Hembusan Stigma Wahabi dan Fenomena Hilangnnya Solidaritas Umat Islam

Pengungsi Suriah. sumber: blog.act.id Oleh Teuku Zulkhairi Saya termasuk seorang yang tidak setuju dengan ideologi wahabi. Ideologi...

Pengungsi Suriah. sumber: blog.act.id

Oleh Teuku Zulkhairi
Saya termasuk seorang yang tidak setuju dengan ideologi wahabi. Ideologi ini dalam sejarahnya telah memecah belah umat Islam, bahkan berperan dalam kajatuhan kekhalifahan Turki Usmani yang di era kejayaannya telah menjadi "pelindung" umat Islam dari terkaman para musuh Islam.

Seperti sejarah yang saya baca, ideologi ini lahir di masa penjajah Inggris menguasai jazirah Arab, dan dimunculkan penjajah Inggris untuk memecah belah kesatuan internal umat Islam dengan cara melemparkan label-label kafir dan bid'ah terhadap sesama muslim, sesuatu yang tidak diragukan lagi menjadi benih-benih perpecahan.

Atas realitas sejarah ini saya memahami betul mengapa rakyat Aceh dalam sejarahnya tidak pernah menerima ideologi ini. Islam yang dipahami masyarakat Aceh dan juga saya yakini, adalah Islam yang "tawasuth", berada di tengah-tengah, yakni tidak tarlalu keras dan tidak bablas.

CELAKANYA, STIGMA WAHABI TELAH MERUSAK SOLIDARITAS UMAT ISLAM
Namun, hal yang sungguh sangat ironis akhir-akhir ini, ketika solidaritas yang seharusnya muncul di tengah-tengah umat Islam menjadi hilang oleh sebab adanya pelabelan wahabi terhadap umat Islam yang sedang dizalimi. Faktanya, kita selalu mendengar keluarnya label wahabi dari mulut-mulut sebagian umat Islam terhadap umat Islam lainnya yang sedang diperangi dan dizalimi kaum kuffar.

Tuduhan wahabi betul-betul telah menjadi senjata yang mematikan dalam memporak porandakan soliditas umat Islam dan menghilangkan solidaritas di antara sesama kita.

Sebagai contoh, ketika saat ini dunia sedang menangis menyaksikan umat Islam di Aleppo Suriah dibantai rezim Bassar Assad yang dibantu Iran, Amerika Serikat, Rusia dan lain-lain, maka "label wahabi" yang dilemparkan musuh Islam terhadap umat Islam yang sedang dibantai ini telah menjadi strategi paling ampuh dalam mencegah munculnya solidiritas umat Islam lainnya kepada mereka.

Bahkan, celakanya lagi, bukan hanya solidaritas ini yang mulai terkikis karena label wahabi, namun juga munculnya hembusan angin permusuhan dan fitnah kepada mereka yang jujur hendak menunjukkan solidaritas mereka kepada umat Islam yang sedang terzalimi tersebut.

Seolah, ketika sekelompok umat Islam mendapat label wahabi, mereka sudah hilang haknya untuk mendapat solidaritas dari umat Islam atas kezaliman yang mereka terima dari orang-orang kafir. Ketika mereka dilabeli wahabi, seolah mereka bukan lagi manusia. Ketika mereka dilabeli wahabi, maka seolah kita tidak perlu lagi menangis melihat bayi-bayi yang tubuhnya hancur, ibu-ibu dan anak-anak yang meninggal di bawah puing-puing bangunan yang dihancurkan dengan senjata canggih para musuh Islam.

Seolah, ketika mereka dilabel wahabi oleh media-media yang dikuasai syi'ah dan liberal, maka kita sudah wajib percaya, sudah wajib mematikan nurani kita.

Di antara alasan penolakan untuk solidaritas Suriah, misalnya, bahwa konflik di Suriah itu adalah rekayasa Israel dan wahabi yang ingin menjatuhkan pemerintahan Bassar Assad, seorang syi'ah yang dianggap sangat pro Aswaja karena pernah berfoto bersama ulama Aswaja Suriah.

MELIHAT DENGAN PANDANGAN KEMANUSIAAN
Maka, setiap kali kita mendengar rintihan dan tangisan umat Islam di Suriah, setiap kali itu pula muncul pernyataan-pernyataan bahwa konflik di Suriah itu diciptakan wahabi. Seolah, ketika menurut mereka konflik di Suriah diciptakan wahabi, maka saat itu kita tidak perlu lagi menunjukkan solidaritas kepada umat Islam di Suriah, seolah nurani kemanusiaan kita sudah tidak penting lagi dihidupkan.

Dan lucunya, setelah menuduh wahabi satu-satunyanya penyebab konflik Suriah, pada saat yang sama mereka sama sekali menolak mengakui kebengisan Bassar Assad terhadap rakyatnya. Mereka juga tidak mengakui kebengisan tentara-tentara Komunis Rusia yang "ditepung tawari" pendeta Kremlin saat hendak pergi ke Suriah karena keyakinan mereka bahwa perang tersebut adalah lanjutan dari perang Salib melawan umat Islam.

Bahkan, mereka tidak jarang menunjukkan rasa sukacitanya kepada Rusia karena dianggap telah mampu memerangi ISIS, meskipun dunia telah secara jelas melihat bahwa Rusia memerangi umat Islam, bukan hanya ISIS.


Pelabelan wahabi terhadap sesama umat Islam di Suriah yang diperangi Bassar Assad, Iran, Rusia dan musuh-musuh kemanusiaan lainnya, betul-betul telah menjadi penghalang atas munculnya solidaritas kemanusiaan di tengah umat Islam. Label wahabi telah mematikan nurani kemanusiaan kita.

Label wahabi, membuat kita sudah tidak mampu melihat dengan pandangan kemanusiaan terhadap umat Islam di Suriah. Seolah, meyakini mereka yang dizalimi tersebut sebagai wahabi adalah lebih penting daripada pandangan kemanusiaan. Na'uzubillahi min zalik.

Sepertinya, kita betul-betul sudah melupakan politik "devide et ampera" (pecah belah dan kuasai) yang dipraktekkan Belanda dahulu saat menjajah Aceh, dan juga politik pecah belah lainnya yang dipraktekkan para negara kapitalis lainnya di berbagai dunia Islam.

Barangkali, Kita lupa apa yang disabdakan Nabi Muhammad Saw:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim].

Lalu, atas realitas ini, haruskah kita mengikuti cara berfikir mereka yang anti solidaritas terhadap umat Islam di Suriah? Jangan pernah. Teladan kita adalah Nabi Muhammad Saw. Cukuplah hadis di atas menjelaskan kepada kita bagaimana seharusnya kita menyikapi kezalimah yang dirasakan umat Islam Suriah. Inilah jalan kafilah akhi zaman, yaitu jalannya orang-orang Ahlu Sunnah wal Jama'ah.

Ya Allah, senantiasalah Engkau perlihatkan kepada kami yang haq sebagai haq, dan bathil sebagai bathil. Bantulah kam untuk tetap lurus di jalanMu... Amiin ya Rahman...

Tulisan ini sudah dimuat di halaman Facebook penulis


Related

Romantika Kehidupan 5733037711574159654

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item