Syi’ar Islam, Marwah Aceh di Even PON XXI
Oleh Teuku Zulkhairi Even Pekan Olahraga Nasional (PON) ke 21 yang sangat bergengsi akan segera diselenggarakan di Aceh. Dalam hal ini, Aceh...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2024/05/syiar-islam-marwah-aceh-di-even-pon-xxi.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Even Pekan Olahraga Nasional (PON) ke 21 yang sangat bergengsi akan segera diselenggarakan di Aceh. Dalam hal ini, Aceh akan berbagi posisi tuan rumah dengan Sumatera Utara.
Menurut kabar, pembukaan PON ke 21 ini akan berlangsung di Aceh dan penutupan akan dilangsungkan di Sumatera Utara. Tentu, even ini sangat penting didukung oleh semua agar betul-betul dapat disukseskan secara maksimal.
Dengan status sebagai Provinsi Syari’at Islam, selama ini Aceh sudah mendapatkan sejumlah julukan yang kurang nyaman kita membacanya. Provinsi nomor enam termiskin, hoaks dan lain-lainnya. Karena pada akhirnya, orang-orang yang kurang bisa berfikir secara jernih dan waras akan mengaitkan stigma-sitgma buruk kepada Aceh dengan status Syari’at Islam yang kita sandang yang pada gilirannya “Islam” seolah menjadi yang tersalah. Jadi sekali lagi, pelaksanaan PON XXI di Aceh ini harus berhasil.
Maka saya sangat sepakat dengan pernyataan Bapak Pj. Gubernur Aceh, Bustami Hamzah beberapa waktu lalu di Harian Serambi Indonesia bahwa pelaksanaan PON di Aceh adalah ‘Marwah Aceh”.
*"Marwah Aceh"*
Bagaimana kita memahami “marwah Aceh” secara lebih mendalam? Pandangan saya begini dan bisa saja pembaca tidak sepakat.
_Pertama_, bahwa menjadi tuan rumah even nasional ini adalah hal yang sangat disukai oleh banyak orang. Sebab, dengan even itu suatu daerah akan menjadi lebih dikenal dalam berbagai sisinya.
Tentu saja, disamping keuntungan-keuntungan besar lain seperti infratruktur, anggaran dan sebagainya. Kedua, kesuksesan pelaksanaan suatu even nasional ini akan meningkatkan reputasi suatu daerah dan memberikan kebanggaan tersendiri.
Dalam hal ini, tentu Aceh dan para panitia PON nya ingin mengharumkan nama Aceh.
Bahwa Provinsi Aceh itu bisa menyukseskan even-even nasional yang sangat bergengsi. Dengan reputasi ini maka kita akan memperoleh kepercayaan orang lain, dalam hal pengambil kebijakan di pusat.
Dengan reputasi ini, tentu harapan ke depan semakin banyak lagi even nasional lainnya yang memunkingkan diselenggarakan di Aceh yang pada gilirannya akan semakin melambungkan nama Aceh serta mendatangkan banyak keuntungan secara finansial juga tentu saja.
Suatu even nasional yang diselenggarakan di suatu daerah maka tentu anggaran pemerintah akan banyak dikucurkan kesana yang akan berdampak pada ekonomi masyarakat kita. Jadi sekali lagi, jelas bahwa sukseskanya even PON di Aceh ini adalah “marwah Aceh”.
Kegagalan atau masalah-masalah yang jika muncul dalam pelaksanaan PON akan menjadi preseden buruk yang akan mencoreng wajah kita orang Aceh yang pada gilirannya juga akan ikut mencoreng status Syari’at Islam di Aceh.
Sebab, semua masyarakat nusantara agaknya sudah pasti memahami bahwa Aceh itu identik dengan Islam. keduanya antara Aceh dan Islam “lage zat ngoen sifeut”, sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Jadi ini yang saya tangkap secara mendalam dari kalimat “PON adalah Marwah Aceh” yang disampaikan Pj Gubernur Aceh Bustami Hamzah.
*Syi’ar Islam*
Oleh sebab itu, dalam status kita sebagai provinsi yang memberlakukan Syari’at Islam, maka penting juga kita bisa merumuskan bagaimana menyukseskan even PON di Aceh dengan semangat Islam dan sekaligus menjadi ajang kita untuk mempromosi keindahan Syari’at Islam di Aceh kepada warga luar yang datang ke Aceh khususnya dan kepada masyarakat nusantara umumnya.
