Puasa Membina Persatuan Rakyat Aceh
Oleh Teuku Zulkhairi Aura persatuan umat begitu terasa dalam Ramadhan kali ini. Aura itu terlihat ketika umat Islam di berbagai negara ...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/07/puasa-membina-persatuan-rakyat-aceh.html
Oleh
Teuku Zulkhairi
Aura
persatuan umat begitu terasa dalam Ramadhan kali ini. Aura itu terlihat ketika
umat Islam di berbagai negara di dunia berpuasa secara serentak yang dimulai
dari hari yang sama, yaitu hari Kamis. Di Indonesia pun, kabar berita yang kita
baca memberitahu kita bahwa umat Islam di berbagai wilayah di Indonesia juga
mulai berpuasa pada hari Kamis, sama seperti umat Islam di Aceh.
Tentu saja,
ini bukan hanya faktor kebetulan. Ini adalah capaian kemenangan tersendiri bagi
umat Islam sedunia yang dewasa ini dilanda oleh berbagai perpecahan hebat di
tengah-tengah mereka.
Ketika
dalam banyak hal umat Islam sulit bersatu, maka Ramadhan kali ini mengajarkan
kita bahwa pada dasarnya kita bisa bersatu. Dan sejarah dengan sangat gamblang mencatat,
dalam sejarahnya umat Islam berkali-kali mampu mengukir kemenangan besar di
bulan Ramadhan. Dan kemenangan itu diraih dengan berkat kuatnya persatuan dan
soliditas internal umat Islam. Seperti yang dicatat para sejarawan, 6 Oktober tahun 1973 yang bertepatan pada 10 Ramadhan
pasukan Mesir berhasil mengalahkan pasukan Israel dalam pertempuran. Pada t6
Ramadhan 532 H, di bawah pimpinan Imadudin Zanki umat Islam mendapat
pertolongan Allah dengan kemenangan di Utara Syam, Alepo.
Pada 9 Ramadhan 93 H, pimpinan umat Islam Musa bin Nasir
berkampanye untuk menyelesaikan pembebasan Andalusia dan terakhir di Sevilia
dan Toledo. Sebelumnya, pada awal Ramadhan tahun 20 H umat Islam memasuki Mesir
di bawah pimpinan Amru Bin ‘Ash RA mengalahkan tentara Romawi yang
sewenang-wenang.
Di masa Rasulullah, tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah
terjadi perang Badar terbesar yang dimenangkan oleh umat Islam di bawah
pimpinan Rasulullah SAW secara langsung melawan kaum lalim. Dan pada tanggal 10
Ramadhan tahun 8 Hijriyah Rasulullah SAW dan para sahabat melakukan pembebasa
Mekkah (Fathu Makkah). Ini adalah
sedikit catatan sejarah yang memperlihatkan bagaimana umat Islam mampu bersatu
di bulan Ramadhan sehingga kemenangan-kemenangan mampu mereka raih. Dan sejarah dengan sangat gamblang mencatat, cukup
banyak kemenangan-kemenangan yang diraih umat Islam di bulan Ramadhan yang
merupakan hasil dari persatuan di tengah-tengah mereka.
Ramadhan menyatukan Aceh
Dalam
konteks Aceh, kemenangan di bulan Ramadhan kali ini terasa ketika secara cepat kita
mampu keluar dari kemelut perpecahan umat dalam kasus “perebutan pengaruh” di
Mesjid Raya Baiturrahman. Setelah dua pekan lalu terjadi keributan kecil di
dalam mesjid yang berpotensi merusak soliditas umat, Jum’at berikutnya
persoalan tersebut telah teratasi secara
baik sehingga potensi perpecahan bisa diatasi.
Bagaimanapun, kita harus jujur
bahwa dalam kasus keributan di Mesjid Raya Baiturrahman, ada satu fondasi
peradaban yang tercoreng, yaitu persatuan umat. Sementara itu, bagaimana
mungkin Aceh bisa bangkit membangun peradaban jika di antara sesama bangsa Aceh
sendiri tercerai berai oleh satu sebab kecil.
Oleh sebab
itu, ketika jalur musyawarah akhirnya mampu mengeluarkan kita dari kelemut
tersebut, maka kita pantas bersyukur. Ini adalah inspirasi dari bulan Ramadhan
yang mengajarkan kita untuk bersatu. Sebab, di hadapan Allah kita umat Islam
semuanya sama, kecuali tingkat ketakwaan saja yang membedakan. Puasa yang kita
kerjakan di bulan Ramadhan mengajarkan kita bahwa konsistensi kepada ajaran
Islam adalah di atas segalanya.
