Tanggungjawab Santri Menyuarakan Kebenaran

Foto dari Media Sosial (Refleksi Hari Santri 22 Oktober 2018) Oleh Teuku Zulkhairi Kebenaran akan semakin hilang jika semakin ...

Foto dari Media Sosial
(Refleksi Hari Santri 22 Oktober 2018)

Oleh Teuku Zulkhairi

Kebenaran akan semakin hilang jika semakin sedikit yang menyuarakannya. Ketika suara kebenaran semakin sedikit, maka yang akan terjadi adalah merajalelanya kerusakan, ketimpangan dan kehancuran. Kalau kita perhatikan, jika ketimpangan-ketimpangan muncul dan merajelala, bisa dipastikan itu terjadi karena sedikitnya yang menolak dan menentang.

Maka Saidina Ali sebagaimana dikutip Ustaz Abdul Somad berkata: “Aku tak pernah ragu tentang hak dan batil karena dunia ini dari dulu isinya hak dan batil. Ada Qabil dan ada Habil. Ada Nabi Ibrahim dan ada Namrud. Ada Musa dan ada Fir’aun. Ada Nabi Isa dan ada Herodes. Ada Nabi Muhammad dan ada Abu Lahab. Aku tak mengkhawatirkan itu semua kata Saidina Ali r.a. Yang Aku khawatirkan adalah diamnya orang yang benar, sehingga orang yang salah merasa benar”.

Mengatakan kebenaran memang butuh keberanian. Terkadang juga berisiko. Kita bisa menyimak catatan sejarah bagaimana nasib orang-orang yang konsisten berkata benar. Hari ini kita sering membaca dan mengupas pemikiran para ulama-ulama di masa silam. Kadangkala kita lupa, bahwa mereka adalah orang-orang yang konsisten menyuarakan kebenaran, meskipun mereka kemudian menderita.

Imam Abu Hanifah misalnya, beliau pernah dicambuk karena berseberangan dengan penguasa. Hal serupa juga dialami para ulama lainnya, seperti Imam Hambali (Ahmad bin Hambal) yang disiksa karena menolak mengakui Alquran sebagai makhluk. Hal serupa juga dialami para ulama besar lainnya seperti Imam Syafi’i, Tsufyan Ats-Tsauri, Malik bin Anas dan banyak ulama lainnya yang tercatat dalam tintas emas sejarah peradaban Islam. Kisah-kisah mereka menegaskan bahwa kita mesti konsisten mengatakan kebenaran, karena kebenaran itu akan padam jika tidak ada yang memperjuangkan dan bersedia menahan resikonya.

Maka pantaslah bila suatu ketika Rasulullah Saw suatu ketika bersabda, “Katakan yang benar, meskipun pahit”. Dari hadis ini yang sering dilafal para santri di dayah, seolah-olah mewanti-wanti kita akan pentingnya kita terus berkata benar, apapun resikonya.

Dalam dunia yang semakin materialis, kadangkala materialisme mengalahkan nalar. Penyakit materialisme memang dewasa ini kian menggurita menjadi musuh bagi peradaban. Maka kita kembali diingatkan oleh Allah Swt untuk “Tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit”. 

Lalu, Allah Swt dalam Alquran surat Ash-Shaf ayat 10-12 juga menawarkan kepada kita suatu perniagaan yang paling penting karena akan memberikan kesuksesan.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.”


Screehshot Koran Serambi Indonesia, Senin 22 Oktober 2018




Jadi balasan dari perniagaan yang ditawarkan kepada kita oleh Allah Swt adalah syurga. Lalu adakah yang lebih penting selain syurga? Barangkali, inilah yang dipahami oleh para ulama dahulu sehingga mereka konsisten di atas jalan kebenaran dengan cara terus menyuarakan kebenaran apapun resikonya. Dan oleh sebab itulah nama mereka terus mewangi sepanjang zaman dan menjadi teladan baik bagi generasi muda Islam.

Suatu ketika saya mendengar dan mencatat sejumlah nasihat Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop), salah satu ulama Aceh yang sangat saya kagumi dan pikiran beliau senantiasa saya catat. Saat itu beliau mengatakan, dunia global saat ni menderita penyakit ‘phobia Islam’ di berbagai negara.