Ingat, bahwa peran Aceh sebagai mercusuar Islam di nusantara itu adalah peran vital dan fundamental yang telah lama dijalankan oleh bangsa Aceh dalam sejarahnya. Aceh dalam sejarahnya adalah wilayah yang sangat berhasil menebar cahaya Islam ke seantaro nusantara.
Jadi, berbicara pentingnya menghidupkan Syi’ar Islam dalam even PON ini bukanlah sebuah utopia belaka. Tapi ia adalah tanggungjawab sejarah kita sebagai anak-anak cucu dari “bangsa yang teuleuebeh ateuh rueng donya”, atau yang dalam Alquran disebut sebagai “khaira ummah”, yaitu ummat terbaik uang dimulikan oleh Allah Swt karena peran dakwah, syi’ar Islam dan keimanan yang dijalankannya.
Agar posisi “khaira ummah” atau “bangsa yang teuleuebeh ateuh rueng donya” ini dapat terus menjadi “lex specialist” kita di hadapan Allah Swt, maka peran dan tanggungjawab sejarah tersebut harus terus kita emban sekuat tenaga.
Dan kita tidak ragu bahwa para panitia PON di Aceh pasti sudah pasti memikirkan dan sepakat dengan hal tersebut karena status kita sebagai muslim dan kesadaran tentang sejarah keagungan kita sebagai bangsa di masa lalu.
Pertanyaan sekarang adalah, bagaimana kita menghidupkan Syi’ar Islam dalam pelaksanaan even PON di Aceh ini?
Jawabannya adalah, sukseskan pelaksanaan PON, dan jadkan even PON itu menjadi ajang Syi’ar nilai-nilai Islam di setiap aspeknya. Dalam hal ini, tidak salahnya kita belajar dari semangat Qatar, sebuah negara Arab yang sangat kecil di Timur Tengah.
Qatar memang negara kaya raya yang tidak bisa dibandingkan dengn kita. Tapi semangat dan konsep Qatar dalam pegelaran Piala Dunia di Qatar tahun 2022 lalu patut menjadi perhatian kita bersama. Jika Qatar berhasil di level global, maka kita berharap bisa berhasil di level nasional.
Seusai pegelaran Pilada Dunia di Qatar dua tahun lalu, media-media Barat saat itu seperti Voice of Amaerika menulis bahwa melalui Piala Dunia itu Qatar berupaya mengubah pikiran dunia tentang Islam. Dan itu, sebagaimana kita ketahui sangat berhasil dilakukan oleh Qatar.
Sangat banyak fans sepakbola yang datang dari berbagai belahan dunia memuji Qatar dan peradaban Islam yang mereka bangun. Banyak sekali fans yang menulis di media sosial mereka bahwa Islam yang mereka dengar sebelumnya dan apa yang mereka saksikan di Qatar sangat berbeda. Maka tidak heran juga banyak fans sepakbola yang ke Qatar kemudian memutuskan masuk Islam.
Hal-hal yang mengesankan warga dunia yang datang ke Qatar pada saat itu mulai dari kebersihan di setiap fasilitas publik, keramahan warga Qatar menyambut tamu hingga pada pesan-pesan mulia dari hadis Rasulullah Saw yang dipasang/ditempel di tempat publik.
Dilansir dari Doha News, sejumlah pesan-pesan mulia dari hadis Rasulullah Saw misalnya berbunyi “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." Selain itu, Qatar juga melarang minuman keras sehingga kekerasan dan kekacauan dalam setiap pertandingan dapat dicegah. Maka apa yang dilakukan Qatar dalam Piala Dunia ini mampu meninggikan ajaran Islam.
Kita berharap, Aceh ini dapat menjalankan peran serupa di level yang lebih kecil yaitu skala nasional.
Panitia PON Aceh harus memikirkan secara serius peran yang harus kita jalankan ini dalam menghidupkan Syi’ar Islam pada pelaksanaan PON yang tingga sebentar lagi. Syukur-syukur jika perkara tersebut sudah menjadi bahan pemikiran dan terprogram.
Kita berharap pelaksanaan PON sukses secara teknis dan memberikan Aceh reputasi baik dan membanggakan, memberi manfaat untuk masyarakat kita secara ekonomi, serta mampu menampakkan wajah indah Aceh sebagai provinsi yang memberlakukan Syari’at Islam. Bagaimana kira-kira?
https://aceh.tribunnews.com/2024/05/19/marwah-aceh-dan-syiar-islam-pada-pon-xxi