Syaikh Adnan Al Afyouni: Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah

Syaikh Adnan Al AFyouni: Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah Banda Aceh – Ulama besar dan mufti Suriah, Syaikh Adnan Al Fayouni di depa...

Syaikh Adnan Al AFyouni:
Perlu Ilmu Seni dalam Berdakwah

Banda Aceh – Ulama besar dan mufti Suriah, Syaikh Adnan Al Fayouni di depan peserta rapat kerja pengurus Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) menyampaikan tentang urgensi peran da’i dalam pembangunan umat, Hotel Mekkah, Minggu (29/11). Selain itu, ia juga menjelaskan tentang ISIS yang ternyata tidak dikenal oleh para ulama dan umat Islam di Suriah.

Menurut Syaikh Adnan, da’i yang tidak memiliki ilmu bukan da’i. Da’i yang tidak memiliki kemamapuan untuk mempengaruhi bukan da’i.

“Da’i itu harus mengingatkan manusia. Da’i bukan hakim, bukan untuk menghakimi.  Ketika melihat seseorang melihat berbuat salah, apa perlunya menunjukinya dengan ahli maksiat, kafir dan bid’ah, ahlu neraka, bid’ah dan sebagainya? Tapi ajaklah  mereka sehingga mereka tidak lari, “tambah Syaikh Adnan Al Fayouni yang juga Wakil Rektor Universitas Ahmad Kuftaro, Damaskus ini.

Menurut Syaikh Adnan, ada sebagian negara yang memiliki penduduk yang besar tapi tidak memiliki pengaruh yang luar biasa. Hal itu karena kekuatan dakwah tidak dimaksimalkan.

Menurut Syaikh Adnan lagi, orang yang mempunyai minyak, suatu saat akan habis. Tapi kalau memiliki ilmu, maka tidak akan hilang. Kalau yang dimiliki di dunia semua akan hilang, tapi jika yang dimiliki adalah kemampuan maka itu akan terus berkekalan.

“Pikiran manusia kecil, tapi bisa besar. Oleh sebab itu, untuk membuat manusia ini besar, ini merupakan strategi para da’i, “ tambah Syaikh Adnan lagi. 

Syaikh Adnan juga menjelaskan pengalamannya di Suriah, pihaknya menerima sekitar 400-500 alim agar diberikan pengajaran bagaimana aplikasi ilmu-ilmu Islam yang sudah dipelajari agar memberikan pengaruh bagi org lain.



Hal Bahaya Jika Alim Lisan
Namun Hati Kotor
Menurut Syaikh Adnan, strategi dalam mengajar itu ada dua, pertama, ilmu, yang kedua adalah tazkiyah, atau pembersihan hati. Orang-orang yang sudah memiliki ilmu niscaya harus senantiasa menyucikan hatinya.
Syaikh menceritakan, kita memperdayakan para pelajar yang sudah menghafal ilmu-ilmu dari matan-matan, namun kata Syaikh, sebelum itu ada hal yang paling penting yaitu ada hubungan yang paling penting seorang pelajar dengan Allah swt dam mempunyai perasaan kasih sayang kepada makhluk sehingga ia akan melihat objek dakwahnya dengan penuh kasih sayang.
Tazkiyah menurut Syaikh Adnan adalah hal yang paling penting karena berkiat dengan penyucian hari. Syaikh juga mengingatkan, hal yang paling berbahaya adalah alim lisan, tapi hatinya kotor.
Syaikh juga menjelaskan, dalam proses Tazkiyah (menuju kesucian hati), maka perlu mursyid dan berkumpul dengan orang shalih. Selain itu, Syaikh Adnan yang merupakan pimpinan Tariqat Naqsyabandi Suriah ini menjelaskan, manhaj ulama  di Suriah adalah bil hikmah dan mauidhatilhasanah.
“Dan ini merupakan manhajnya Rasulullah Saw, “ papar Syaikh Adnan.
Menurut Syaikh Adnan, hikmah itu dibutuhkan dalam dalam berdakwah yaitu dakwah sesuai dengan kemampuan dan akal logka objek dakwah dimana sebagian didakwahi dengan kelemah lembutan dan sebagian  yang lain dengan cara yang lain lagi.     
Syaikh menceritakan kisah di masa Rasulullah ketika seseorang meminta nasehat Rasulullah, lalu beliau menjawab “jaga lisanmu”. Lalu seorang lain kembali datang dan meminta nasehat, beliau menjawab, “perbanyak zikirmu”. Dua buah buah jawaban yang berbeda yang ini membuktikan ada perbedaan Khitab (objek dakwah) dalam dakwah.
Syaikh menambahkan, seorang hakim akan beda cara dakwahnya dengan mereka yang berdakwah di jalanan. Para pendakwah harus berdakwah dengan memudahkan.  Syaikh mengutip hadis Nabi Muhammad Saw, Bassiru wala tunassiru. Permudahkan, jangan sulit. Lalu, Syaikh juga mengutip ayat Allah Swt: Yuridukumullahi bikumul yusra, wala yuridu bikumul ‘usra. Allah menghendaki bagimu kemudahan, bukan kesulitan.


