Dari Hagia Sophia, Menuju Pembebasan Al-Aqsha Di Yerusalem
Oleh Teuku Zulkhairi Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh Hari ini akan dicatat dalam catatan penting sejarah dunia modern. Hari dimana...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2020/07/dari-hagia-sophia-menuju-pembebasan-al.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Hari ini akan dicatat dalam catatan penting sejarah dunia
modern. Hari dimana terjadinya peristiwa penting yang bersejarah. Hari saat
umat Islam menunjukkan tekadnya untuk bebas dari hegemoni Salibis yang
imperialis.
Yaitu hari kembalinya fungsi Hagia Sophia sebagai tempat
pelaksanaan shalat jumat bagi kaum muslimin setelah menunggu hampir satu abad
lamanya. Tentunya, baru sah disebut masjid kalau disitu ada didirikan shalat
jumat.
Jika penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman dulu di masa
Sulthan Muhammad Al Fatih dimaknai sebagai kemenangan dan era kebangkitan umat
Islam, maka berkuasanya Mustafa Kamal At-Taturk di Turki dimaknai sebagai era
kemunduran umat Islam.
Sebab, dg dukungan kaum salibis dan zionis At-Taturk telah
membubarkan Ottoman dan juga menjadikan Masjid Hagia Sophia menjadi mesium,
sesuai kehendak kaum salibis. Dan selanjutnya Hagia Sophia terus menerus hampir
satu abad berada dalam intervensi kaum salibis.
Oleh sebab itu, saat Turki dipimpin Erdogan, sang penerus Al
Fatih, dan saat Aya Sophia kembali difungsikan sebagai masjid, maka tidak
berlebihan apabila ini dipahami sebagai era kebangkitan kembali.
Setidaknya bagi umat Islam di Turki. Tidak heran kalau warga
Turki sendiri menyambut ini sebagai dengan penuh antusiasme. Orang-orang Turki
kabarnya berduyun-duyun ke Hagia Sophia. Hotel-hotel di Istanbul dikabarkan
menggratiskan sewa kamar bagi warga yang ingin shalat jumat di Hagia Sophia.
Meskipun Hagia Sophia berada dalam wilayah kekuasaan Erdogan
sendiri, namun butuh waktu lebih dari dua dekade bagi Erdogan untuk membebaskan
Hagia Sophia dari intervensi asing. Jadi jelas itu bukan pekerjaan mudah.
Sepertinya, Erdogan sedang berpacu dengan waktu. Berpacu dengan
sisa masa pemerintahannya. Agar ia dapat meraih sebiasa mungkin apa yang telah
dicita-citakan dan aspirasi umat Islam.
Maka saat mengumumkan Hagia Sophia kembali difungsikan
sebagai masjid sesuai wasiat Sulthan Muhammad Al Fatih, Erdogan menyebut bahwa
pembebasan Hagia Sophia akan menjadi jalan pembuka bagi pembebasan Masjidil
Aqsha di Yerusalem.
Retorika Erdogan ini membuat Yahudi marah. Begitu juga para
pengikutnya. Bagaimana tidak marah, Erdogan dianggap sedang memprovokasi muslim
dunia untuk menghentikan penjajahan Yahudi atas tanah Palestina.
Jika menghadapi perlawanan Hamas saja begitu sulit bagi
Israel, lalu bagaimana mungkin Israel akan sanggup menghadapi umat Islam
sedunia yang ingin membebaskan Masjidil Aqsha jika umat Islam telah tersadar
dari tidur panjangnya.
Erdogan tentu paham tidak mudah membebaskan Masjidil Aqsha
tanpa kesadaran muslim sedunia. Tidak mungkin Turki melakukannya sendiri.
Apalagi, pada faktanya negara-negara Arab saat ini telah berada dalam ketiak
Israel.
Jalan ke Yerusalem untuk membebaskan Masjidil Aqsha tidak
mudah. Jalan-jalan itu dihalangi tembok-tembok besar yang diletakkan para
pemimpin Arab sendiri.
Plus, ada Israel Besar yang hingga saat ini masih berposisi
sebagai negara adikuasa, meskipun terus melemah, yaitu Amerika Serikat dan
Eropa.
Negara-negara penyokong utama Israel ini akan terus membela
setiap kejahatan Israel terhadap umat Islam di Palestina tanpa rasa malu
sedikit pun.
Tapi meskipun demikian, Erdogan telah menunjukkan peta bagi
umat Islam untuk membebasan Masjidil Aqsha. Erdogan telah memberikan gambaran
bahwa peta pembebasan Masjidil Aqsha di Yerusalem itu dimulai dari Hagia Sophia
sebagai titik awal dimulainya pembebasan.
Erdogan mengajarkan dunia Islam bahwa meskipun pahit, tapi
ia dan umat Islam di Turki berhasil mencapai tujuannya setelah terkungkung
dalam penindasan rezim sekuler dan intervensi salibis hampir satu abad.
Berkali-kali pemimpin pemerintahan yang pro Islam di Turki
mengalami kudeta seperti Adnan Menderes dan Najmuddin Erbakan. Apa dosa
Menderes sehingga dikudeta militer yang menjadi antek Barat saat itu?
Dosa Menderes hanya karena ingin memfasilitasi umat Islam
agar mendapatkan haknya dalam beragama, seperti mendengar azan dalam bahasa
Arab dll. Begitu juga, dosa Erbakan hanya karena memiliki visi persatuan dunia
Islam.
Bahkan, tidak cukup dengan memenjarakan Erdogan saat ia
membaca puisi yang menggelorakan semangat Islam, bahkan kudeta itu terus
terjadi hingga era Erdogan memerintah. Ratusan nyawa terbunuh dalam kudeta 15
Juli 4 tahun lalu terhadap pemerintah Erdogan.
Barat yang yang berada di belakang FETO melakukan kudeta
terhadap Erdogan karena tidak sudi melihat Turki dapat terlepas dari intervensi
asing. Plot asing tidak sudi melihat ada negara Islam yang kuat.
Mereka tidak sudi melihat Turki semakin pro umat Islam dan
semakin menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia Islam yang terjajah.
Tapi, dengan senantiasa berpegang pada janji Allah, dg
selalu hanya membungkuk dan sujud kepada Allah Swt dan bukan kepada manusia, dg
seluruh tekad dan keyakinan, dengan penuh perjuangan dan pengorbanan.
Dengan tangan-tangan
yang terus memanjatkan do'a-do'a ke langit, akhirnya mereka dapat melawan
plot-plot kejahatan dalam negeri dan sekaligus sedikit demi sedikit menjadi
mandiri dalam berbagai bidang dan bebas dari intervensi asing.
Jadi meskipun perjuangan itu sulit dan panjang, namun
pastinya usaha tidak akan mengkhianati hasil. Hari ini, dengan kepala tegak Orang-orang Turki
beteriak membela umat Islam di Palestina, Rohingya, Uighur, Suriah, Libya,
Azerbaijan dan sebagainya. Mereka bahkan mampu mengirim bantuannya ke berbagai
belahan dunia, termasuk ke Aceh.
Oleh sebab itu, setelah Hagia Sophia berhasil dibebaskan,
maka cita-cita membebaskan Masjidil Aqsha di Yerusalem akan menjadi sesuatu
yang dipandang realistis. Tidak mustahil diwujudkan.
Umat Islam dunia dapat belajar dari lika-liku perjuangan
Erdogan membebaskan Hagia Sophia dari intervensi asing dan antek-anteknya di
dalam negeri.
Oleh sebab itu, tidak berlebihan apabila Erdogan mengatakan
bahwa pembebasan Hagia Sophia akan menjadi pembuka bagi pembebasan Masjidil
Aqsha di Yerusalem.
dimuat di serambinews.com