Syaikh Adnan Al Afyouni: Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah
Syaikh Adnan Al AFyouni: Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah Banda Aceh – Ulama besar dan mufti Suriah, Syaikh Adnan Al Fayouni di depa...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/12/syaikh-adnan-al-fayouni-perlu-ilmu-seni.html
Syaikh Adnan Al AFyouni:
Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah
Banda Aceh – Ulama besar dan mufti Suriah, Syaikh Adnan Al
Fayouni di depan peserta rapat kerja pengurus Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA)
menyampaikan tentang urgensi peran da’i dalam pembangunan umat, Hotel Mekkah,
Minggu (29/11). Selain itu, ia juga menjelaskan tentang ISIS yang ternyata
tidak dikenal oleh para ulama dan umat Islam di Suriah.
Menurut Syaikh Adnan, da’i yang tidak memiliki ilmu bukan da’i.
Da’i yang tidak memiliki kemamapuan untuk mempengaruhi bukan da’i.
“Da’i itu harus mengingatkan manusia. Da’i bukan hakim, bukan
untuk menghakimi. Ketika melihat
seseorang melihat berbuat salah, apa perlunya menunjukinya dengan ahli maksiat,
kafir dan bid’ah, ahlu neraka, bid’ah dan sebagainya? Tapi ajaklah mereka sehingga mereka tidak lari, “tambah
Syaikh Adnan Al Fayouni yang juga Wakil Rektor Universitas Ahmad Kuftaro, Damaskus ini.
Menurut Syaikh Adnan, ada sebagian negara yang memiliki penduduk yang
besar tapi tidak memiliki pengaruh yang luar biasa. Hal itu karena kekuatan
dakwah tidak dimaksimalkan.
Menurut Syaikh Adnan lagi, orang yang mempunyai
minyak, suatu saat akan habis. Tapi kalau memiliki ilmu, maka tidak akan
hilang. Kalau yang dimiliki di dunia semua akan hilang, tapi jika yang dimiliki
adalah kemampuan maka itu akan terus berkekalan.
“Pikiran manusia kecil, tapi bisa besar. Oleh
sebab itu, untuk membuat manusia ini besar, ini merupakan strategi para da’i, “
tambah Syaikh Adnan lagi.
Syaikh Adnan juga menjelaskan pengalamannya di Suriah,
pihaknya menerima sekitar 400-500 alim agar diberikan pengajaran bagaimana
aplikasi ilmu-ilmu Islam yang sudah dipelajari agar memberikan pengaruh bagi
org lain.
Hal Bahaya Jika Alim
Lisan
Namun Hati Kotor
Menurut
Syaikh Adnan, strategi dalam mengajar itu ada dua, pertama, ilmu, yang kedua
adalah tazkiyah, atau pembersihan hati. Orang-orang yang sudah memiliki ilmu
niscaya harus senantiasa menyucikan hatinya.
Syaikh
menceritakan, kita memperdayakan para pelajar yang sudah menghafal ilmu-ilmu
dari matan-matan, namun kata Syaikh, sebelum itu ada hal yang paling penting
yaitu ada hubungan yang paling penting seorang pelajar dengan Allah swt dam mempunyai
perasaan kasih sayang kepada makhluk sehingga ia akan melihat objek dakwahnya
dengan penuh kasih sayang.
Tazkiyah
menurut Syaikh Adnan adalah hal yang paling penting karena berkiat dengan
penyucian hari. Syaikh juga mengingatkan, hal yang paling berbahaya adalah alim
lisan, tapi hatinya kotor.
Syaikh
juga menjelaskan, dalam proses Tazkiyah (menuju kesucian hati), maka perlu
mursyid dan berkumpul dengan orang shalih. Selain itu, Syaikh Adnan yang
merupakan pimpinan Tariqat Naqsyabandi Suriah ini menjelaskan, manhaj ulama di Suriah adalah bil hikmah dan
mauidhatilhasanah.
“Dan ini merupakan
manhajnya Rasulullah Saw, “ papar Syaikh Adnan.