Menurut beliau, hal ini terjadi karena lemahnya arus dakwah yang dilakukan oleh umat Islam. Jauh lebih lemah dari “dakwah” mereka yang phobia terhadap Islam. Dan kata beliau lagi, disinilah diperlukannya peran santri untuk terus menyuarakan kebenaran dalam setiap ruang sehingga kebenaran menjadi opini publik.

Nampaknya Tu Sop melihat lebih jauh ke luar. Bahwa problem umat Islam saat ini begitu berat, luas dan komplek. Kita mengadapi suatu tantangan zaman yang berat dimana kebenaran Islam dianggap asing oleh manusia. Padahal, sejatinya kebenaran Islam adalah sesuai dengan fitrah manusia seluruhnya.

Tapi kenapa banyak manusia melawan kebenaran Islam? Hal itu karena kebenaran Islam bertentangan dengan hawa nafsu. Sementara manusia yang semakin materialis dan hedonis cenderung menganggap mengikuti nafsu dengan anggapan sebagai suatu kebebasan azasi. Maka tanggung jawab para santri cukup berat. Yaitu bagaimana dapat berperan serta secara maksimal dalam mewujudkan kebenaran Islam sebagai opini publik.

Kepada kami Tu Sop saat itu juga menyampaikan bahwa nilai-nilai kebenaran yang ada pada santri yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw dan sahabat, dia akan terdegradasi oleh aliran-aliran atau pemikiran yang menyimpang dimana dalam penyampaiannya lebih cepat dan lebih luas jangkauannya dan lebih sistematis.

Akibatnya, kebenaran yang diwariskan dalam dunia santri akan menjadi tenggelam bukan karena dia tidak benar dan tidak baik sehingga dituduh eklusif, tetapi oleh sebab lemah di dalam strategi dakwah dan pembentukan opini publik. Intinya, menurut Tu Sop, kalau pelaku kebenaran diam, maka yang terjadi adalah kebenaran itu akan dikesankan sebagai kebatilan.

Sebagai peta jalan bagi santri dalam menentukan sikap dan kiprahnya, Tu Sop menerangkan ada dua hal yang perlu diperhatikan secara seimbang dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Pertama, kajian tentang bagaimana mempertahankan kebenaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, jangan dimasuki oleh bid’ah dan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alquran dan Sunnah. Kedua, bagaimana strategi Rasulullah Saw dan para sahabat dalam mendakwahkan kebenaran tersebut.

Maka penyampaikan kebenaran oleh para santri juga harus memenuhi aspek hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah dengan cara yang ahsan (terbaik), proporsional (sesuai dengan kebutuhan publik) dan professional. Artinya, menurut Tu Sop, argumentasi Islam harus disampaikan dengan cara-cara yang terbaik sehingga kebenaran bisa diterima dan menjadi opini publik.

Jika pada tataran global kondisi umat Islam seperti itu, maka bukan berarti di level lokal negara kita tidak terjadi. Pada faktanya, kita menyaksikan sejumlah problem menimpa bangsa kita. Korupsi yang senantiasa merajalela. Ketidakadilan.

Dan perihnya, saat ini kita juga menyaksikan sebuah fenomena yang sangat menyedihkan dimana banyak manusia yang berlomba-lomba membenarkan kezhaliman, membenarkan kebohongan, membenarkan para pendusta, membenarkan kerusakan, kehancuran, kesesatan dan seterusnya.

Sisinilah peran tanggung jawab besar berada di pundak santri, untuk berdiri teguh di atas jalan Islam. Ketika bangsa ini kian “haus” dengan nilai-nilai kemuliaan yang kian sirna, ketika bangsa ini kian merindukan keadilan, kemandirian dan kejayaan, maka disinilah para santri dapat membawa “segelas air” untuk mengobati dahaga bangsa. Maka para santri harus terus berjalan mengawal bangsa ini, dengan terus konsisten dan tegas berdiri di atas garis kebenaran. Selamat Hari Santri 22 Oktober 2018.


Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Alumnus Dayah Babussalam Matangkuli Aceh Utara. Ketua Departemen Humas Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Wakil Ketua Dewan Pakar Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD). Email: abu.erbakan@gmail.com.


http://aceh.tribunnews.com/2018/10/22/santri-menyuarakan-kebenaran

Related

Santri 5550568008910550874

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item