Demo Level Peradaban
Oleh Teuku Zulkhairi Opini Harian Republika , 3 Desember 2016 Damai dan santunnya beberapa kali aksi demontrasi bela Isl...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2016/12/demo-level-peradaban.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Opini Harian Republika, 3 Desember 2016
Damai dan santunnya beberapa kali aksi demontrasi bela Islam menunjukkan indahnya Islam di Indonesia. Secara tidak langsung, demo umat Islam yang menuntut penegakan hukum terhadap Ahok tersebut juga sekaligus menegaskan posisi umat Islam yang siap memimpin kebangkitan peradaban Islam di dunia. Demo tersebut menasbihkan wajah umat Islam di Indonesia yang tegas, namun santun dan ramah.
Damainya beberapa kali aksi demonstrasi umat Islam tersebut tentu bukan hanya
karena konsistensi massa menunjukkan akhlak Islam, namun juga menunjukkan
“wajah indah” para elit Indonesia, Kepolisian dan TNI dalam merespon aksi bela Islam
tersebut. Apalagi, aksi bela Islam ke III ini turut dihadiri Presiden Jokowi.
Bandingkan dengan apa yang terjadi di Mesir beberapa tahun lalu dimana ribuan
demonstran Islam dibantai militer di Rabi’ah, dimana saat ini Mesir pun
terpuruk. Bandingkan juga dengan demonstrasi-demonstrasi umat Islam di awal
permulaan konflik di Suriah yang kemudian direspon sangat keras oleh penguasa
sehingga menimbulkan perlawanan keras dari umat Islam. Alhasil sampai saat ini
perang masih berkecamuk di negara tersebut.
Kita bersyukur bahwa tiga kali sudah aksi umat Islam untuk menuntut keadilan
hukum kepada Ahok yang melakukan penistaan terhadap agama Islam, semua aksi
tersebut berlangsung dengan sangat damai dan indah. Meskipun nampak hanya
menyangkut seorang Ahok, namun sejatinya aksi umat Islam tersebut adalah upaya
“penyelamatan” terhadap bangsa. Dalam banyak komentarnya, Amin Rais cukup
keras mengkritisi Ahok. "Dia (Ahok) hanya menyembah konglomerat pemodal,
orang kecil itu ditendang dan dihina," kata Amien. Amien bahkan menyamakan
Ahok dengan sosok dajal, yakni mahluk akhir zaman yang disebutkan dalam agama Islam.
"Dalam sejarah tidak ada orang sombong menang. Jadi kita sama-sama lawan
dajal ini. Karena dia pro pemodal asing dan aseng," kata Amien Rais, tempo.co, (18 September 2016).
Setelah dua kali aksi demo umat Islam tersebut, Ahok akhirnya ditetapkan
sebagai tersangka. Dan umat Islam kembali bergerak melakukan aksi bela Islam
jilid III karena Ahok belum ditahan. Umat Islam pun membanjiri Monas, lokasi
aksi yang disepakati Kepolisian dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI
yang dipimpin KH. Bachtiar Nasir. Dari berbagai dinamika ini, kita bisa menilai
wajah indah Islam dan kaum muslimin di Indonesia. Nampaknya, Zikrullah
berjama’ah yang sering dilaksanakan di Indonesia betul-betul telah membuat
lembut hati umat Islam sehingga sangat santun dalam aksi demonstrasi, sekaligus
membuat hatinya membara untuk membela Islam saat dinista.
Dua orang kawan
penulis menelpon, “Teungku ada ikut aksi ke Jakarta?”. Saya jawab, “tidak
karena masuk kantor”. Kawan ini bertanya, “lalu apa yang akan Teungku jawab nanti
saat ditanya Malaikat apakah telah turut membela Islam?”. Kawan ini pun saya
tahu akhirnya berangkat mengikuti aksi di Jakarta setelah menghutang uang untuk
beli tiket pesawat dari beberapa sahabatnya. Subhanallah, tingkat kecintaan
yang sangat tinggi terhadap Islam.
Di balik berbagai gambaran dan dinamika di atas, ada beberapa alasan lain untuk
menegaskan bahwa Islam di Indonesia layak menjadi rujukan dalam hal peradaban,
bahwa umat Islam layak memimpin kebangkitan peradaban Islam di dunia. Antara
lain, Pertama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan
reperentasi kaum intelektual Islam di Indonesia, adalah elemen yang konsisten
di atas garis Islam. Tidak bergeser sedikitpun dari fatwanya tentang Ahok,
meskipun diserang kiri kanan oleh kaum kiri dan kalangan Islam liberal, serta
meskipun harus "berbenturan" dengan lingkaran kekuasaan yang pro
Ahok. Itu artinya, ulama di Indonesia istiqamah mengatakan "benar sebagai
benar", dan "salah sebagai salah".
