Memang Sulit Memboikot Produk Yahudi, Tapi Jangan Tidak Berusaha, Apalagi Nyinyir

Wagub Aceh Nova Iriansyah Didampingi Rektor UIN Ar-Raniry dan Walikota Banda Aceh Menyeru Masyarakat Aceh untuk Boikot Produk Yahudi di De...

Wagub Aceh Nova Iriansyah Didampingi Rektor UIN Ar-Raniry dan Walikota Banda Aceh Menyeru Masyarakat Aceh untuk Boikot Produk Yahudi di Depan Masjid Raya Baiturrahman. Foto: Dicky

Oleh Teuku Zulkhairi

Di luar dugaan, rupanya seruan boikot produk Yahudi oleh sejumlah ulama dan umara di masjid Raya Baiturrahman minggu kemaren menghadirkan cibiran dan nyinyiran dari sekelompok orang. Alasan nyinyiran itu muncul sepertinya karena berawal dari anggapan bahwa tidak mungkin memboikot produk Yahudi oleh karena produk mereka telah merajai setiap lini kehidupan.

Saat ini kita memang hidup di suatu zaman dimana kita umat Islam seperti buih di lautan, seperti "makanan di atas meja hidangan". Dalam istilah Tu Sop Jeunieb, kita senantiasa direncanakan orang lain.

Akan tetapi, semangat para ulama dan umara (Walikota Banda Aceh dan Wagub Aceh) pada Tabligh Akbar Aceh untuk Palestina yang menyeru masyarakat Aceh untuk memboikot produk Yahudi sebenarnya merupakan panggilan iman dan tanggung jawab sejarah dan peradaban kita sehingga tidak perlu sama sekali ada cibiran dan nyinyiran.

Suatu perkembangan yang sangat significan ketika para ulama dan umara di Aceh bersatu menyeru boikot produk Yahudi sebagai langkah konkrit menunjukkan dukungan untuk Palestina. Lalu, bagaimana mungkin kita sebagai muslim bisa mencibir suatu kebaikan yang sedang ingin diperjuangkan oleh muslim yang lain?

Sepenuhnya seruan itu adalah untuk kebaikan karena sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan,juga akan menjadi hujjah kita kelak di hadapan Allah tentang apa yang pernah kita lakukan untuk melawan kezaliman. Bahwa terlalu sulit memboikot produk Yahudi oleh karena telah memasuki semua lini kehidupan bukanlah alasan yang membenarkan kita untuk mencibir dan nyinyir pada seruan memboikot produk Yahudi.

Tugas kita bagaimana memperkuat seruan itu agar setidaknya terrealisasi semaksimal mungkin, jadi bukan kita mencibir upaya tersebut. Kita paham produk Yahudi begitu dahsyat membanjiri masyarakat kita, bahkan kita juga sulit melepas diri dari produk Yahudi, seperti Facebook ini. Tapi setidkanya, jikapun tidak bisa kita boikot seluruhnya, maka minimal kita jangan tidak memboikot sama sekali untuk produk-produk yang bisa kita boikot.

Jangan sampai, kita justru menjadi pihak yang mencibir dan menyinyir atas seruan upaya boikot produk Yahudi.  Kita perlu yakin dan perlu berjuang. Kita perlu menghilangkan perasaan rendah diri (mental inferior). Hilangkan anggapan di pikiran kita bahwa kita tidak bisa memboikot. Pasti bisa jika kita mau. Pasti bisa jika kita mau mendukung gerakan saudara-saudara kita yang ingin boikot produk Yahudi.

Kita orang Aceh adalah keturunan para pejuang, seharusnya tak ada di kamus kita mental rendah diri dan pesimis.  Ketika kita mau memboikot produk-produk Yahudi, seperti air kemasan dan sebagainya, maka bukan saja kita telah melemahkan upaya Yahudi merebut Al-Aqsha, namun juga kita akan turut serta memberdayakan ekonomi saudara-saudara muslim kita di Aceh khususnya.

Bagaimana Kita Memboikot Produk Yahudi Sementara Facebook dkk Juga Milik Mereka?

Itulah di antara isu atau pertanyaan yang bergulir pasca Tabligh Akbar Aceh untuk Palestina, khususnya karena adanya seruan boikot produk Yahudi oleh para ulama dan umara. Untuk memahami perkara ini, mari sejenak kita membaca Sirah Nabawiyah. Pasca perang Badar, sejumlah Yahudi berhasil ditawan kaum muslimin.

Di antara Yahudi yang tertawan itu terdapat sejumlah orang di antaranya yang bisa mengajar baca tulis huruf. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kemudian adalah meminta si Yahudi itu untuk mengajarkan baca tulis kepada anak-anak kaum Muslimin di Madinah. Ini merupakan upaya Nabi Muhammad Saw untuk memerangi buta huruf di kalangan umat Islam generasi pertama.

Kesediaan si Yahudi tawanan kaum muslimin untuk mengajari baca tulis bagi anak-anak kaum muslimin menjadi syarat pembebasan baginya dari tawanan kaum muslimin.  Sejumlah Yahudi yang mengajari anak-anak kaum Muslimin di Madinah kemudian dibebaskan setelah mengajari baca tulis.

Tapi apakah Nabi Muhammad Saw dan umat Islam pada saat itu tidak lagi memerangi Yahudi? Justru perlawanan terhadap kejahatan Yahudi saat itu terus berlanjut. Jadi, logika tidak mungkin memboikot produk Yahudi karena kita masih menggunakan Facebook dkknya adalah logika yang ketinggalan zaman, bahkan ini bisa disebut sebagai logika pra Islam.

Kita sebut sebagai logika pra Islam karena seharusnya sebagai muslim kita harus senantiasa berfikir dibawah tuntunan logika Islam. Apalagi, Facebook juga bisa gunakan untuk sarana perlawanan atas kezaliman-kezaliman yang dilakukan di atas permukaan bumi.

Bagi anda yg menggunakan Facebook utk tujuan kebaikan bisa berhujjah dg dalil Nabi Muhammad Saw yg meminta tawanan dari kalangan Yahudi pasca perang Badar utk mengajarkan baca tulis kpd anak2 kaum muslimin. Intinya, Nabi Muhammad Saw menggunakan kemahiran mereka utk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Tidak nyambung kalau karena kita menggunakan Facebook lalu kita ridha saja pada penjajahan Israel atas Palestina.

Banda Aceh, 9 Agustus 2017


Related

Paradigma Islam 4317223364913111955

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item