Larang Tahun Baru, Banda Aceh Melawan Tatanan Dunia Baru
Oleh Teuku Zulkhairi Tatanan dunia baru (The New World Order) adalah sebuah model dunia dan sistemnya yang dirancang para peng...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2016/01/larang-tahun-baru-banda-aceh-melawan.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Tatanan dunia baru (The New World Order) adalah sebuah model dunia dan sistemnya yang dirancang para pengikut dajjal dari kalangan zionis Yahudi, jaringan Freemason dan organisasi rahasia Iluminati. Mereka menyiapkan tatanan dunia baru dengan Dajjal sebagai bos besarnya, Yahudi sebagai pembantu utamanya dan para syaitan serta jin kafir sebagai tentara mereka. Maka jangan heran jika dewasa ini kita bisa melihat simbol mata satu ada dimana-mana. Dimunculkannya berbagai simbol mata satu ini merupakan persiapan mereka menyambut datangnya Dajjal yang dalam berbagai hadis disebut oleh Rasulullah Saw sebagai fitnah terbesar bagi umat Islam di akhir zaman.
Tatanan dunia baru ini anti terhadap nilai-nilai apapun selain dari nilai yang mereka bangun. Untuk itu semua agama dirusak, dan Islam menjadi agama Samawi yang tidak bisa dirusak oleh sebab kemurnian Alquran dijaga oleh Allah Swt via para para penghafal Alqur’an (Huffazh, semoga Allah meridhai mereka).
Untuk terwujudnya tatanan dunia baru ini, mereka menawarkan dan atau bahkan memaksakan berbagai macam ideologi mereka seperti kapitalisme, Sosialisme, Liberalisme, demokrasi yang bablas, dan Pluralisme kepada masyarakat dunia sebagai jawaban berbagai persoalan hidup yang dialami manusia, ideologi-ideologi ini dikesankan seolah sebagai jalan hidup yang akan memberi keselamatan dan kebahagiaan.
Dan pembohongan ini semakin mudah dilaksanakan via jaringan media besar dunia yang dikuasai Yahudi. Segala yang bertentangan dengan nilai-nilai ini akan digambarkan sebagai sesuatu yang buruk sekali sehingga tidaklah mengherankan jika banyak yang tertipu. Mereka cukup intens mempropagandakan imej negative bagi nilai-nilai Islam.Padahal, tidak diragukan lagi bahwa mereka sebenanya dengan ideologi ini mereka sedang membohongi umat manusia.
Kenapa mereka perlu menawarkan atau memaksakan ideologi-ideologi atau nilai-nilai yang mereka bangun kepada manusia? Karena kepenguasaan dajjal atas manusia akan ditandai dengan kepenguasaan terhadap sistem kehidupan yang dianut manusia, dimana lewat sistem ini manusia ditipu secara besar-besaran. Perhatikan ayat Allah Swt berikut ini: “Iblis berkata : wahai rabbku oleh karena engkau telah telah sesatkan aku, aku akan menghiasi (kejahatan) bagi mereka di muka bumi dan aku akan sesatkan mereka semuanya, kecuali orang-orang mukhlash (yang ikhlas) di antara mereka.” (Q.s al-Hijr 39-40 ).
Dan kenapa misalnya setiap nilai-nilai yang berasal dari Islam, ideologi atau model kehidupan Islami akan selalu dikesankan sebagai buruk sekali? Karena implementasi nilai-nilai ajaran Islam oleh umat Islam di satu sisi akan mematahkan hegemoni sistem dajjal yang bermakna kegagalan syaitan memperdaya manusia.
Sementara di sisi lain, implementasi nilai-nilai ajaran Islam akan mendatangkan keberkahan Allah Swt kepada manusia, baik dari langit dan juga dari bumi. Jadi, di situlah pentingnya sebagai muslim kita berjuang merealisasikan ajaran Islam sekuat tenaga yang kita miliki, semaksimalnya. Beberapa sistem Islam bahkan diakui keungggulannya oleh non Muslim, seperti sistem ekonomi Islam yang anti ribawi. Jadi, sekali lagi, implementasi ajaran Islam akan mendatangkan keberkahan dari Allah swt, baik keberkahan dari langit maupun dari bumi. Ini janji Allah Swt.
Kenapa Aceh Dihina?
Lalu apa kaitannnya dengan Banda Aceh? Kenapa Banda Aceh kita sebut versus tatanan dunia baru? Ya, kita sebut versus tatanan dunia baru karena beberapa nilai yang diterapkan di sini berbenturan dengan nilai-nilai tatanan dunia baru tersebut. Oleh sebab itu, ketika kita berbeda dari nilai-nilai dan atau ideologi tatanan dunia baru ini, janganlah heran menyaksikan banyak cibiran menerpa. Kenapa? Karena kita sedang berbeda dari nilai mainstream penduduk bumi umumnya yang terpedaya dengan tatanan dunia baru ini.
Ketika misalnya Banda Aceh tidak merayakan tahun baru masehi yang mana perayaan ini merupakan salah satu gaya hidup dalam tatanan dunia baru (memalingkan manusia dari mengingat kematian), tidaklah mengherankan jika kita akan dicaci dan dihina seperti yang dilakukan Ketut Agus Riadi, seorang Faceboker luar Aceh yang komentarnya ini sudah tersebar luas di media sosial. Dalam komentarnya yang di screenshot ini, si Ketut mengatakan: “Pergantian tahun masehi atau perayaan tahun baru dirayakan oleh seluruh umat manusia di semua lapisan dunia, ini Aceh mengharamkan, daerah penuh nista dan nggak pernah sadar…. dan seterusnya”.
Penghinaan seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi di media sosial. Setiap kali media mengangkat isu pelaksanaan syari’at Islam di Aceh, berbagai komentar hinaan dan cibiran di media sosial akan berdatangan, baik oleh orang dalam Aceh maupun dari luar.
Jika kita membaca jalan pikiran si Ketut ini, Aceh disebut nista karena tidak ikut perayaan tahun baru yang mana ini sekali lagi perayaan tahun baru ini tidak diragukan merupakan nilai-nilai dalam tatanan dunia baru. Sebuah nilai yang tentu saja rusak dalam perspektif Islam yang kita yakini. Bagaimana tidak rusak, bukankah pergantian tahun adalah pertanda semakin berkurangnya jatah umur kita, dan bahwa kita semakin dekat dengan kematian? Lalu, apakah mungkin kita tertawa gembira dan berhura-hura menjelang kematian, sementara amal-amal kita sudah jelas masih sedikit? Orang-orang yang shalih saja selalu menangis jika mengingat kematian, padahal mereka selalu beramal baik. Apalagi kita, seharusnya lebih banyak lagi menangis.
Dan begitu juga, jangan heran jika setiap kali kita mendukung upaya penegakan syari’at Islam di Aceh, maka kita akan dihina dan dicaci. Kenapa dihina dan dicaci? Kenapa kita dihina hanya karena kita pemerintah kita melarang perayaan tahun baru? Karena mereka tidak paham dengan nilai-nilai peradaban kita, alias bahwa mereka sedang silau dengan nilai-nilai dalam tatanan dunia baru yang telah menyelimuti pikiran mereka. Kita dihina karena kita dianggap berani berbeda dari kehidupan yang kosmopolit yang diciptakan dan diseru dalam tatanan dunia baru. Kepada umat Islam mereka menipu kita dengan seruan untuk menghormati perbedaan nilai-nilai, tapi mereka sendiri sedang tidak bisa menghormati model kehidupan umat Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.(Al-ahzab 33 : 70-71).