[Siaran Pers] Peran Ulama Aceh Masih Dinamis, Mereka Bekerja dalam Sunyi

Oleh Teuku Zulkhairi Banda Aceh – Menanggapi berita headline Harian Serambi Indonesia hari ini yang menyebut “peran ulama Aceh ...



Oleh Teuku Zulkhairi

Banda Aceh – Menanggapi berita headline Harian Serambi Indonesia hari ini yang menyebut “peran ulama Aceh makin berkurang” dengan mengutip Prof Irwan Abdullah, akademisi dari Jogjakarta, dapat disimpulkan bahwa kesimpulan itu terlalu terburu-buru, tidak berdasarkan data terukur dan analisa yang mendalam. Sebab, jika kita mau jujur, sesungguhnya yang kita lihat di lapangan selama ini peran ulama masih begitu besar dan dinamis

Buktinya, ulama Aceh selalu saja terlibat dalam menyelesaikan hampir setiap persoalan mendasar pada tataran masyarakat paling bawah yang tidak mampu diselesaikan pihak lain, begitu juga ikut terlibat aktif dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah agar pro rakyat dan bersyari’at.
 
Hanya saja, sisi kurang dari eksistensi para ulama Aceh adalah karena tidak terekspos secara baik sehingga tidak banyak pihak yang mampu melihat kerja-kerja mereka dalam mewujudkan perubahan di masyarakat dan pemerintahan.  Para ulama lebih banyak bekerja dalam sunyi karena memang mereka bekerja secara ikhlas.
 
Peran besar ulama Aceh selama ini dilakukan baik secara pribadi maupun secara organisasi.
Secara Organisasi, para ulama Aceh dewasa ini kita lihat selalu mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah lewat fatwa-fatwa MPU yang menyentuh berbagai bidang kehidupan. Dari persoalan akidah, ekonomi, kepemimpinan sampai persoalan pencegahan korupsi. Tidak jarang kita juga melihat kritikan-kritikan konstruktif ulama kepada pemerintah agar penguasa senantiasa berada di jalan yang lurus, walaupun tidak semua kritikan dan fatwa ulama didengar pemerintah Aceh. 

Maka jika hari ini kita lihat pemerintahan yang baik/bersih (good governance) di Aceh belum terwujud, tentu ini bukan disebabkan karena peran ulama yang berkurang. Ini semata-mata karena karena struktur politik di Aceh yang belum sadar sepenuhnya untuk menjadikan ulama sebagai panutan. Jadi, belum terwujudnya good governance di Aceh semata-mata karena pemerintah Aceh yang belum mau mendengar ulama. 

Dan perlu kita ingat, bahwa keengganan penguasa untuk menjadikan ulama sebagai panutan ini terjadi karena efek panjang dari penjajahan pemikiran yang dilakukan penjajah dahulu lewat paham sekuler-liberal yang mereka tanamkan di dunia Islam melalui berbagai proyek raksasa mereka

Lewat paham sekuler-liberal ini, rakyat dan pemerintah kita telah dijauhkan dari ulama sehingga kerusakan di berbagai bidang kehidupan menimpa umat Islam di seluruh dunia, bukan hanya Aceh. 

Kendati demikian, kita optimis masa depan Aceh akan semakin baik apabila suara ulama didengar oleh pemerintah, sebab kita membaca sejarah bahwa kejayaan Aceh dulu diraih lewat relasi yang mesra antara ulama dan penguasa dimana penguasa mau mendengar ulama. 

Alhamdulillah, hingga hari ini kita masih selalu menyimak seruan-seruan ulama untuk memperbaiki kehidupan yang rusak menuju kehidupan Islam yang mencerahkan dan menyejahterakan, baik lewat mimbar-mimbar Khutbah, lewat pengajian-pengajian, lewat lembaga pendidikan, media massa dan sebagainya dengan materi-materi yang menyentuh berbagai persoalan kehidupan.

Memang butuh waktu lama untuk melakukan penyadaran lokal Aceh-nasional, tapi kita memang tidak perlu terburu-buru. Yang dilakukan ulama Aceh saat ini adalah bekerja/berdakwah, hasilnya insya Allah akan kita lihat di kemudian hari.

Sebagai pribadi, kita melihat para ulama secara ikhlas aktif tanpa pamrih membina masyarakat dan mendidik generasi muda Aceh agar senantiasa baik moralnya. Ini peran yang sulit dilakukan oleh pihak manapun di tengah perkembangan dunia yang begitu materialis. Perhatikan, apakah ada lembaga pendidikan di dunia ini yang seperti dayah yang menggratiskan, atau dengan biaya pendidikan yang sangat murah bagi siswa/santrinya? Tidak ada. 

Para ulama hingga detik ini masih konsen mendidik anak-anak Aceh agar mereka menjadi generasi yang baik yang akan memperbaiki Aceh di kemudian hari. Coba bayangkan, apa jadinya Aceh kita misalnya jika tidak ada peran ulama dalam pendidikan dayah dan dalam mendidik masyarakat lewat pengajian-pengajian dan majlis-majlis ta’lim?

Dimuat di Harian Serambi Indonesia, Link: http://aceh.tribunnews.com/2014/10/19/rta-bantah-peran-ulama-aceh-makin-berkurang

Related

Pembangunan Dayah 5401845531152094012

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item