Oleh Teuku Zulkhairi Saya sudah menduga bahwa arah dari drama isu dosen UIN Ar-Raniry yang membawa mahasiswanya ke gereja pada akhi...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/01/walau-berita-ini-tidak-menarik-tapi-non.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Saya sudah menduga bahwa arah dari drama isu dosen
UIN Ar-Raniry yang membawa mahasiswanya ke gereja pada akhirnya akan berujung
pada stigmatisasi “Aceh tidak toleran”. Setidaknya komentar-komentar semacam
ini sudah mulai bermunculan di media sosial.
Tapi benarkah Aceh tidak toleran?
Mari
simak pengakuan non Muslim berikut ini:
1. Pengakuan Agamawan Hindu di Aceh
“Sepengatahuan
kami, selama saya menjabat sebagai Pembimas Hindu selama tujuh tahun di Aceh,
belum pernah kami jumpai adanya keluhan umat Hindu apabila mereka berhubungan
dengan masyarakat Muslim di Aceh yang menerapkan syari’at Islam. Tidak pernah
terjadi gesekan,” ujar Sahnan.
2.
Pengakuan
Agamawan Budha
“Secara
pribadi saya mendukung pelaksanaan syari’at Islam di Aceh, dalam artian
pelaksanaan syaria’t Islam benar-benar dilaksanakan dengan tepat sehingga efek
dari pelaksanaan syari’at islam bisa memberikan keteduhan, perlindungan dan
keamanan bagi umat non Islam itu sendiri, “ ujar Wiswadas kepada Suara
Darussalam, Selasa, (9/12).
 |
Wiswadas, S.Ag, M.Si |
Wiswadas mengakui, selama ia di Aceh, masyarakat Aceh
berinteraksi secara sosial dengan baik dengan umat Non Muslim.
“Saya juga punya pengalaman, saya bisa berinteraksi
dengan warga non muslim, mereka bisa berbaur dan menghargai, dalam konteks yang
sifatnya umum seperti gotong royong, kunjungan orang sakit dan sebagainya. Ini
suatu kebiasaan yang lazim nilai-nilai yang berlaku secara universal,” kata
Wiswadas menceritakan.
3.
Pengakuan
agamawan Kristen
Ketika ia diberi kesempatan berbicara,
Baron, begitu ia disapa spontan mengatakan, “Saya merasa menjadi khatolik
sejati selama di Aceh, tidak pernah dikekang untuk beribadah.”
Semua peserta yang hadir tercengang
mendengar pernyataan pria bernama lengkap Baron Ferison Pandiangan itu.
Pasalnya, saat itu beberapa media nasional dan internasional menyebutkan bahwa
kebebasan beragama di Aceh terkekang.
Baron, sang Pembina Masyarakat
(Pembimas) Katolik di Kanwil Kemenag Aceh mengatakan, dirinya sudah dua tahun
lebih di Aceh, tapi tidak sedikit pun ada rasa takut saat beribadah.
Menurutnya, tidak ada gesekan sama sekali dengan umat beragama lain.
Bahkan, Baron mengatakan Syariat Islam
membuat ia nyaman. Sehingga ia pun mendukung bila Syariat Islam diterapkan
secara kaffah di Provinsi berjuluk Serambi Mekkah, ini. Ia mengaku tahu bahwa
Islam juga mengajarkan toleransi terhadap umat beragama lain.
“Sungguh sangat luar biasa kalau
(syariat Islam kaffah) benar-benar ditegakkan, karena hampir sama dengan yang
kita perjuangkan. Kami Katolik, di Aceh sangat dilindungi," tandasnya.
Referensi: