Kenapa Ada Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dalam Tasyahud Shalat Kita?
Oleh Teuku Zulkhairi Kata Gus Baha, apa yang terlihat kurang (dan buruk) dari peradaban modern adalah berkurangnya kepercayaan ter...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2020/08/kenapa-ada-nabi-ibrahim-alaihissalam.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Kata Gus Baha, apa yang terlihat kurang (dan buruk) dari
peradaban modern adalah berkurangnya kepercayaan terhadap kekuasaan Allah Swt.
Benar yang dikatakan oleh Gus Baha. Kita tahu Allah itu ada,
tapi kadangkala kita tidak percaya bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Zat yang
mampu memenuhi semua kebutuhan kita, dari yang kecil sampai yang paling besar
sekalipun.
Buktinya, ketika kita butuh sesuatu, kita tidak meminta
kepada Allah Swt. Kita lebih cenderung menggantungkan harapan kepada manusia
yang lemah ketimbang kepada Allah Swt yang Maha Kuat.
Padahal kita jelas adalah hamba Allah. Bukan hamba manusia.
Kalau kita sendiri kurang percaya bahwa Allah mampu memenuhi semua kebutuhan
kita, lalu bagaimana mungkin Allah Swt akan memberikan kita kejayaan dunia dan
akhirat?
Itulah efek nyata dari peradaban modern yang materialistik
yang dikritisi Gus Baha.
Kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dalam Alquran menuntun kita
untuk menyikapi dunia semacam ini. Dan dimana setiap tahun dalam momentum Idul
Adha kita terus diingatkan kisah ini. Agar dapat melewati fase kehidupan ini
sebagaimana jalan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam juga (setelah Nabi Muhammad Saw).
Kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam menngajarkan kita bahwa
beliau tidak pernah ragu sedikitpun bahwa Allah Swt Maha adalah zat Yang Maha
Segala-galanya.
Tapi itu bukan sekedar yakin saja. Namun diwujudkan dengan
pembuktian nyata.
Maka tatkala beliau hendak dibakar oleh Raja Namrud karena
dakwah beliau kepada tauhid, tak ada sedikitpun rasa takut dari dalam diri
beliau. Sebab keyakinan kepada Allah Swt sudah terpatri kuat dalam jiwanya.
Apa yang terjadi kemudian? Api tak membakar Nabi Ibrahim
'Alaihissalam. Apa menjadi dingin. Api menjadi dingin menyalahi hukum adat.
Tapi itu mudah bagi Allah Swt. Tidak sulit.
Tatkala Nabi Ibrahim 'Alaihissalam diperintahkan oleh Allah
Swt untuk membawa istrinya Siti Hajar bersama anaknya (Nabi Ismail kecil)
menuju padang tandus yang kering kerontang, beliau tidak ragu.
Keyakinan beliau kepada Allah Swt itu sama sekali tanpa ada
keraguan sedikitpun. Tak ada keraguan sedikitpun dari diri beliau bahwa Allah
lah yang memenuhi semua kebutuhan hamba-hambaNya.
Beliau antarkan istri dan anak beliau ke suatu tempat yang
diarahkan oleh Allah Swt dan setelah itu beliau meninggalkan keduanya di tempat
yang jauh dari manusia. Kering kerontang dna tandus.
Siti Hajar pun juga tidak ragu sedikitpun. Beliau hanya
bertanya kepada sang suami. Apakah ini perintah Allah? "Iya" jawab
Nabi Ibrahim.
Tinggalkan sang istri dan anaknya dalam tempat yang begitu
jauh dari manusia. Perbekalan habis. Air tak ada. Nabi Ismail kecil haus dan
menangis. Siti Hajar berlari-lari dari bukit Shafa dan Marwah dan bolak balek
mencari air.
Apa yang terjadi kemudian? Air terpencar dari tanah yang
digesek dengan kaki Nabi Ismail kecil.
Tak ada yang mustahil bagi Allah. Sampai saat ini manusia
seluruh dunia dapat meminum air zam-zam tanpa berkurang. Dan tempat Siti Hajar
dan anaknya ini pun akhirnya dikenal dengan sebutan Kota Mekkah, yang Baitullah
di dalam masjidil haram di kota tsb menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia.
Begitulah Allah membalas sebuah keyakinan yang tanpa
keraguan.
Begitu juga tatkala Nabi Ibrahim pulang ke rumah membawa
sekantong pasir untuk mengalihkan perhatian keluarganya karena beliau gagal
mendapatkan makanan.
Apa yang terjadi kemudian? Kantong pasir ini berubah menjadi
makanan yang lezat saat dilihat oleh istrinya Sarah.
Begitulah. Tak ada yang mustahil bagi Allah ketika iman kita
kepadaNya semakin kuat.
Dan tentu saja, kisah yang paling populer adala tatkala Nabi
Ibrahim 'Alaihissalam diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih anaknya
Ismail yang sangat ia cintai.
Sungguh itu adalah cobaan yang sungguh maha berat bukan?
Tapi Nabi Ibrahim 'Alaihissalam iman beliau sangat kokoh.
Sedikitpun tidak ragu untuk menjalankan perintah Allah. Beliau siap menyembelih
Ismail. Dan Ismail pun begitu sabar.
Setelah Nabi Ibrahim memberitahukan Ismail mimpinya
diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih Ismail anaknya, apa jawaban
Ismail? Wahai ayahku, kerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Engkau akan
dapatku sbg orang-orang yang sabar.
Subhanallah. Sungguh keluarga teladan yang sangat mulia.
Sangat yakin dalam menjalankan perintah Allah Swt.
Apa yang terjadi kemudian?
Atas kesabaran ini, yang lahir dari keyakinan yang kokoh,
kesediaan untuk menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah Swt tanpa ragu
sedikitpun, maka Allah Swt kemudian mengirim MalaikatNya.
Malaikat datang ngganti Ismail dengan kibas sebagai gantinya
untuk disembelih oleh Nabi Ibrahim. Kibas dari syurga.
Sebenarnya, Allah hanya hendak menguji Nabi Ibrahim
'Alaihissalam. Dan Nabi Ibrahim tanpa ragu mengikuti ujian ini. Dan beliau
lulus.
Dan sesungguhnya, apa yang diuji ini diharapkan dapat kita
teladani. Bukan sekadar kisah tanpa makna. Diharapkan agar kita dapat mengikuti
jejak kesabaran dan kuatnya keimanan dan kepercayaan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam
kepada Allah Swt.
Dan Allah Swt sendiri dalam Alquran menyebut bahwa Nabi
Ibrahim 'Alaihissalam adalah kesayangnya (Khalilullah).
Maka tidak heran jika nama Nabi Ibrahim 'Alaihissalam mesti
kita sebutkan dalam tasyahud shalat kita sebagai penyebutan kedua setelah Nabi
Muhammad Saw.
Allah hendak mengajarkan kita untuk mengikuti jejak Nabi
Ibrahim 'Alaihissalam setelah kita juga mengikuti Nabi Muhammad Saw.
Menandakan bahwa keteladanan dari Nabi Ibrahim 'Alaihissalam
betul-betul harus mewarnai kehidupan kita. Agar kita dapat menjalani kehidupan
dunia yang sekaligus sebagai persiapan menuju keabadian akhirat yang kita
rindukan.
Bagaimana sehingga Nabi Ibrahim 'Alaihissalam memiliki
keimanan dan kesabaran yang begitu kokoh?
KIta tahu bagaimana sejarah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam
mencari Tuhan. Juga tahu kisah beliau yang ingin melihat Tuhan dan bagaimana
Tuhan menghidupkan. Rasa ingin tahu Nabi Ibrahim begitu besar.
Dan beliau telah berfikir kritis sejak masa kecil. Maka
kemudian beliau memperoleh pengetahuan tentang keimanan yang begitu kokoh.
Artinya, keimanan yang begitu kokoh dan keyakinan yang
begitu kuat kepada Allah Sw pada diri Nabi Ibrahim 'Alaihissalam itu tidak
muncul begitu saja.
Semua itu dimulai dari proses pencarian. Proses penggunaan
fungsi akal secara betul yang semua proses itu sejak awal telah dibingkai kuat
dengan keimanan.
Sejarah kemudian terus berjalan. Dan kita hingga hari ini
sering mendengar kisah orang-orang yang diberikan karamah oleh Allah Swt.
Mereka adalah orang-orang yang tingkat keyakinanya begitu
tinggi kepada Allah Swt. Mereka hanya meminta dan berharap kepada Allah. Mereka
juga ridha menjalankan perintah Allah dan RasulNya.
Maka Allah memberi mereka kemuliaan yang tidak diberikan
kepada manusia umumnya.
Wallahu a'lam bishshawab.