Meraih Keampunan Allah Swt
Meraih Keampunan Allah di Bulan Ramadhan Oleh Teuku Zulkhairi Sebagai ajaran yang salah satu karakteristiknya ialah R...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2016/06/meraih-keampuna-allah-swt.html
Meraih Keampunan Allah
di Bulan Ramadhan
Oleh Teuku Zulkhairi
Sebagai ajaran yang salah satu karakteristiknya ialah Rabbaniyah, yaitu ajaran yang berasal dari Allah dan memiliki orientasi akhir menuju kepadaNya serta dengan manhaj yang telah ditentukanNya pula, Islam memahami betul tabiat alami manusia yang cenderung melakukan pelanggaran. Hal ini bisa dipahami karena disamping diberikan anugerah akal, namun manusia juga diberikan nafsu. Ini berbeda dari Malaikat yang tidak diberikan nafsu, kecuali hanya akal saja.
Oleh sebab itu, karakteristik berikutnya dari ajaran Islam adalah Insaniyah – yaitu bahwa Islam memahami tabiat manusia dengan segala kelemahannya. Pemahaman Islam atas tabiat manusia seperti ini kemudian Islam memberikan jalan keluar dan solusinya. Maka saat di satu sisi sifat manusia cenderung melanggar, maka di sisi lain Islam memperkenalkan kita nama-nama Allah yang mulia (asmaul husna), antara lain yaitu Rahman (Pengasih) dan Rahim (Penyayang). Dengan nama seperti ini, jelas bahwa Allah Swt adalah Zat yang penuh kasih sayang terhadap hamba-hambaNya.
Meskipun seorang hamba bergelimang dalam noda dan dosa, tapi Ia tetap memberi kesempatan untuk kembali ke jalanNya yang lurus (sirhat al-Mustaqiim) setelah barangkali kita telah khilaf, lupa, luput sehingga menjadi noda dan dosa.
Islam memperkenalkan kepada kita berbagai sarana pengampunan. Cukup banyak amalan yang diperkenalkan Islam yang orientasinya adalah menghapus dosa-dosa yang diperbuat manusia, baik atas dosa yang diperbuat dengan cara disengaja ataupun tidak. Islam misalnya memperkenalkan kepada kita berbagai model amalan lisan, seperti Istighfar, tasbih, dan Zikir yang apabila dibacakan maka akan terampuninya dosa-dosa kita yang telah diperbuat.
Perhatikan misalnya hadis berikut ini: "Barangsiapa yang mengatakan ‘Subhanallahi wa bihamdihi’ dalam satu hari seratus kali, maka akan dihapuskan dosanya walau-pun seperti buih di lautan" (Muttafaqun ‘alaihi). Bergitu juga hadis berikut ini: "Barangsiapa bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh tiga kali, dan bertahmid tiga puluh tiga kali, kemudian mengucapkan: Laa ilaaha illa Allah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli sya’in qadir, setiap selesai shalat, maka akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.”(HR Imam Ahmad, Darimi, Malik).
Begitu juga misalnya pelaksanaan shalat sebagai kewajiban harian yang juga mendapat jaminan akan terhapusnya dosa-dosa kita yang telah diperbuat. “Shalat lima waktu dan (shalat) Jum’at ke (shalat) Jum’at serta dari Ramadhan ke Ramadhan semua itu menjadi penghabus (dosanya) antara keduanya selama ia tidak terlibat dosa besar.” (H.R Muslim). Lalu perhatikan juga hadis berikut ini: “Tidak seorangpun yang bilamana tiba waktu shalat fardhu lalu ia membaguskan wudhunya, khusyu’nya, rukuknya, melainkan shalatnya menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi ia tidak mengerjakan dosa yang besar. Dan yang demikian itu berlaku untuk seterusnya.” (H.R Muslim).