Seorang Da’i Tidak Memvonis
Menurut Syaikh Adnan lagi, seorang da’i harus mengingatkan manusia. Da’i bukan hakim, bukan untuk menghakimi. Ketika melihat seseorang melihat berbuat salah, apa perlunya menunjukinya dengan ahli maksiat, kafir dan bid’ah, ahlu neraka, bid’ah dan sebagainya? Tapi ajak  mereka sehingga mereka tidak lari, kata Syaikh Adnan lagi.
          Syaikh mengatakan, yang kami sampaikan ini bukan teori, namun inilah yang dilakukan para ulama Suriah dalam berdakwah. Menurut syaikh lagi, Teungku-teungku dan ulama dayah di Aceh bertanggung jawab terhadap Islam. Maka kata Syaikh, hal ini tidak akan tercapai jika setiap kita tidak merasa bahwa sayalah yang bertanggung jawab terhadap Islalm.
Menurut Syaikh Adnan lagi, kita memang harus memberikan upaya yang lebih untuk masyarakat Muslim. Syaikh mencontohi kisah Rasulullah Saw saat Khadijah berkata, apakah engkau tidak mau tidur ya Rasulullah? Rasulullah lalu menjawab, waktu tidur saya sudah habis. Sekarang sudah tiba waktunya saya membawa Risalah Islam, kata Rasulullah seperti diterangkan Syaikh Adnan.
Oleh sebab itu, Syaikh Adnan mengatakan, bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi kecuali dengan dua hal, memperkuat ilmu dan alat-alat ilmu.
“Masalah ilmu mungkin teungku-teungku sudah cukup, namun yang kurang adalah alat-alat ilmu. Oleh sebab itu maka harus dipelajari lagi alat-alat ilmu. Hal ini akan memberikan manfaat yang besar saat Teungku-teungku membaca turats dari para ulama.


Seni berdakwah
Syaikh Adnan menambahkan, hal yang kedua, itqan dalam aplikasi apa yang sudah diketahu. Seni dalam khutbah, seni dalam diskusi. Diskusi itu, kata Syaikh bukanlah ceramah. Ilmu kamil namanya adalah ilmu hiwar dan munazarah (debat).
“Bisa jadi ilmu kamu lebih banyak, tapi orang lain memiliki seni yang lebih baik dalam berdebat, sehingga inilah yang lebih memberi efek bagi masyarakat. Itu sebab orang-orang yang memiliki ilmu harus memiliki seni dan alat dalam berdakwah. Dan ulama-ulama besar itu memiliki keduanya, “ kata Syaikh Adnan menjelaskan.
Menurut Syaikh, dewasa ini banyak orang alim yang tidak dikenal karena tidak memiliki dua hal ini. Dan pihaknya, kata Syaikh, sudah melakukan daurah (pelatihan) ke berbagai negara. Syaikh mengenang, seorang peserta dalam daurah berkata kepadanya, “saya sudah belajar ilmu agama selama empat tahun, tapi saya merasakan bahwa ilmu yg saya peroleh dari daurah 4 hari ini lebih banyak”. Itulah pentingnya seni dalam berdakwah sehingga membantu kita dalam menyebarkan ilmu Islam.

