Menjaga ‘Bangunan’ Ketakwaan
Oleh Teuku Zulkhairi BULAN Suci Ramadhan kini telah berada di pengujung. Keberuntungan besar bagi orang-orang yang berhasil memaksimalk...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/07/menjaga-bangunan-ketakwaan.html
Oleh Teuku Zulkhairi
BULAN Suci Ramadhan kini telah berada di pengujung. Keberuntungan besar bagi orang-orang yang berhasil memaksimalkan bulan agung ini dengan berbagai ibadah. Dengan berpuasa dan dengan memaksimalkan seluruh amalan kebajikan di bulan ini, kita dijanjikan akan memperoleh gelar takwa oleh Allah SWT. Gelar takwa adalah derajat agung yang pernah disandang oleh generasi awal (salafus shalih), yang di tangan mereka Islam pernah berjaya. Dengan spirit takwa, mereka mampu menjadikan Islam sebagai mercusuar dalam lapangan ilmu dan peradaban.
BULAN Suci Ramadhan kini telah berada di pengujung. Keberuntungan besar bagi orang-orang yang berhasil memaksimalkan bulan agung ini dengan berbagai ibadah. Dengan berpuasa dan dengan memaksimalkan seluruh amalan kebajikan di bulan ini, kita dijanjikan akan memperoleh gelar takwa oleh Allah SWT. Gelar takwa adalah derajat agung yang pernah disandang oleh generasi awal (salafus shalih), yang di tangan mereka Islam pernah berjaya. Dengan spirit takwa, mereka mampu menjadikan Islam sebagai mercusuar dalam lapangan ilmu dan peradaban.
Sebenarnya kita juga memiliki kesempatan meneruskan jejak para salafus shalih untuk meraih gelar takwa dan menjadikannya sebagai spirit dalam membangun peradaban Islam sehingga Islam kembali menjadi ustaziatul ‘alam (guru dunia). Harapan kita, setelah Ramadhan ini berakhir kita bisa memenuhi seleksi menuju kualifikasi takwa di mana kita telah betul-betul menjadi orang-orang yang beriman, menunaikan shalat, membayar zakat dan menafkahkan sebagian harta, menepati janji, menjadi orang yang sabar, pemaaf, dan tetap taat kepada Allah (istiqamah). Sifat-sifat ini adalah karakteristik orang-orang yang bertakwa yang disebutkan dalam ayat-ayat Alquran.
Setelah jika kita mampu memenuhi sebagian atau keseluruhan ciri-ciri tersebut, maka tugas kita selanjutnya adalah memastikan agar bangunan ketakwan yang kita bangun dengan susah payah ini tidak rusak. Jika perkara yang merusak ‘bangunan’ takwa tidak kita deteksi dan hindari, maka usaha menuju ketakwaan pun akan menjadi tidak bermakna. Artinya, setelah kita meraih gelar takwa, kita kembali dituntut untuk mempertahankan derajat ini agar tidak dirampas oleh kebodohan kita.
Para ulama menjelaskan perkara-perkara yang bisa merusak bangunan ketakwaan kita adalah kufur, syirik, fusuq, nifaq (kemunafikan), mendustakan Allah dan RasulNya.
Menurut Shalih bin Fauzan (2000: 14), kufur ada dua jenis yakni kufur besar dan kufur kecil. Kufur besar adalah mendustakan Allah dan RasulNya (al-Ankabut: 68), sombong (QS. Al-Baqarah: 34), meragukan kebenaran Alquran (An-Nisa’: 65), kufur karena berpaling (QS. Al Ahqaf: 3), kufur karena nifaq (QS. Al-Munafiqun: 3). Kufur-kufur seperti ini akan membuat seseorag murtad (keluar dari Islam). Sementara kufur kecil, meski tidak mengeluarkan seseorang dari Islam, akan tetapi bisa merusak bangunan ketakwaannya.
Foto: Serambi Indonesia |
Selanjutnya, nifak (munafik) yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan, atau menampakkan perbuatan yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Nifak sendiri terbagi dua, yaitu nifaq i’tiqadi dan nifaq ‘amali. Nifaq i’tiqadi adalah nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman tetapi menyembunyikan kekufuran, atau ia menampakkan keislaman dengan lisannya, tetapi sebenarnya hati dan jiwanya mengingkari.
Perusak bangunan ketakwaan selanjutnya adalah syirik. Syirik ini juga terbagi dua, yaitu syirik akbar dan syirik asghar (kecil). Syirik akbar ialah menyembah kepada selain Allah Swt. Sementara syirik kecil adalah saat kita bersumpah dengan selain Allah, sihir, perdukunan dan sebagainya. Maka, syirik kepada Allah tak diragukan lagi merupakan perbuatan yang merusak keimanan, terlebih ketakwaan. Hal ini mengingat bahwa iman merupakan landasan atau azas takwa. Jika iman rusak, rusaklah takwa.
Selanjutnya adalah fasiq. Fasiq ini adalah saat seseorang keluar dari ketaatan kepada Allah Swt secara sengaja. Yang terakhir, dusta kepada Allah dan RasulNya, yaitu memberitakan sesuatau yang berbeda dengan fakta yang sebenaranya, salah dan ingkar kepada Allah dan RasulNya. Orang-orang yang mendustakan Allah dan RasulNya diancam dengan azab yang pedih (QS. At-Taubah: 90). Inilah sebagian dari perkara-perkara yang merusak bangunan ketakwaan.
Kita telah berjuang keras meraih derajat takwa selama Ramadhan ini, tentunya akan tetap menjaga dan kita tidak akan membiarkan bangunan yang telah kita bangun itu rusak atau ambruk. Selamat menyambut Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin! Wallahu a’lam bish-shwab.
Link: http://aceh.tribunnews.com/2013/08/06/menjaga-bangunan-ketakwaan