Jamaah Sulok di Dayah Riadhusshalihin Jeunieb Bireuen. Foto: Badaruddin Badan Dayah Aceh Jika hari-hari biasa dayah-dayah di Aceh sibuk...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/06/sulok-di-dayah-sarana-penyucian-jiwa.html
 |
Jamaah Sulok di Dayah Riadhusshalihin Jeunieb Bireuen. Foto: Badaruddin Badan Dayah Aceh |
Jika hari-hari biasa dayah-dayah di Aceh sibuk dengan
rutinitas pengajian kitab kuning, maka di bulan Ramadhan kesibukan dayah
sedikit berbeda. Santri sudah liburan selama sebulan lebih. Di bulan Ramadhan, dayah-dayah
di Aceh menyelenggarakan Sulok bagi
masyarakat yang datang dari berbagai daerah
Sulok adalah salah satu metode penyucian jiwa
dalam Tariqat Tasawuf yang telah berkembang sejak lama di Aceh. Peserta Sulok di dayah-dayah ini umumnya adalah masyarakat
Aceh, namun ada juga beberapa warga negeri jiran Malaysia.
Bersama Badaruddin dari Badan Dayah Aceh,
penulis singgah di beberapa dayah yang selenggarakan Sulok Ramadhan ini, seperti Dayah Daruzzahidin Desa Bidok Kec. Ulim
dan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng, Ulee Glee Kab. Pidie Jaya, dan Dayah
Riadhusshalihin Al-Aziziyah Cot Geulumpang Baroh Kec. Jeunieb Kab. Bireuen, Rabu,
(17 Juni 2015).
Ratusan masyarakat Aceh mendatangi dayah ini
untuk melakukan Sulok yang di antar oleh sanak family mereka.
Selain dayah-dayah di atas, terdapat banyak
dayah lainnya yang selenggarakan Sulok, misalnya Dayah Babussalam
Alue Bili Aceh Utara, Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, Dayah
Asasun Najah Aceh Besar dan sebagainya.
Tgk Razali, seorang peserta Sulok di Dayah
Riadhusshalihin Jeunieb yang sudah lanjut usia mengatakan, ia telah tiga kali
melakukan Sulok. Ia mengkui, banyak
perubahan yang ia dapatkan setelah setiap kali ia melakukan Sulok.
Lalu apa yang dilakukan saat Sulok ini? Menurut Tgk Razali yang kami jumpai setelah shalat
tarawih, pihak pemimpin Tariqat membimbing mereka untuk membaca Zikir-zikir
dengan jumlah yang sangat banyak. Misalnya Tahlih
sebanyak 100 ribu kali, surat al-Ikhlas 70 ribu kali dan sebagainya.
Rincian peruntukan zikir-zikir itu, kata Tgk Razali
adalah untuk dirinya sendirinya, kemudian untuk guru, untuk orang tua dan
seterusnya.
Dalam Sulok ini, kata Tgk Razali, mereka juga senantiasa melakukan
muhasabah. Khalifah pembimbing Sulok ini menjelaskan hura-hara kiamat
pada waktu yang telah ditentukan, misalnya selepas shalat Tarawih. Juga diceritakan
siksa-siksa di neraka.
“Saat para jamaah Sulok
ini mendengar tentang hura hara dan azab neraka, sekeras apapun hati
seseorang ia pasti akan menangis sejadi-jadinya, “ kata Tgk Razali.
Selain kewajiban berzikir dan mengingat dosa-dosa, mereka
juga dilarang memakan makanan berdarah seperti daging dan ikan, tujuannya agar
hilang nafsu syahwat dunia saat mereka melaksanakan Sulok ini. Mie dalam bentuk apapun juga dilarang. Jadi mereka hanya
memakan makanan seperti nasi putih dan sayur.
Sementara itu, waktu Sulok
pun bis disesuaikan. Sulok bisa dari
awal Ramadhan (30 hari penuh), bisa juga dari 10 Ramadhan (20 hari) dan bisa
jug di 10 terakhir Ramadhan (hanya 10 hari).
"Tradisi" ini, meski jarang terekspos,
namun telah berjalan secara rutin setiap bulan Ramadhan, entah sejak kapan.
Saya berfikir, metode inilah yang selama ini telah melahirkan manusia-manusia
berjiwa aulia di Aceh.
Hanya saja, "tradisi" ini di
perkotaan belum membudaya. Ditambah lagi, beberapa kajian tasawuf pun cenderung
diplintir beberapa peneliti menjadi
ber-citarasakan sekuler. Padahal, tasawuf tentu tidak sekuler. Tasawuf adalah
salah satu kunci kebangkitan ummat. Dengan tasawuf akan menyucikan hati, lalu
kemudian menjadi kekuatan besar untuk membangun negeri yang bersih dan beradab.
Saya ingat cerita saat di Istanbul bulan
lalu, Tariqat-Tariqat Sufi di Turki, seperti Jamaah Iskandar Pasha yang
Naqsyabandi menurut beberapa orang Turki telah memiliki andil besar dalam
membangun Turki modern sehingga sedikit demi sedikit Turki telah keluar dari
sistem sekuler.
Lalu kapan kita akan ikot Sulok di tengah realitas hati kita yang mungkin jarang kita sucikan? Semoga
Ramadhan kali ini, minimal di 10 terakhir Ramadhan nanti. Amiin. [Teuku Zulkhairi]
Insya Allah, cita2 lon untuk nyoe bisa tercapai. Plus untuk thariqat samadiyah juga
BalasHapusamiin ya Allah.. semoga ya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus