiga umumnya, dua di antaranya karangan Mansour Faqih,
saya ingin sekali menulis status seperti ini untuk merespon kegaduhan di DPR. Sekedar
respon pikiran sebagai anak bangsa. Ya, karena lama-lama, saya mulai bingung
dengan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia.
Bagaimana
tidak bingung kawan, korupsi dan ekploitasi (penjarahan) sumber daya alam
Indonesia yang dilakukan kaum Kapitalis-Korporasi global tidak pernah mampu
terjerat hukum. Padahal, di sinilah uang rakyat yang paling banyak yang jika
didistribusikan kepada rakyat maka tidak akan ada lagi kemiskinan dan
kenestapaan.
Hari
ini, kita selalu bertengkar untuk yang satu persen dengan sesama anak bangsa.
Tapi 90 persen kekayaan negara lainnya selalu mulus dicuri dan dinikmati kaum
kapitalis-korporasi global. Saya tidak katakan yang 10 persen ini boleh
dikorupsi, namun yang 90 persen yang dijarah kapitalis yang membuat saya
bingung, kenapa tidak mampu dikejar hukum?
Pada
kasus Freeport-Papua misalnya, Kapitalisme-korporasi global yang didukung oleh
antek-anteknya para kapitalis dalam negeri sedang ingin memperpanjang kontrak
Freeport yang dikabarkan akan berakhir beberapa tahun lagi.
Lalu,
tiba-tiba muncul kegaduhan luar biasa di DPR yang kemudian sampai pada fakta
buka-bukaan tentang persen yang diminta para pihak di dalam negeri untuk
memuluskan perpanjangan kontrak Freeport-Kapitalis global tersebut, alias
kontrak untuk memuluskan perpanjangan waktu bagi penjarahan kekayaan alam bumi Papua-Indonesia.
Kenapa
fokus hampir seluruh media massa dan pengamat hanya pada kasus Setya Novanto
yang pada intinya kita sedang fokus pada hanya sekian persen dari hasil alam
kita, lalu kita melupakan pada 90 persen lainnya? Memang kaum kapitalis begitu digdaya
menjarah negeri ini, membodoh-bodohi kaum intelektualnya, dan menipu sebagian
besar rakyatnya via media yang mereka kuasai.
Apakah
kita tidak sadar bahwa Freeport yang dikuasai Kapitalisme global selama ini
memang jelas hanya mengeruk keuntunngan saja dari Bumi Cenderawasih-Papua, dan
sementara rakyat terbukti dibiarkan nestapa?
Ini
hanya salah satu kasus yang membuat kita pantas bingung. Banyak kasus lainnya
dimana kapitalisme-korporasi global adalah pemain utama dalam kerusakan negeri
ini. Dan mereka aman dalam pekerjaannya oleh sebab ditopang oleh kapitalis
dalam negeri.
Kita
di Aceh tentu masih begitu ingat dengan PT Arun dan Exxon Mobil, yang juga dulu
dikelola alias dijarah Kapitalis-korporasi Global. Mereka mengeruk kekayaan
negeri kita dan membiarkan rakyatnya tetap dalam kenestapaan.
Korupsi
mungkin telah membuat negeri ini nestapa, namun hal yang mesti kita ingat
adalah bahwa korupsi dan penjarahan terbesar hasil alam kita adalah dilakukan
oleh Jaringan Kapitalisme-Korporasi Global yang dalam bekerja mereka didukung
oleh kapitalis lokal indonesia.
Dan
kita, sengaja selalu dibuat ribut dengan agenda-agenda pemberantasan korupsi
dalam level yang kecil, untuk mengurus nol persen, dipertengkarkan dengan
sesama anak bangsa.