“Jadi mari kita update ilmu dengan seni-seni dalam penyampaian ilmu, “ ajak Syaikh Adnan.

Syaikh juga ditanyai tentang Tarikat Naqsyabandi. Menurutnya, Tariqat Naqsyabandi memiliki orientasi untuk tazkiyatun nafs, membangun ruh, menyatukan hati dan jiwa. Tetapi, ada sedikit perbedaan dalam tariqat-tariqat tersebut. Di tariqat naqsyabandi, zikir dalam hati, tanpa menggerakkan lisan. Rahasianya karena hati merupakan sumber inspirasi dalam mengagungkan Allah Swt.


Ulama Suriah Tidak Kenal ISIS

Ketika ditanyai seorang peserta tentang ISIS, Syaikh Adnan Al Fayouni mengatakan, pihaknya di Suriah sama sekali tidak kenal ISIS. ISIS katanya beliau sama sekali bukan anak-anak Suriah. Mereka lahir tiba-tiba. Seolah-olah kami ini hilang, tiba-tiba mereka sudah hadir.

“Hakikah, jika kalian ingin kenal dengan ISIS akidah dan syari’ah mereka, maka lihatlah perbuatan mereka dan bandingkan dengan perilaku para generasi salafussaleh yg tentu saja sangat berbeda dengan mereka. Rasululllah bermuamalah dengan sangat baik dengan lawan-lawannya, ya walaupun sudah banyak rasa sakit. Apalagi dengan umat islam saat ahlu Mekkah saat pembebasan Kota Mekkah, “ tambah Syaikh Adnan Al Fayouni.

Mereka (ISIS ini), kata Syaikh Adnan Al Fayouni, bekerjasama dengan Yahudi dan kaum munafikunn. ISIS tidak memerangi mereka Yahudi dan kaum munafik, mereka hanya memerangi umat Islam, “ tambah Syaikh lagi.

Yang kami pahami, kata Syaikh, Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Lalu, terkait masalah nama ISIS, memang bahaya sekali karena membawa nama-nama Syiria. Tapi memang tidak ada yang bisa mengatur atau mencegah soal label ini. Kami tidak setuju dengan negara Islam versi ISIS. ISIS hanya buatan amerika untuk menghancurkan Islam sendiri,” tambah Syaikh lagi.


Pemikiran Liberal hanya
Diterima Orang Jahil

Sementara itu, ulama Suriah lainnya, Syaikh Mahmud Syahadah mengatakan, kita menolak liberalism dan radikalisme di tengah-tengah umat Islam oleh karena paham tersebut tidak berasal dari ajaran Islam.

“Pemikiran yang lurus dan dakwah yang tawasuth dan damai sebenarnya lebih mudah dan lebih cepat diterima oleh masyarakat banyak, “ kata beliau.

Sementara pemikiran liberal dan ekstrim, kata Syaikh Mahmud Syahadah hanya diterima oleh masyarakat yang bodoh dan jahil, atau mereka yang tidak mau bersusah payah dalam menuntut ilmu.

“Paham-paham seperti ini tidak akan berkembang di  masyaakat yang telah berfikir maju, “ katanya menambahkan.

Syaikh Mahmud Syahadah  juga mengajak para pengurus HUDA untuk bermu’adah (berjanji) kepada Allah untuk berdakwah dengan ikhlas, kemudian menguatkan ukhuwah dengan sesama umat Islam. Karena hari ini, salah satu misi utama musuh-musuh Islam adalah membuat ulama-ulama terpecah.

“Kekuatan kita adalah pada persatuan kita,“ pungkas Syaikh Mahmud Syahadah.  [Zulkhairi]


Related

Syari'at Islam di Aceh 6679790911899351080

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item