[Siaran Pers] Peran Ulama Aceh Masih Dinamis, Mereka Bekerja dalam Sunyi
Oleh Teuku Zulkhairi Banda Aceh – Menanggapi berita headline Harian Serambi Indonesia hari ini yang menyebut “peran ulama Aceh ...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2014/11/siaran-pers-peran-ulama-aceh-masih.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Banda
Aceh – Menanggapi berita headline Harian Serambi Indonesia hari ini yang
menyebut “peran ulama Aceh makin berkurang” dengan mengutip Prof Irwan
Abdullah, akademisi dari Jogjakarta, dapat disimpulkan bahwa kesimpulan itu terlalu terburu-buru, tidak
berdasarkan data terukur dan analisa yang mendalam. Sebab, jika
kita mau jujur, sesungguhnya yang kita lihat di lapangan selama ini peran ulama masih
begitu besar dan dinamis.
Buktinya, ulama Aceh selalu saja terlibat dalam menyelesaikan
hampir setiap persoalan mendasar pada tataran masyarakat paling bawah yang
tidak mampu diselesaikan pihak lain, begitu juga ikut terlibat aktif dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah agar pro rakyat dan
bersyari’at.
Hanya
saja, sisi kurang dari eksistensi para
ulama Aceh adalah karena tidak
terekspos secara baik sehingga tidak banyak pihak yang mampu melihat
kerja-kerja mereka dalam mewujudkan perubahan di masyarakat dan
pemerintahan. Para ulama lebih banyak bekerja dalam sunyi karena memang mereka bekerja secara ikhlas.
Peran besar ulama Aceh selama ini dilakukan baik secara pribadi maupun
secara organisasi.
Secara Organisasi, para ulama Aceh dewasa ini kita lihat selalu mempengaruhi
kebijakan-kebijakan pemerintah lewat fatwa-fatwa MPU yang menyentuh berbagai
bidang kehidupan. Dari persoalan akidah, ekonomi, kepemimpinan sampai persoalan
pencegahan korupsi. Tidak jarang kita juga melihat kritikan-kritikan
konstruktif ulama kepada pemerintah agar penguasa senantiasa berada di jalan
yang lurus, walaupun tidak semua kritikan dan fatwa ulama didengar pemerintah
Aceh.
Maka jika hari ini kita lihat pemerintahan yang baik/bersih (good governance) di Aceh belum terwujud,
tentu ini bukan disebabkan karena peran ulama yang berkurang. Ini semata-mata
karena karena struktur politik di Aceh yang belum sadar sepenuhnya untuk
menjadikan ulama sebagai panutan. Jadi,
belum terwujudnya good governance di Aceh semata-mata karena pemerintah Aceh yang belum
mau mendengar ulama.
Dan perlu kita ingat, bahwa keengganan penguasa untuk
menjadikan ulama sebagai panutan ini terjadi karena efek panjang dari
penjajahan pemikiran yang dilakukan penjajah dahulu lewat paham sekuler-liberal
yang mereka tanamkan di dunia Islam melalui berbagai proyek raksasa mereka.
Lewat paham sekuler-liberal ini, rakyat dan pemerintah kita telah dijauhkan
dari ulama sehingga kerusakan di berbagai bidang kehidupan menimpa umat Islam
di seluruh dunia, bukan hanya Aceh.
Kendati demikian, kita optimis masa depan Aceh akan semakin baik apabila
suara ulama didengar oleh pemerintah, sebab kita membaca sejarah bahwa kejayaan
Aceh dulu diraih lewat relasi yang mesra antara ulama dan penguasa dimana
penguasa mau mendengar ulama.
Alhamdulillah, hingga hari ini kita masih selalu menyimak seruan-seruan
ulama untuk memperbaiki kehidupan yang rusak menuju kehidupan Islam yang
mencerahkan dan menyejahterakan, baik lewat mimbar-mimbar Khutbah, lewat
pengajian-pengajian, lewat lembaga pendidikan, media massa dan sebagainya
dengan materi-materi yang menyentuh berbagai persoalan kehidupan.
Memang butuh waktu lama untuk melakukan penyadaran lokal Aceh-nasional,
tapi kita memang tidak perlu terburu-buru. Yang dilakukan ulama Aceh saat ini
adalah bekerja/berdakwah, hasilnya insya Allah akan kita lihat di kemudian
hari.
Sebagai pribadi, kita melihat para ulama secara ikhlas aktif tanpa pamrih membina
masyarakat dan mendidik generasi muda Aceh agar senantiasa baik moralnya. Ini peran
yang sulit dilakukan oleh pihak manapun di tengah perkembangan dunia yang
begitu materialis. Perhatikan, apakah ada lembaga pendidikan di dunia ini yang
seperti dayah yang menggratiskan, atau dengan biaya pendidikan yang sangat
murah bagi siswa/santrinya? Tidak ada.
Para ulama hingga detik ini masih konsen mendidik
anak-anak Aceh agar mereka menjadi generasi yang baik yang akan memperbaiki
Aceh di kemudian hari. Coba bayangkan, apa jadinya Aceh kita misalnya jika
tidak ada peran ulama dalam pendidikan dayah dan dalam mendidik masyarakat lewat pengajian-pengajian dan majlis-majlis
ta’lim?.
Dimuat di Harian Serambi Indonesia, Link: http://aceh.tribunnews.com/2014/10/19/rta-bantah-peran-ulama-aceh-makin-berkurang