Islam Liberal, Wajah Kolonialisasi Modern

Oleh Teukku Zulkhairi

Kenapa para pengagum dan penyokong paham "islam liberal" yang di Indonesia bergabung dalam JIL selalu memihak paham-paham yang diproduksi Barat semacam pluralisme agama, liberalisme dan sekulerisme, bahkan juga selalu mendukung praktek-praktek penjajahan kaum kapitalis atas dunia/umat Islam?

Jawabannya adalah, karena memang paham itu sendiri diciptakan dan dikampanyekan para orientalis untuk kelanjutan misi kolonialisasi (penjajahan).

Ada kaitan erat antara paham-paham liberal dengan misi penjajahan, tentu saja. Karena paham-paham tersebut mampu menyeret seorang individu yang mengaguminya untuk menjauh dari kepentingan Islam dan umatnya untuk kemudian mereka mendekat terhadap tuan-tuan asing yang menciptakan atau berperan dalam melahirkan paham tersebut.

Alhasil, dalam kasus di DKI Jakarta, tidaklah mengherankan jika mereka tidak bisa membela umat Islam - penduduk pribumi. Para pengagum islam liberal ini kembali membuktikan diri sebagai pendukung sejati misi kolonialisasi bangsa asing terhadap pribumi, baik kolonialisasi bidang ekonomi, budaya, pendidikan dan sumber daya alam.

Di masa penjajahan Belanda dahulu, terdapat kelompok yang disebut sebagai muslim "Priyayi". Kelompok ini selalu ingin mencari perhatian penjajah Belanda. Lalu mereka dibesarkan oleh penjajah Belanda, diberi kekuasaan dan sebagainya. Mereka menukar kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia, demi kesenangan duniawi semata. Mereka membenarkan praktek penjajahan kaum kolonialis terhadap pribumi.

Di zaman seperti ini, saya menyimpulkan, the gank JIL dan setiap yang taklid buta atas penjajahan kolonial terhadap pribumi merupakan kelompok "priyayi modern". Keberadaan mereka adalah warisan sejarah. Mereka adalah ujian kepada kita dalam membuktikan kecintaan dan solidaritas kita terhadap tanah air, rakyat dan orang-orang yang tarzalimi. Wallahu a'lam bishshawab.

Tulisan ini adalah status di Facebook yang dipostkan.