Kita
pun patut berbangga atas capaian ini karena ini adalah kemenangan internal umat
Islam di Aceh. Sebab, konflik antar umat Islam terjadi di berbagai negara,
namun yang membedakan antara satu kelompok umat Islam dengan umat Islam yang
lainnya adalah pada kemauan dan kemampuan mereka untuk keluar dari kemelut dan
konflik di tengah-tengah mereka. Dan Aceh, dalam hal ini telah memperlihatkan
kemampuan terbaiknya untuk keluar dari potensi konflik.
Agus
Wandi, seorang tokoh pemuda Aceh yang saat ini bekerja di PBB dan bertugas di
Suriah menulis status di Facebooknya dimana ia mengagumi betapa kebaikan masih
banyak di Aceh, khususnya jika dibandingkan negara-negara Islam lainnya. Dari
jauh ia memandang dn berkesimpulan, bahwa di Aceh masih banyak orang yang
peduli, masih banyak toleransi dan masih banyak kasih sayang. Apa yang terjadi
di Aceh katanya semuanya masih dalam koridor yang wajar.
Meneruskan persatuan
Persatuan
adalah salah satu nilai kunci yang agung dalam ajaran Islam, karena persatuan
umat merupakan kunci kebangkitan. Lihatlah, bagaimana Allah mengingatkan kita
kondisi umat sebelum Islam: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara”. (QS Ali Imran:103).
Lewat
ayat ini Allah hendak mengingatkan kita betapa kehancuran menimpa umat manusia
di era jahiliyah karena hanya oleh satu sebab kecil mereka terjebak pada perang
dengan sesama dan saling bermusuhan. Sungguh kondisi yang begitu mengerikan.
Dan Allah Swt hendak mengingatkan kita betapa kemudian Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Saw mengajarkan persatuan.
Bahkan,
Nabi Muhammad telah menunjukkan kita satu catatan emas sejarah dunia, ketika
beliau mempersatukan hati orang-orang Muhajirin
dengan Anshar. Lalu, setelah begitu
terangnya Islam menekankan kita untuk bersatu, setelah begitu jelasnya gambaran
persatuan umat yang dibina oleh Rasulullah Saw, sungguh tidak ada alasan lagi
bagi kita untuk berpecah belah oleh sebab persoalan khilafiyah.
Oleh
sebab itu, di tengah berbagai perpecahan umat dewasa ini, kita perlu meneruskan
semangat persatuan di bulan Ramadhan ini ke bulan-bulan berikutnya. Apalagi,
momentum Pemilukada 2017 semakin dekat sehingga ‘hawa panas’ politik akan
sangat terasa di hari-hari ke depan. Potensi perpecahan di antara sesama umat
Islam di Aceh menjadi sangat rentan karena berbagai kepentingan para politisi
lokal dan nasional akan dipertaruhkan dalam Pemilu nanti. Akan banyak trik-trik
politik para politisi yang bisa membenturkan sesama umat Islam.
Maka
sekali lagi, semangat persatuan Ramadhan ini mesti kita teruskan sampai akhir
zaman. Semangat persatuan ini, barangkali bisa berpijak dari Hadis Rasulullah
berikut ini: “Muslim adalah saudara muslim yang lain, dia tidak boleh
menzhaliminya, membiarkannya (dalam kesusahan), dan merendahkannya. Takwa itu
di sini, -beliau menunjuk dadanya tiga kali- cukuplah keburukan bagi seseorang,
jika dia merendahkan saudaranya seorang muslim. Setiap orang muslim terhadap
muslim yang lain haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya” (HR Muslim).
Islam
mengajarkan kita untuk saling toleransi atas apa yang diperselisihkan dan
saling tolong menolong atas apa yang kita sepakati, sebagaimana dijelaskan oleh
Sayyid Qutub. Ketika pada satu titik di antara sesama umat Islam harus berbeda,
Alquran mengajarkan kita untuk ber-Fastabiqul
Khairat, atau berlomba-lomba dalam kebaiakan. Islam juga mengajarkan kita
konsep ta’awwun ‘alal birri wattaqwa,
saling tolong menolong atas kebaikan dan takwa. Ini adalah rumus membina
persatuan. Ketika
kita mampu bersatu dan menepis segala potensi perpecahan, maka disitulah
kemenangan bagi kita umat Islam. Walalhu
a’lam bishshwab.
Tulisan ini dimuat di Koran Rakyat Aceh, 15 Juli 2015