Takwa Bukan Hanya dengan Puasa Ramadhan

Oleh Teuku Zulkhairi Ramadhan akan segera berakhir beberapa hari lagi. Namun, kesempatan untuk meraih gelar takwa tentu tidak perna...

Oleh Teuku Zulkhairi

Ramadhan akan segera berakhir beberapa hari lagi. Namun, kesempatan untuk meraih gelar takwa tentu tidak pernah berakhir. Jika kita mengkaji ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan takwa, karakteristik orang-orang yang bertakwa dan jalan untuk meraih gelar tersebut, kita akan menemukan bahwa sesungguhnya terdapat segudang amalan lain yang bisa mengantarkan pelakunya kepada derajat mulia ini. Dan amalan-amalan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Artinya, derajat takwa itu dibentuk oleh beragam amalan kebaikan, bukan hanya dengan sebagiannya atau apalagi dengan hanya salah satunya saja.

Namun, realitas hari ini, bahasan tentang takwa cenderung hanya bergema di bulan Ramadhan saja. Padahal, takwa adalah bahasan yang sangat besar dan agung. Bahkan, takwa adalah intisari dari Islam itu sendiri. Harus kita akui, di luar bulan Ramadhan, intensitas bahasan tentang takwa menjadi sangat minim sekali. Padahal, puasa ramadhan adalah salah satu amal untuk menuju takwa, bukan satu-satunya meskipun ramadhan memang jalan terbesar karena puasa mampu menstimulus pelakunya (ash-shaimin) untuk melakukan ragam kebaikan yang lain.

Amalan menuju takwa
Oleh sebab itu, usaha kita menuju takwa niscaya harus terus berkelanjutan (istimrariah), tidak hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan, namun juga dengan amalan lain dan di bulan-bulan selain ramadhan. Lalu, apa saja amalan lain yang bisa mengantarkan pelakunya kepada takwa kapan saja ia melakukannya? Pertama, membaca Alquran, mengkaji, merenungi dan tentu saja mengamalkan isinya. 

Allah Swt berfirman: "Dan sungguh telah Kami buatkan Alquran ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka dapat pelajaran, (yaitu) Alquran dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan didalamnya, agar mereka bertakwa” (az-Zumar: 27-28).

Menurut at-Tabari, ayat ini menginformasikan bahwa mempelajari dan memahami isi kandungan Alquran yang berbahasa Arab akan membentuk karakter manusia yang bertakwa dan taat beribada kepada Allah dan senantiasa mengesakan Allah Swt (Tafsirul Jami’ul Bayan, jilid 12: 228).

Kedua, istiqamah dalam menjalankan ajaran Islam juga bisa mengantarkan pelakunya kepada derajat takwa. Surat al-An’am ayat 153 menjelaskan: “dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa”.

Ketiga, melaksanakan hukuman Qisas. Suatu kebaikan dari hukuman Qisas, bahwa dengan pelaksnaannya maka masyarakat tidak akan berani melakukan pembunuhan sehingga keamanan jiwa masyarakat akan terjamin (Ashaf Shaleh, 2006). Allah Swt berfirman: “Dan dalam Qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (al-Baqarah: 179).

Keempat, mendengar nasehat dan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". (QS al-A’raf: 164).

Sebagai manusia dan sebagai pribadi, kita tidak bisa lepas dari salah dan dosa. Kadangkala iman kita bertambah, di waktu yang lalu berkurang. Kita tidak bisa menjadi baik kecuali dengan perantaraan nasehat-nasehat baik dari orang lain. Oleh sebab itu, Islam menganjutkan kita untuk memberi dan atau menerima nasehat agar terbentuk budaya saling mengingatkan. Pada saat yang sama, Islam memerintahkan kita untuk menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi munkar).  

Tidak diragukan lagi, bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan esensi mendasar dalam proses pembentukan karakter takwa, karena perintah ini menjadi pelindung bagi syi’ar Islam yang lain. 

Dan atas alasan pekerjaan amar ma’ruf dan nahi munkar ini, Allah memberi julukan mulia kepada kita dengan firmanNya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS ali-Imran: 110).

Kelima, tolong menolong atas kebaikan dan takwa dalam suatu sistem bermasyarakat. Seperti kita jelaskan di atas, kadangkala iman manusia bertambah, di waktu lain bisa berkurang. Itu sebab Islam meminta kita untuk saling tolong menolong atas kebaikan dan takwa. Allah Swt berfirman: “dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah Kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan kerusakan! Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya (QS al-A’raf: 164).

Perintah ini menandakan, visi kebaikan Islam adalah untuk masyarakat secara kolektif, bukan individu per individu.  Islam mengharapkan terbentuk sebuah tatanan masyarakat yang bertakwa secara kolektif sehingga diperlukan adanya kerjasama antar anggota msyarakat. Selain amal-amal tersebut, ibadah secara umum juga bisa mengantarkan pelakunya kepada derajat takwa. Allah Swt berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa (QS al-Baqarah: 21).

Itulah sebagian di antara amal-amal bisa membentuk karakter takwa pada diri seorang muslim. Dan selanjutnya, implementasi dari amalan-amalan di atas akan berujung pada munculnya aneka ragam kebaikan yang lain yang bisa kita deteksi dan evaluasi. Surat al-Baqarah ayat dua sampai dengan lima misalnya, menerangkan berbagai ciri-ciri orang yang bertakwa seperti: beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian hartanya, beriman kepad kitab-kitab dan meyakini hari kiamat.

Masyarakat bertakwa
Sementara itu, di surat al-Baqarah ayat 177, Allah menambahkan ciri-ciri orang bertakwa berikutnya selain yang disebut di atas, yaitu: memerdekakan hamba sahaya, memberi zakat, menepati janji dan sabar dalam kesempitan dan penderitaan. Berikutnya, dalam surat ali-Imran Allah Swt kembali menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu: menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, suka memaafkan, apabila berbuat salah segera bertaubat, tidak meneruskan perbuatan keji, dan berbuat baik kepada orang lain.

Sedangkan di surat az-Zariyat ayat 15-19, ciri-ciri oranng yang bertakwa adalah berbuat baik (kepada orang lain), sedikit tidur di waktu malam karena melaksanakan shalat Tahajjud, istighfar di waktu sahur, menafkahkan sebagian hartanya kepada orang miskin yang meminta-minta.

Dari sejumlah ayat tersebut, dapat disimpulan, bahwa terdapat 13 karakteristik utama orang-orang yang bertakwa yang dibahas dalam Alquran, yaitu beriman, mendirikan shalat, membayar zakat/menginfakkan hartanya, menepati janji, sabar, berdo’a kepada Allah, benar, tetap  taat dalam kondisi apapun, suka beristighfar, menahan amarah, suka memaafkan, berbuat baik dan shalat Tahajjud.

Demikianlah sebagian dari amalan-amalan dan ciri-ciri atau karakteristik orang yang bertakwa yang mendapat tempat yang sangat mulia di sisi Allah Swt. Banyak ayat yang menjelaskan bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa. Begitu banyak pula ayat-ayat yang menjelaskan diberikannya kemudahan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat bagi mereka yang bertakwa.

Dalam konteks kehidupan duniawi, kita bisa menyimpulkan bahwa takwa merupakan modal dasar guna menciptakan masyarakat yang berperadaban. Sejarah Islam membuktikan, kejayaan umat terdahulu diraih ketika takwa dijadikan sebagai pakaian dan pegangan orang-orang terdahulu dari ummat ini. Ketika mereka memenuhi segenap kualifikasi orang-orang yang bertakwa, maka Allah memberikan mereka berbagai kemenangan dan kejayaan.

Maka jika hari ini kita melihat kondisi umat Islam yang begitu memprihatinkan, terjajah, tertinggal, dan jauh dari peradaban mulia, maka jalan satu-satunya adalah berpegang kepada sesuatu yang menjadi pegangan umat terdahulu, yaitu ketakwaan. Kampanye menuju “masyarakat bertakwa” niscaya harus semakin diintensifkan. Wallahu a’lam bishshawab.



Tulisan ini sudah dimuat di Serambi Indonesia. Link: http://aceh.tribunnews.com/2015/07/14/meraih-takwa-di-luar-ramadhan

Related

Paradigma Islam 3313906911303613444

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item