Kisah Pasukan Korea Menahan Invasi Tentara China
Film The Great Battle (Perang Pesar) ini mengkisahkan sejarah masa lalu heroisme bangsa Korea dalam menahan laju invasi China dibawah...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2019/02/kisah-pasukan-korea-menahan-invasi.html
Film The Great Battle (Perang Pesar) ini mengkisahkan sejarah masa lalu heroisme bangsa Korea dalam menahan laju invasi China dibawah pimpinan Kaisar Tang yang berusaha menyerang benteng Ansi yang dijaga oleh Jenderal Yang Man-chun.
Konon, film yang diproduksi perusahaan
Korea ini diangkat dari fakta sejarah. Jadi ini yang membuat film ini sangat
menarik.
Kaisar Tang yang telah berhasil
menaklukkan banyak negeri membawa 500 ribu pasukan untuk menggempur benteng
Ansi yang dijaga oleh 5000 pasukan yang dipimpin Jenderal Yang Man-chun.
Bayangkan, 500.000 melawan 5000 orang. Tentu sangat tidak sebanding.
Semangat Kaisar Tang untuk menyerang
benteng Ansi yang dikisahkan dalam film ini adalah untuk menjajah, merampok dan
memperkosa.
Sementara itu, semangat Jenderal Yang
Man-chun mempertahankan benteng Ansi adalah untuk membela tanah air mereka,
menjaga anak-anak mereka dari ancaman penindasan, keluarga dan bangsa mereka.
Apapun harga yang harus mereka bayar.
Dikisahkan, sebelumnya Kaisar Tang sudah
berhasil menaklukkan banyak negeri. Dan semua berhasil.
Tapi di Benteng Ansi ini akhirnya pasukan
Kaisar Tang mengalami kekalahan tragis. Setelah tiga kali mencoba menyerang
benteng Ansi dengan berbagai strategi gila dan dari berbagai sisi, benteng Ansi
tetap berdiri kokoh yang dijaga Jenderal Yang Man-chun.
Pasukan Kaisar Tang akhirnya lari kocar
kacir setelah bantuan dari Ibukota tiba di benteng Ansi, dan dimana sebelumnya
Kaisar Tang sendiri terluka parah. Anak panah dari busur yang dilepaskan
Jenderal Yang Man-chun dari jarak jauh akhirnya mengenai salah satu bola mata
Kaisar Tang.
Dan tiga bulan setelah kalah perang di
Benteng Ansi ini, akhirnya Kaisar Tang pun tewas setelah sebelumnya
"mewasiatkan" agar siapapun jangan coba-coba menyerang Benteng Ansi.
Bagi saya, setidaknya ada dua hal yang
menarik perhatian saya dari film ini:
Pertama, sosok Yang Man-chun yang
dikisahkan sebagai panglima yang sangat merakyat. Ia betul-betul dengan jujur
mencintai rakyatnya. Di tengah malam ia "blusukan" memantau warganya.
Mendatangi salah satu warga yang melahirkan dan seterusnya.
Dan hasilnya, Yang Man-chun menjadi sosok
yang betul-betul dicintai rakyatnya. Bahkan, Yang Man-chun dianggap warganya
sebagai Benteng Ansi itu sendiri. Benteng Ansi adalah Yang Man-chun, dan Yang
Man-chun adalag Benteng Ansi. Maka rakyat mau berkorban untuknya
sebagaimana ia juga siap berkorban untuk rakyatnya.
Kedua, peluncuran film ini (pada tahun
2018 lalu) pada saat dimana dominasi China yang kian menggurita dalam berbagai
bidang kehidupan.
Apakah ini cara Korea untuk merawat ingatan
bangsanya agar senantiasa sigap menghadapi berbagai ancaman invasi bangsa asing
di dunia modern? Kalau bukan ini, lalu apa alasan lainnya film ini dibuat?
Teuku Zulkhairi
Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh