Puasa Membina Persatuan Rakyat Aceh

Oleh Teuku Zulkhairi Aura persatuan umat begitu terasa dalam Ramadhan kali ini. Aura itu terlihat ketika umat Islam di berbagai negara ...

Oleh Teuku Zulkhairi
Aura persatuan umat begitu terasa dalam Ramadhan kali ini. Aura itu terlihat ketika umat Islam di berbagai negara di dunia berpuasa secara serentak yang dimulai dari hari yang sama, yaitu hari Kamis. Di Indonesia pun, kabar berita yang kita baca memberitahu kita bahwa umat Islam di berbagai wilayah di Indonesia juga mulai berpuasa pada hari Kamis, sama seperti umat Islam di Aceh. 

Tentu saja, ini bukan hanya faktor kebetulan. Ini adalah capaian kemenangan tersendiri bagi umat Islam sedunia yang dewasa ini dilanda oleh berbagai perpecahan hebat di tengah-tengah mereka.

Ketika dalam banyak hal umat Islam sulit bersatu, maka Ramadhan kali ini mengajarkan kita bahwa pada dasarnya kita bisa bersatu. Dan sejarah dengan sangat gamblang mencatat, dalam sejarahnya umat Islam berkali-kali mampu mengukir kemenangan besar di bulan Ramadhan. Dan kemenangan itu diraih dengan berkat kuatnya persatuan dan soliditas internal umat Islam. Seperti yang dicatat para sejarawan, 6 Oktober tahun 1973 yang bertepatan pada 10 Ramadhan pasukan Mesir berhasil mengalahkan pasukan Israel dalam pertempuran. Pada t6 Ramadhan 532 H, di bawah pimpinan Imadudin Zanki umat Islam mendapat pertolongan Allah dengan kemenangan di Utara Syam, Alepo.

Pada 9 Ramadhan 93 H, pimpinan umat Islam Musa bin Nasir berkampanye untuk menyelesaikan pembebasan Andalusia dan terakhir di Sevilia dan Toledo. Sebelumnya, pada awal Ramadhan tahun 20 H umat Islam memasuki Mesir di bawah pimpinan Amru Bin ‘Ash RA mengalahkan tentara Romawi yang sewenang-wenang.

Di masa Rasulullah, tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah terjadi perang Badar terbesar yang dimenangkan oleh umat Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW secara langsung melawan kaum lalim. Dan pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah Rasulullah SAW dan para sahabat melakukan pembebasa Mekkah (Fathu Makkah). Ini adalah sedikit catatan sejarah yang memperlihatkan bagaimana umat Islam mampu bersatu di bulan Ramadhan sehingga kemenangan-kemenangan mampu mereka raih. Dan sejarah dengan sangat gamblang mencatat, cukup banyak kemenangan-kemenangan yang diraih umat Islam di bulan Ramadhan yang merupakan hasil dari persatuan di tengah-tengah mereka.

Ramadhan menyatukan Aceh
Dalam konteks Aceh, kemenangan di bulan Ramadhan kali ini terasa ketika secara cepat kita mampu keluar dari kemelut perpecahan umat dalam kasus “perebutan pengaruh” di Mesjid Raya Baiturrahman. Setelah dua pekan lalu terjadi keributan kecil di dalam mesjid yang berpotensi merusak soliditas umat, Jum’at berikutnya persoalan tersebut  telah teratasi secara baik sehingga potensi perpecahan bisa diatasi. 

Bagaimanapun, kita harus jujur bahwa dalam kasus keributan di Mesjid Raya Baiturrahman, ada satu fondasi peradaban yang tercoreng, yaitu persatuan umat. Sementara itu, bagaimana mungkin Aceh bisa bangkit membangun peradaban jika di antara sesama bangsa Aceh sendiri tercerai berai oleh satu sebab kecil.

Oleh sebab itu, ketika jalur musyawarah akhirnya mampu mengeluarkan kita dari kelemut tersebut, maka kita pantas bersyukur. Ini adalah inspirasi dari bulan Ramadhan yang mengajarkan kita untuk bersatu. Sebab, di hadapan Allah kita umat Islam semuanya sama, kecuali tingkat ketakwaan saja yang membedakan. Puasa yang kita kerjakan di bulan Ramadhan mengajarkan kita bahwa konsistensi kepada ajaran Islam adalah di atas segalanya.

Kita pun patut berbangga atas capaian ini karena ini adalah kemenangan internal umat Islam di Aceh. Sebab, konflik antar umat Islam terjadi di berbagai negara, namun yang membedakan antara satu kelompok umat Islam dengan umat Islam yang lainnya adalah pada kemauan dan kemampuan mereka untuk keluar dari kemelut dan konflik di tengah-tengah mereka. Dan Aceh, dalam hal ini telah memperlihatkan kemampuan terbaiknya untuk keluar dari potensi konflik.

Agus Wandi, seorang tokoh pemuda Aceh yang saat ini bekerja di PBB dan bertugas di Suriah menulis status di Facebooknya dimana ia mengagumi betapa kebaikan masih banyak di Aceh, khususnya jika dibandingkan negara-negara Islam lainnya. Dari jauh ia memandang dn berkesimpulan, bahwa di Aceh masih banyak orang yang peduli, masih banyak toleransi dan masih banyak kasih sayang. Apa yang terjadi di Aceh katanya semuanya masih dalam koridor yang wajar.

Meneruskan persatuan
Persatuan adalah salah satu nilai kunci yang agung dalam ajaran Islam, karena persatuan umat merupakan kunci kebangkitan. Lihatlah, bagaimana Allah mengingatkan kita kondisi umat sebelum Islam: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103).

Lewat ayat ini Allah hendak mengingatkan kita betapa kehancuran menimpa umat manusia di era jahiliyah karena hanya oleh satu sebab kecil mereka terjebak pada perang dengan sesama dan saling bermusuhan. Sungguh kondisi yang begitu mengerikan. Dan Allah Swt hendak mengingatkan kita betapa kemudian Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw mengajarkan persatuan.

Bahkan, Nabi Muhammad telah menunjukkan kita satu catatan emas sejarah dunia, ketika beliau mempersatukan hati orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Lalu, setelah begitu terangnya Islam menekankan kita untuk bersatu, setelah begitu jelasnya gambaran persatuan umat yang dibina oleh Rasulullah Saw, sungguh tidak ada alasan lagi bagi kita untuk berpecah belah oleh sebab persoalan khilafiyah.

Oleh sebab itu, di tengah berbagai perpecahan umat dewasa ini, kita perlu meneruskan semangat persatuan di bulan Ramadhan ini ke bulan-bulan berikutnya. Apalagi, momentum Pemilukada 2017 semakin dekat sehingga ‘hawa panas’ politik akan sangat terasa di hari-hari ke depan. Potensi perpecahan di antara sesama umat Islam di Aceh menjadi sangat rentan karena berbagai kepentingan para politisi lokal dan nasional akan dipertaruhkan dalam Pemilu nanti. Akan banyak trik-trik politik para politisi yang bisa membenturkan sesama umat Islam.

Maka sekali lagi, semangat persatuan Ramadhan ini mesti kita teruskan sampai akhir zaman. Semangat persatuan ini, barangkali bisa berpijak dari Hadis Rasulullah berikut ini: “Muslim adalah saudara muslim yang lain, dia tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya (dalam kesusahan), dan merendahkannya. Takwa itu di sini, -beliau menunjuk dadanya tiga kali- cukuplah keburukan bagi seseorang, jika dia merendahkan saudaranya seorang muslim. Setiap orang muslim terhadap muslim yang lain haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya” (HR Muslim).

Islam mengajarkan kita untuk saling toleransi atas apa yang diperselisihkan dan saling tolong menolong atas apa yang kita sepakati, sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Qutub. Ketika pada satu titik di antara sesama umat Islam harus berbeda, Alquran mengajarkan kita untuk ber-Fastabiqul Khairat, atau berlomba-lomba dalam kebaiakan. Islam juga mengajarkan kita konsep ta’awwun ‘alal birri wattaqwa, saling tolong menolong atas kebaikan dan takwa. Ini adalah rumus membina persatuan. Ketika kita mampu bersatu dan menepis segala potensi perpecahan, maka disitulah kemenangan bagi kita umat Islam. Walalhu a’lam bishshwab.


Tulisan ini dimuat di Koran Rakyat Aceh, 15 Juli 2015

Related

Ruang Politik 8568605669596766520

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item