Menurut
Syaikh Adnan, hikmah itu dibutuhkan dalam dalam berdakwah yaitu dakwah sesuai
dengan kemampuan dan akal logka objek dakwah dimana sebagian didakwahi dengan
kelemah lembutan dan sebagian yang lain
dengan cara yang lain lagi.
Syaikh
menceritakan kisah di masa Rasulullah ketika seseorang meminta nasehat
Rasulullah, lalu beliau menjawab “jaga lisanmu”. Lalu seorang lain kembali
datang dan meminta nasehat, beliau menjawab, “perbanyak zikirmu”. Dua buah buah
jawaban yang berbeda yang ini membuktikan ada perbedaan Khitab (objek dakwah)
dalam dakwah.
Syaikh
menambahkan, seorang hakim akan beda cara dakwahnya dengan mereka yang
berdakwah di jalanan. Para pendakwah harus berdakwah dengan memudahkan. Syaikh mengutip hadis Nabi Muhammad Saw, Bassiru
wala tunassiru. Permudahkan, jangan sulit. Lalu, Syaikh juga mengutip ayat
Allah Swt: Yuridukumullahi bikumul yusra, wala yuridu bikumul ‘usra.
Allah menghendaki bagimu kemudahan, bukan kesulitan.
Seorang Da’i Tidak
Memvonis
Menurut
Syaikh Adnan lagi, seorang da’i harus mengingatkan manusia. Da’i bukan hakim,
bukan untuk menghakimi. Ketika melihat seseorang melihat berbuat salah, apa
perlunya menunjukinya dengan ahli maksiat, kafir dan bid’ah, ahlu neraka,
bid’ah dan sebagainya? Tapi ajak mereka
sehingga mereka tidak lari, kata Syaikh Adnan lagi.
Syaikh
mengatakan, yang kami sampaikan ini bukan teori, namun inilah yang dilakukan
para ulama Suriah dalam berdakwah. Menurut syaikh lagi, Teungku-teungku dan
ulama dayah di Aceh bertanggung jawab terhadap Islam. Maka kata Syaikh, hal ini
tidak akan tercapai jika setiap kita tidak merasa bahwa sayalah yang
bertanggung jawab terhadap Islalm.
Menurut
Syaikh Adnan lagi, kita memang harus memberikan upaya yang lebih untuk
masyarakat Muslim. Syaikh mencontohi kisah Rasulullah Saw saat Khadijah
berkata, apakah engkau tidak mau tidur ya Rasulullah? Rasulullah lalu menjawab,
waktu tidur saya sudah habis. Sekarang sudah tiba waktunya saya membawa Risalah
Islam, kata Rasulullah seperti diterangkan Syaikh Adnan.
Oleh
sebab itu, Syaikh Adnan mengatakan, bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi
kecuali dengan dua hal, memperkuat ilmu dan alat-alat ilmu.
“Masalah
ilmu mungkin teungku-teungku sudah cukup, namun yang kurang adalah alat-alat
ilmu. Oleh sebab itu maka harus dipelajari lagi alat-alat ilmu. Hal ini akan
memberikan manfaat yang besar saat Teungku-teungku membaca turats dari para
ulama.
Seni berdakwah
Syaikh Adnan
menambahkan, hal yang kedua, itqan dalam aplikasi apa yang sudah diketahu. Seni
dalam khutbah, seni dalam diskusi. Diskusi itu, kata Syaikh bukanlah ceramah.
Ilmu kamil namanya adalah ilmu hiwar dan munazarah (debat).
“Bisa jadi ilmu kamu
lebih banyak, tapi orang lain memiliki seni yang lebih baik dalam berdebat,
sehingga inilah yang lebih memberi efek bagi masyarakat. Itu sebab orang-orang
yang memiliki ilmu harus memiliki seni dan alat dalam berdakwah. Dan
ulama-ulama besar itu memiliki keduanya, “ kata Syaikh Adnan menjelaskan.
