Memahami Mengapa Sudan Mencabut Syari'at Islam

Oleh Dr. Teuku Zulkhairi, MA Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh Dua hari lalu  Harian Serambi Indonesia  menjadikan berita utama ya...


Oleh Dr. Teuku Zulkhairi, MA

Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Dua hari lalu Harian Serambi Indonesia menjadikan berita utama yang mengabarkan Sudan mengakhiri pemerintahan Islam setelah 30 tahun berjalan. Berita ini menarik dikaji terutama karena Aceh juga memberlakukan Syari’at Islam sejak dua dekade yang lalu. Keputusan rezim kudeta Sudan mengakhiri Syari’at Islam –meskipun  mendapat protes keras warganya- tentu terjadi karena kuatnya tekanan dari pihak asing. Upaya mengakhiri Syari'at Islam disana diawali dengan kudeta terhadap Omar Bashir. Sudan juga sekian lama merasakan isolasi internasional. Artinya, proses pencabutan Syari’at Islam ini berlangsung secara sistematis karena melalui serangkaian persiapan panjang.

Secara umum, negara-negara mayoritas muslim pada faktanya selalu menghadapi tekanan yang sama. Mereka merasakan tekanan agar Islam dijauhkan sejauh-jauhnya dari politik, dari pemerintahan. Baik melalui tekanan langsung pihak asing, maupun lewat tangan-tangan dan mulut-mulut pion-pion mereka yang menyerang gerakan Islam politik di negeri mereka sendiri. Sejarah juga menunjukkan fakta bahwa di antara misi kolonialisme asing di era penjajahan adalah melenyapkan Islam dari dada kaum muslimin. Ketika Prancis memasuki Mesir untuk menjajahnya di masa Napoleon Bonaparte, maka dengan segera  mereka mencabut hukum Islam yang berlaku di Mesir. Begitu juga, tatkala Belanda masuk ke Aceh, mereka berupaya melakukan sekulerisasi dan sekaligus menghilangkan jejak-jejak Islam melalui pencurian manuskrip dan penggantian simbol-simbol Islam dengan simbol mereka.

Di era modern, upaya menjauhkan Islam dari umatnya sebenarnya bukan hanya terjadi di Sudan. Kita dapat juga saksikan di Arab Saudi. Di bawah Mohammad bin Salman, semakin hari gaya hidup Barat semakin diupayakan menjadi gaya hidup generasi muda Saudi. Di Mesir, pasca kudeta terhadap Muhammad Mursi, pelemahan Islam berlangsung secara sistematis. Bahkan kini, kini rezim As-Sisi semakin tidak harmonis lagi dengan institutsi agung Islam seperti Al-Azhar (republika.co.id, juli 2020) . Jadi, kudeta di negeri-negeri muslim yang didukung Barat selalu memiliki orientasi menjauhkan Islam dari pemeluknya.

Jadi, mengapa pihak asing yang kita sebut sebagai kaum kolonialis itu memaksa Sudan mencabut Syari'at Islam? Ini adalah tentang apa yang disebut Samuel Huntington sebagai "Benturan Peradaban". Setelah Uni Sovyet ambruk, relatif tidak ada kekuatan yang dianggap paling mengancam Barat. Dan menurut Huntington, satu-satunya potensi ancaman paling besar adalah potensi "kebangkitan Islam" melalui formalisasi Islam dalam semua tatanan kehidupan, termasuk khususnya dalam kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, tentu yang mereka khawatirkan dari Islam bukanlah muslim yang hanya melihat Islam sebagai identitas di KTP. Atau muslim yang melihat Islam cukup hanya dengan kegiatan-kegiatan rutinitas ritual ibadah harian.


Yang mereka khawatirkan adalah ketika Muslim menjadikan Islam sebagai Worldview atau cara pandang mereka untuk menyelesaikan berbagai problematika kehidupannya. Mereka khawatir tatkala muslim lebih loyal (al-Wala’) kepada agama mereka sendiri ketimbang kepada sistem yang Barat tawarkan yang tidak lain merupakan produk dari pikiran manusia yang selalu dan akan selalu gagal memanusiakan manusia.

Kembali kepada thesis Samuel Huntington yang menyimpulkan Islam sebagai tantangan besar bagi peradaban Barat. Faktanya, lslam memiliki paradigma sendiri dalam semua tatanan kehidupan yang berbeda dari Barat. Mulai dari seni dan kebudayaan, sistem sosial dan pendidikan, ekonomi dan politik, makanan, Lifestyle (gaya hidup), fashion, cara pandang hingga sistem pemerintahan. Jadi, pencabutan Syari’at Islam di Sudan atas tekanan asing adalah bagian dari apa yang dalam thesis Huntington disebut sebagai benturan peradaban dan dimana Barat memandang Islam sebagai lawan.

Memang saat ini Barat juga menghadapi tantangan dari geliat kebangkitan China yang mengancam hegemoni mereka. Tapi kebangkitan Islam akan berbeda dengan kebangkitan China. Kebangkitan China dalam banyak sendi sejalan dengan nilai-nilai Barat. Maka tidak akan ada kasus misalnya tentang tekanan Barat agar negara-negara yang menjalankan aturan komunisme dalam pemerintahannya mencabut aturan tersebut. Begitu juga, tidak akan ada kasus tekanan Barat agar aturan agama lain di sebuah negara dapat dicabut untuk memenuhi keinginan Barat. Sebab, dalam banyak sisi mereka justru dapat menyatu. Itulah yang dalam Islam disebut sebagai "al Kufru Millah Wahidah", kekafiran itu adalah agama yang satu. Faktanya, justru dalam praktik ekonomi kita menyaksikan bagaimana China mengadopsi sistem ekonomi kapitalisme yang diperkenalkan Barat menjadi sistem ekonomi China modern.

Jadi, meskipun Barat dan China bersitegang dalam hal pengaruh dan hegemoni, tapi memiliki kesamaan dalam banyak sendi. Dan di sisi lain, keduanya juga menempatkan umat Islam sebagai lawan no wahid. China sebagaimana diketahui, juga secara sistematis memberangus kebebasan umat Islam Uighur dan secara nyata mendukung rezim militer Myanmar mengusir umat Islam Rohingya dari Arakan.

Sementara itu, kebangkitan Islam diwujudkan dalam formalisasi Islam dalam semua sendi kehidupan. Sebab, Islam mengatur hidup umatnya dari tidur sampai mau tidur lagi. Dari rumah sampai ke pasar dan pemerintahan  Dari cara berpakaian sampai cara berfikir. Islam juga mengajarkan toleransi dan solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat teritorial. Dan itulah yang dalam Islam dipahami dari perintah "Udkhulu fissilmi Kaffah", yang bermakna: "Masuklah kalian semua dalam agama Islam secara kaffah (totalitas)". Sebab, memang Islam diturunkan agar menjadi panduan hidup manusia dalam berbagai tatanan kehidupan. Ajarannya lengkap meliputi semua kehidupan. Tujuannya mengantarkan manusia pada kebahagiaan hidup dunia dan sekaligus akhirat. Maka Islam memiliki karakteristik yang berbeda dari agama lain. Islam memiliki karakteristik universal dan integral.

Dan implementasi dari ajaran Islam ini akan menjadikannya sebagai agama yang akan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Maksudnya, bahwa sekiranya Syari'at Islam diterapkan dalam semua sendi kehidupan, dari pribadi hingga dalam pemerintahan, maka Islam akan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Menjadi rahmat bagi seluruh alam artinya bahwa keberkahan Islam akan bisa dirasakan oleh seluruh makhluk di dunia  baik hewan, tumbuhan maupun manusia. Bahkan manusia dalam agama apapun akan ikut merasakan keberkahan sekiranya Syari'at Islam diimplementasikan dalam semua sendi kehidupan.

Apabila Syari'at Islam berlaku secara menyeluruh, maka ia akan menghendaki terwujudnya keadilan. Ia akan mengeluarkan manusia dari gaya hidup yang hedonis, permisif (serba boleh) dan materialistik. Syariat Islam juga menghendaki pemuliaan setiap jiwa dan menyediakan hukuman yang berat bagi siapa saja yang tidak menghormati jiwa manusia. Dan tentu saja, Syari'at Islam juga versus kolonialialisme atau penjajahan. Islam tidak menghendaki siapapun melakukan kemudharatan bagi orang lain. Islam menghendaki umatnya bersatu. Islam menghendaki umatnya saling peduli, dan tolong menolong dalam membela. Islam juga akan selalu versus dengan misi penjajahan dan penjajarah hasil alam oleh kaum kolonialias.

Jadi, memahami mengapa Syari’at Islam di Sudan dicabut, ini adalah tentang pertarungan kebenaran dan kebatilan dimana pendukung kebathilan berhasil menjalankan misinya di Sudan sebagai bagian dari misi kolonialisme era modern.  Oleh sebab itu, bagi kita umat Islam di Aceh yang masih diberikan anugerah Syari’at Islam, sudah semestinya semakin bersemangat membawa Islam dalam semua sendi kehidupan kita. Betapa negeri-negeri muslim lain merasakan begitu sulitnya perjuangan untuk menjalankan Syari’at Islam atau mempertahankannya. Tidakkah kita bersyukur dengan adanya Syari’at Islam di Aceh dengan cara menjalankannya dalam semua sendi kehidupan kita? [Email: abu.erbakan@gmail.com]

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item