Membaca Anis Matta dan Ary Ginanjar dalam “Dialog Peradaban”

Membaca Anis Matta dan Ary Ginanjar  dalam “Dialog Peradaban” Oleh Teuku Zulkhairi Sebelumnya saya tidak begitu kenal dengan Anis...

Membaca Anis Matta dan Ary Ginanjar 
dalam “Dialog Peradaban”
Oleh Teuku Zulkhairi

Sebelumnya saya tidak begitu kenal dengan Anis Matta. Permulaan saya membaca pemikiran Anis Matta adalah ketika tahun 2007 lalu ketika saya membeli buku karya Suherman, M.Si berjudul “Dialog Peradaban” [Tahun 2006]. Saat mengungkit-ungkit rak buku, saya kembali temukan buku ini dan langsung menjadi perhatian saya.

Buku ini, tentu saja ditulis jauh sebelum Anis Matta menjadi Presiden PKS. Buku ini menulis dialog ‘imajiner’ antara Anis Matta dan Ary Ginanjar Agustian. Semenjak itu, saya melihat ada satu “kelainan” pada sosok Anis Matta. Meski belum pernah berjumpa, sosok ini telah berbicara dengan gagasan yang melewati zamannya, khususnya terkait dengan strategi peradaban.

Sebagai seorang yang mencintai partai-partai Islam dan berharap mereka semakin baik dan menjadi harapan publik, sosok Anis Matta telah membuat saya optimis bahwa dengan Anis Matta bangsa ini telah kehadiran salah satu intelektual dan pemikir Islam yang juga pelaku di lapangan, yakni politisi.

Terkait “Dialog Peradaban” antara Anis Matta , Suherman di halaman 6-7 antara lain menulis: “Anis memiliki obsesi untuk mengatur Indonesia ini agar sesuai dengan desain Allah Swt. Untuk itu, ia memformulasikan strategi yang disebut ‘Tiga Langkah Peradaban’, yaitu afiliasi, partisipasi dan kontribusi.

Afilisasi adalah tangga awal dimana seseorang bergabung dan memperbaharui kembali komitmennya kepada Islam; menjadikan Islam sebagai basis identitas yang membentuk paradigm, mentalitas dan karakternya.  Dalam proses afiliasi ulang ini, kita memperbaharui komitmen kita dalam tiga hal. Pertama, komitmen akidah dan menetapkan tujuan dan orientasi ata visi dan misi kehidupan kita. Kedua, komitmen ibadah yang menentukan pola dan jalan kehidupan atau cara kita menjalani kehidupan. Ketiga, komitmen akhlak yang menentukan pola sikap dan perilaku dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Sementara partisipasi adalah tangga kedua dimana seorang muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya. Dari sana, ia kemudian melebur ke dalam masyarakat, menyatu dan bersinergi dengan mereka guna mendistribusikan kesalehan mereka. Dalam proses partisipasi ini, kita melakukan tiga hal, pertama komitmen untuk mendukung semua kebajikan dan melawan semua proyek kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Kedua, komitmen untuk selalu menjadi  faktor pemberi atau pembawa manfaat dalam masyarakat. Ketiga, komitmen untuk selalu menjadi faktor perekat masyarakat dan pencegah disintegritas social.

Dan kontribusi, adalah tangga ketiga, dimana seorang Muslim yang telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya berusaha meningkatkan efesiensi dan efektifitas hidupnya.

Sementara itu, Ary Ginanjar melihat ada tiga tahapan untuk membangun peradaban, yaitu pertama tahap spiritualitas dimana manusia dibentuk untuk menyadari siapa dirinya dan ini yang menurut Ary disebut sebagai era Gua Hira’. Yang kedua adalah tahap mentalitas dimana manusia dibangun mentalnya untuk memiliki komitmen spiritual. Tahap ini yang disebut sebagai era Mekkah. Dan ketiga yaitu tahap pembangunan sosial ekonomi ketika masyarakat diberdayakan secara ekonomi dan social dimana era ini dikenal sebagai era Madinah.

Oleh sebab itu, Suherman menulis kesimpulan di awal [hal: viii] tentang dua sosok ini: “Misi Ary adalah melakukan proses islamisasi dunia modern. Sementara Anis Matta, sebaliknya, berangkat dari Timur ke Bara. Dengan kata lain lain, Anis berupaya melakukan sebuah upaya modernisasi pemahaman terhadap nilai-nilai Islam”.

Barangkali, hanya sedikit dari elit politisi parpol Islam yang memiliki jalur berfikir tentang strategi peradaban yang demikian sistematis. Padahal, pola berfikir sistematis dalam dunia akademisi adalah bagian dari syarat dasar kapasitas seorang intelektual.

Dan Anis Matta bukan hanya pemikir, namun ternyata juga mampu merealisasikan pikirannya. Ia pandai menuli. Nampaknya, ia satu-satu Presiden partai yang cukup aktif menulis artikel di media massa. Kita semua mengenang kerja-kerja atratktif Anis Matta saat “menyelamtkan” PKS dari turbulensi politik. Dengan izin Allah, ia mampu memberi harapan  dalam situasi yang sangat sulit. Oleh sebab itu, kita berharap suatu hari ia akan kembali ke gelanggang politik nasional. Amiin.


Related

Sosok 5966134144364859174

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

Anonymous:

salut, sangat membantu saya dlm khazanah wawasan ilmuan. analisa bagus. diharapkan bisa menjadi penyejuk di kala umat kehilangan panglima atau kebinggungan mengikuti panglima yg sebenarnya panglima.

radio 80 meter band:

bangsa tum adalah rusia kalau amerika bangsa yahudi

Sandria:

sewa mobil di balisewa mobil di bali

Anonymous:

ya, silahkan Anisa Diyah...

Anisa diyah:

subhanallah .. izin share ustadz :)

item