Memang Sulit Memboikot Produk Yahudi, Tapi Jangan Tidak Berusaha, Apalagi Nyinyir
Wagub Aceh Nova Iriansyah Didampingi Rektor UIN Ar-Raniry dan Walikota Banda Aceh Menyeru Masyarakat Aceh untuk Boikot Produk Yahudi di De...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2017/08/memang-sulit-memboikot-produk-yahudi.html
Wagub Aceh Nova Iriansyah Didampingi Rektor UIN Ar-Raniry dan Walikota Banda Aceh Menyeru Masyarakat Aceh untuk Boikot Produk Yahudi di Depan Masjid Raya Baiturrahman. Foto: Dicky |
Oleh Teuku Zulkhairi
Di luar dugaan, rupanya seruan
boikot produk Yahudi oleh sejumlah ulama dan umara di masjid Raya Baiturrahman
minggu kemaren menghadirkan cibiran dan nyinyiran dari sekelompok orang. Alasan
nyinyiran itu muncul sepertinya karena berawal dari anggapan bahwa tidak
mungkin memboikot produk Yahudi oleh karena produk mereka telah merajai setiap
lini kehidupan.
Saat ini kita memang hidup di
suatu zaman dimana kita umat Islam seperti buih di lautan, seperti
"makanan di atas meja hidangan". Dalam istilah Tu Sop Jeunieb, kita
senantiasa direncanakan orang lain.
Akan tetapi, semangat para
ulama dan umara (Walikota Banda Aceh dan Wagub Aceh) pada Tabligh Akbar Aceh
untuk Palestina yang menyeru masyarakat Aceh untuk memboikot produk Yahudi
sebenarnya merupakan panggilan iman dan tanggung jawab sejarah dan peradaban
kita sehingga tidak perlu sama sekali ada cibiran dan nyinyiran.
Suatu perkembangan yang sangat
significan ketika para ulama dan umara di Aceh bersatu menyeru boikot produk
Yahudi sebagai langkah konkrit menunjukkan dukungan untuk Palestina. Lalu, bagaimana
mungkin kita sebagai muslim bisa mencibir suatu kebaikan yang sedang ingin
diperjuangkan oleh muslim yang lain?
Sepenuhnya seruan itu adalah
untuk kebaikan karena sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan,juga akan menjadi
hujjah kita kelak di hadapan Allah tentang apa yang pernah kita lakukan untuk
melawan kezaliman. Bahwa terlalu sulit memboikot produk Yahudi oleh karena
telah memasuki semua lini kehidupan bukanlah alasan yang membenarkan kita untuk
mencibir dan nyinyir pada seruan memboikot produk Yahudi.
Tugas kita bagaimana
memperkuat seruan itu agar setidaknya terrealisasi semaksimal mungkin, jadi
bukan kita mencibir upaya tersebut. Kita paham produk Yahudi begitu dahsyat
membanjiri masyarakat kita, bahkan kita juga sulit melepas diri dari produk
Yahudi, seperti Facebook ini. Tapi setidkanya, jikapun tidak bisa kita boikot
seluruhnya, maka minimal kita jangan tidak memboikot sama sekali untuk
produk-produk yang bisa kita boikot.
Jangan sampai, kita justru
menjadi pihak yang mencibir dan menyinyir atas seruan upaya boikot produk
Yahudi. Kita perlu yakin dan perlu
berjuang. Kita perlu menghilangkan perasaan rendah diri (mental inferior).
Hilangkan anggapan di pikiran kita bahwa kita tidak bisa memboikot. Pasti bisa
jika kita mau. Pasti bisa jika kita mau mendukung gerakan saudara-saudara kita
yang ingin boikot produk Yahudi.
Kita orang Aceh adalah
keturunan para pejuang, seharusnya tak ada di kamus kita mental rendah diri dan
pesimis. Ketika kita mau memboikot
produk-produk Yahudi, seperti air kemasan dan sebagainya, maka bukan saja kita
telah melemahkan upaya Yahudi merebut Al-Aqsha, namun juga kita akan turut
serta memberdayakan ekonomi saudara-saudara muslim kita di Aceh khususnya.
Bagaimana
Kita Memboikot Produk Yahudi Sementara Facebook dkk Juga Milik Mereka?
Itulah di antara isu atau
pertanyaan yang bergulir pasca Tabligh Akbar Aceh untuk Palestina, khususnya
karena adanya seruan boikot produk Yahudi oleh para ulama dan umara. Untuk
memahami perkara ini, mari sejenak kita membaca Sirah Nabawiyah. Pasca perang
Badar, sejumlah Yahudi berhasil ditawan kaum muslimin.
Di antara Yahudi yang tertawan
itu terdapat sejumlah orang di antaranya yang bisa mengajar baca tulis huruf. Apa
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kemudian adalah meminta si Yahudi itu untuk
mengajarkan baca tulis kepada anak-anak kaum Muslimin di Madinah. Ini merupakan
upaya Nabi Muhammad Saw untuk memerangi buta huruf di kalangan umat Islam
generasi pertama.
Kesediaan si Yahudi tawanan
kaum muslimin untuk mengajari baca tulis bagi anak-anak kaum muslimin menjadi
syarat pembebasan baginya dari tawanan kaum muslimin. Sejumlah Yahudi yang mengajari anak-anak kaum
Muslimin di Madinah kemudian dibebaskan setelah mengajari baca tulis.
Tapi apakah Nabi Muhammad Saw
dan umat Islam pada saat itu tidak lagi memerangi Yahudi? Justru perlawanan
terhadap kejahatan Yahudi saat itu terus berlanjut. Jadi, logika tidak mungkin
memboikot produk Yahudi karena kita masih menggunakan Facebook dkknya adalah
logika yang ketinggalan zaman, bahkan ini bisa disebut sebagai logika pra
Islam.
Kita sebut sebagai logika pra
Islam karena seharusnya sebagai muslim kita harus senantiasa berfikir dibawah
tuntunan logika Islam. Apalagi, Facebook juga bisa gunakan untuk sarana
perlawanan atas kezaliman-kezaliman yang dilakukan di atas permukaan bumi.
Bagi anda yg menggunakan
Facebook utk tujuan kebaikan bisa berhujjah dg dalil Nabi Muhammad Saw yg
meminta tawanan dari kalangan Yahudi pasca perang Badar utk mengajarkan baca
tulis kpd anak2 kaum muslimin. Intinya, Nabi Muhammad Saw menggunakan kemahiran
mereka utk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Tidak nyambung kalau karena
kita menggunakan Facebook lalu kita ridha saja pada penjajahan Israel atas
Palestina.