Menurut
Syaikh, dewasa ini banyak orang alim yang tidak dikenal karena tidak memiliki
dua hal ini. Dan pihaknya, kata Syaikh, sudah melakukan daurah (pelatihan) ke
berbagai negara. Syaikh mengenang, seorang peserta dalam daurah berkata
kepadanya, “saya sudah belajar ilmu agama selama empat tahun, tapi saya merasakan
bahwa ilmu yg saya peroleh dari daurah 4 hari ini lebih banyak”. Itulah
pentingnya seni dalam berdakwah sehingga membantu kita dalam menyebarkan ilmu
Islam.
“Jadi
mari kita update ilmu dengan seni-seni dalam penyampaian ilmu, “ ajak
Syaikh Adnan.
Syaikh juga ditanyai tentang Tarikat Naqsyabandi. Menurutnya, Tariqat Naqsyabandi memiliki orientasi untuk tazkiyatun nafs, membangun ruh, menyatukan hati dan jiwa. Tetapi, ada sedikit perbedaan dalam tariqat-tariqat tersebut. Di tariqat naqsyabandi, zikir dalam hati, tanpa menggerakkan lisan. Rahasianya karena hati merupakan sumber inspirasi dalam mengagungkan Allah Swt.
Ulama Suriah Tidak Kenal ISIS
Ketika ditanyai seorang peserta tentang ISIS, Syaikh Adnan Al
Fayouni mengatakan, pihaknya di Suriah sama sekali tidak kenal ISIS. ISIS
katanya beliau sama sekali bukan anak-anak Suriah. Mereka lahir tiba-tiba.
Seolah-olah kami ini hilang, tiba-tiba mereka sudah hadir.
“Hakikah, jika kalian ingin kenal dengan ISIS akidah dan
syari’ah mereka, maka lihatlah perbuatan mereka dan bandingkan dengan perilaku
para generasi salafussaleh yg tentu saja sangat berbeda dengan mereka.
Rasululllah bermuamalah dengan sangat baik dengan lawan-lawannya, ya walaupun
sudah banyak rasa sakit. Apalagi dengan umat islam saat ahlu Mekkah saat
pembebasan Kota Mekkah, “ tambah Syaikh Adnan Al Fayouni.
Mereka (ISIS ini), kata Syaikh Adnan Al Fayouni, bekerjasama
dengan Yahudi dan kaum munafikunn. ISIS tidak memerangi mereka Yahudi dan kaum
munafik, mereka hanya memerangi umat Islam, “ tambah Syaikh lagi.
Yang kami pahami, kata Syaikh, Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Lalu, terkait masalah nama ISIS, memang
bahaya sekali karena membawa nama-nama Syiria. Tapi memang tidak ada yang bisa
mengatur atau mencegah soal label ini. Kami tidak setuju dengan negara Islam
versi ISIS. ISIS hanya buatan amerika untuk menghancurkan Islam sendiri,”
tambah Syaikh lagi.
Pemikiran Liberal hanya
Diterima Orang Jahil
Sementara itu, ulama Suriah lainnya, Syaikh Mahmud Syahadah
mengatakan, kita menolak liberalism
dan radikalisme di tengah-tengah umat Islam oleh karena paham tersebut tidak
berasal dari ajaran Islam.
“Pemikiran yang lurus dan dakwah yang tawasuth dan damai
sebenarnya lebih mudah dan lebih cepat diterima oleh masyarakat banyak, “ kata
beliau.
Sementara pemikiran liberal dan ekstrim, kata Syaikh Mahmud
Syahadah hanya diterima oleh masyarakat yang bodoh dan jahil, atau mereka yang
tidak mau bersusah payah dalam menuntut ilmu.
“Paham-paham seperti ini tidak akan berkembang di masyaakat yang telah berfikir maju, “ katanya
menambahkan.
Syaikh Mahmud Syahadah juga mengajak para pengurus HUDA untuk bermu’adah
(berjanji) kepada Allah untuk berdakwah dengan ikhlas, kemudian menguatkan
ukhuwah dengan sesama umat Islam. Karena hari ini, salah satu misi utama
musuh-musuh Islam adalah membuat ulama-ulama terpecah.
“Kekuatan kita adalah pada persatuan kita,“ pungkas Syaikh
Mahmud Syahadah.
[Zulkhairi]