Keutamaan Ramadhan
Sementara itu, pintu terbesar yang disediakan untuk kita kembali ke jalanNya adalah Ramadhan, bulan yang pahala setiap kebaikan yang dikerjakan didalamnya akan dilipat gandakan. Perhatikan misalnya hadis berikut ini: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (H.R. Bukhari dan dan Muslim).
Subhanallah, sampai bau mulut orang yang berpuasa di bulan Ramadhan saja begitu dimuliakan. Dan karena puasa adalah ibadah sembunyi (batin), maka Allah sendiri yang akan membalasnya, sesuatu yang menandakan keagungan puasa Ramadhan. Bahkan, Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa orang yang berpuasa adalah salah satu yang dirindukan oleh Syurga. Perhatikan hadis Nabi Muhammad Saw berikut ini misalnya, “Barang siapa shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman kepada Allah dan mengharap keridhaanNya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R.Bukhari dan Muslim). Shalat tarawih juga menjadi sarana bagi kita untuk memperoleh ampunaNya.
Jadi, di tengah berbagai dosa yang melekat pada diri kita, sungguh rugi jika kita tidak memaksimalkan amalan-amalan di bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan, kita juga distimulusi untuk membaca Alqur’an: “Bacalah Alquran, maka sesungguhnya Alquran itu akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya (H.R. Muslim). Di balik itu, sedekah bulan Ramadhan juga merupakan sebaik-baik sedekah sebagai hadis Nabi berikut ini: “Seutama-utama shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan.” (HR. At-Turmudzi).
Adanya janji-janji pengampunan di bulan Ramadhan sehingga bulan ini juga disebut sebagai bulan maghfirah (ampunan). Namun, meskipun Ramadhan menjanjikan berbagai keampunan Allah Swt di dalamnya, Islam juga menegaskan terdapat dosa-dosa yang tidak akan diampuni Allah Swt sehingga kita mesti menjauhi perbuatan dosa tersebut sekuat tenaga dan semaksimal usaha. Rasulullah bersabda: “Jauhilah tujuh penyebab bencana.” Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya: “Apa itu ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, desersi dari medan jihad serta menuduh wanita mukminat yang memelihara diri sebagai melakukan perbuatan keji.” (HR Muslim).
Memperbanyak Amalan Baik
Maka tidak heran bila Rasulullah Saw menyebut sungguh meruginya orang-orang yang menjumpai Ramadhan namun belum tersebut berlaku dan dosa-dosanya tidak terampuni. Marilah kita mengingat kembali hadis Nabi berikut ini: “Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang disebutkanku, lalu dia tidak bershalawat atasku. Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya). Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” (H.R. Tirmidzi).
Sesungguhnya meskipun dunia diciptakan untuk kita, tapi kita diciptakan untuk akhirat. Maka dunia adalah tempat kita menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi kelak di akhirat nanti. Oleh sebab itu, marilah kita manfaatkan momentum bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak amalan baik sebagai bekal untuk kehidupan kita di akhirat, sebagaimana yang menjadi karakteristik orang yang bertaqwa (muttaqiin) dalam Alquran.
Selain berpuasa dengan ikhlas, marilah mengisi Ramadhan ini dengan memperbanyak zikir, tasbih-tahmid-tahlil, shalat dan menjaga waktunya, memperbanyak sedekah dan membayar zakat, qiyamullail, menahan amarah, senantiasa beristighfar, senantiasa meminta keampunan Allah atas dosa yang dilakukan, tilawah Alquran, sabar dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan marilah menghiasai diri dengan akhlak terpuji, senantiasa syukur, tawakkal, t asamuh(toleransi), pemaaf, tawadhu’. Dengan memiliki bekal dan akhlak mulia seperti ini, semoga Allah Swt akan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Amiin ya Rabb. Wallahu a’lam bishshawab.
Dimuat di Serambi Indonesia.
Link: http://aceh.tribunnews.com/2016/06/26/meraih-keampunan-allah