Lebih dari itu, soliditas internal ulama di Indonesia juga patut diacungkan
jempol. Ulama sangat solid. Hanya beberapa yang pro Ahok atau berlawanan arus
dengan MUI, namun relatif tidak bisa mencegah umat umat Islam di Indonesia
untuk melakukan aksi bela Islam. Wajah Ulama di Indonesia juga kian
"sempurna" dengan adanya ulama yang concern di jalan Islam.
Ada Aa Gym yang mampu memberikan kesejukan bagi bangsa. Lalu ada KH. Ma'ruf
Amin yang memimpin MUI dan Rais Syuriah PBNU, seorang yang concern untuk
Islam dan kaum muslimin.
Lalu ada Habib Rizieq Syihab yang berani memimpin
gerakan Nahi Munkar yang penuh resiko. Ada KH. Muhammad Arifin Ilham yang mampu
membangkitkan kecintaan ummat kepada Islam dan bangsa ini melalui Zikrullah.
Sungguh, ini seperti “susunan puzzle” yang membentuk bangunan besar Islam yang
indah di Indonesia. Dengan wajah ulama seperti ini, tentu ini adalah potensi
luar biasa menuju Indonesia sebagai pemimpin peradaban.
Kedua, umumnya elit Indonesia berdiri bersama umat Islam dalam
kasus Ahok. Baik Panglima TNI, Gatot Nurmantyo maupun Kapolri, Tito Karnavian,
dan lain-lain. Dalam pidatonya di depan peserta demo di Monas, Kapolri Tito
Karnavian mengatakan: "Bayangkan beberapa kali juga diperiksa KPK tidak
bisa jadi tersangka tapi setelah ditangani Polri sudah jadi tersangka. Proses
hukumnya terus berjalan," kata Tito sebagaimana dilansir detikcom,
Jumat (2/12/2016).
Sementara Gatot Nurmantyo telah menunjukkan ketegasannya sejak awal. Dalam
acara ILC di TV One beberapa waktu lalu, Gatot mengulas ancaman asing terhadap
Indonesia oleh karena potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Gatot
pun menjadi sosok baru yang dielu-elukan umat Islam di Indonesia. “Islam
itu indah dan sangat indah, apa yang dilakukan umat Islam 411 itulah keindahan
dalam karena Islam itulah keindahan Islam itulah Indonesia dan itulah
kebhinekaan, hal ini terlihat ketika ada resepsi seorang Nasrani di Kathedral,
umat Islam membersihkan area kathedral supaya gaun yang panjang yang dipakai
orang ini tidak kotor, itulah kebhinekaan,” tuturnya di acara ILC TV One.
Tidak hanya panglima TNI dan Kapolri, Indonesia juga memiliki banyak tokoh
besar yang concern memberikan masukan kepada penguasa tentang ancaman
“penjajahan” asing yang dihadapi bangsa Indonesia. Selain sosok Amien Rais,
juga terdapat para elit lainnya yang konsisten untuk Islam dan bangsa, seperti
Prof. Din Syamsuddin dari Muhammadiyah, dan KH. Hasyim Muzadi yang adalah
mantan ketua umum PBNU. Sungguh mereka adalah anugerah Allah untuk Indonesia.
Ketiga, aksi demo bela Islam jilid III alhamdulillah kembali
berlangsung damai. Beberapa video yang tersebar di media sosial menunjukkan
semangat keIslaman yang sangat tinggi umat Islam di Indonesia untuk mendukung
aksi tersebut. Peserta aksi dari Ciamis yang berjalan kaki menuju Jakarta
disambut dengan sangat haru oleh umat Islam di sepanjang perjalanan menuju
Jakarta.
Di jalanan, banyak umat Islam menyambut massa dari Ciamis dengan
memberi makanan dan minuman, bahkan terdapat ibu-ibu yang menangis terharu,
yang lainnya mengumandangkan shalawat dan sebagainya. Begitu banyak bentuk
solidaritas lainnya antar umat Islam yang bisa kita simak dari awal hingga
berlangsungnya aksi. Subhannallah, ini adalah demo level peradaban. Umat
Islam bersama kaum intelektualnya sangat solid menjaga bangsa ini. Ini adalah
modal besar bangsa Indonesia untuk memimpin kebangkitan peradaban Islam. Allahu
Akbar!!
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Islam
Negeri (UIN) Ar-Raniry.
Sekjend
PW Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Prov. Aceh