Bangsa Rum dan Fenomena Politik Amerika
ilustrasi Oleh Teuku Zulkhairi Hidayatullah Online, 26 Desember 2016 ADA peristiwa menarik kemaren malam saat dalam voting di ...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2017/01/bangsa-rum-dan-fenomena-politik-amerika.html
ilustrasi |
Oleh Teuku Zulkhairi
Hidayatullah Online, 26 Desember 2016
ADA peristiwa menarik kemaren malam saat dalam
voting di DK PBB, dimana Amerika Serikat memilih sikap abstain terkait status
pembangunan pemukiman ilegal di tanah Palestina oleh Israel, yang artinya
Amerika secara tidak langsung menunjukkan dukungannya atas Palestina.
Dalam
Resolusi DK PBB yang di pelopori oleh Malaysia ini, Palestina akhirnya menang.
DK PBB pun secara bulat meminta agar Israel menghentikan pembangunan pemukiman
di wilayah Palestina yang mereka duduki. “Ini jelas bukan sebuah resolusi
menentang pemukiman, tapi resolusi anti-Israel, menentang negara Yahudi dan
masyarakat Yahudi,” kata Steinitz yang dikenal dekat dengan PM Israel Banjamin
Netanyahu sebagai dikutip Republika.co.id (Sabtu,
24 Desember 2016).
Pertanyaan
yang mungkin akan muncul dibenak siapa saja, benarkah Amerika mulai pro
Palestina, atau dengan kata lain, benarkah Amerika mulai pro umat Islam? Tentu
tidak mungkin mereka akan pro umat Islam.
Namun, untuk kita memahami fenomena
ini, terdapat Hadits yang menyatakan bahwa di akhir zaman umat Islam akan
berdamai dengan bangsa Rum sebelum kemudian Rum mengkhianati umat Islam dan lalu
umat Islam kembali berperang dengan Rum dan memenangkan pertempuran tersebut.
Pertanyaan
yang memiliki keterkaitan, apakah fenomena Amerika yang mulai meninggalkan
Israel memiliki korelasi dengan gejolak Suriah, yang dalam hadits –hadits
Rasulullah Saw disebut sebagai kawasan Syam?
Mari kita baca hadits tersebut:
“Kalian (kaum muslimin) akan mengadakan perdamaian
dengan Bangsa Rum dalam keadaan aman. Lalu kalian akan berperang bersama mereka
melawan suatu musuh di belakang mereka. Maka kalian akan selamat dan
mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang
rumput yang luas dan berbukit bukit. Maka berdirilah seorang laki laki dari
kaum Rum lalu ia mengangkat tanda Salib dan berkata, ‘Salib telah menang’. Maka
datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum muslimin, lalu ia membunuh laki
laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan terjadilah peperangan, dimana
mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera, dan di bawah tiap
tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara.” [HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah].
Hadits
ini menjelaskan bahwa antara umat Islam dengan Bangsa Rum akan dilakukan sebuah
perjanjian damai dalam keadaan aman. Tujuannya adalah sama-sama untuk memerangi
suatu musuh.
Jika
hadits di atas dan fenomena Amerika mulai meninggalkan Israel dalam isu
Palestina di atas kita tarik ke dalam gejolak yang terjadi di bumi
Suriah atau Syam, maka nampaknya memang sangat terkait. Sebab, Hadits
Rasulullah Saw menyebut bahwa Syam adalah lokasi peperangan akhir zaman.
Apalagi, jelas bahwa saat ini di dunia terdapat dua kutub kekuatan besar, yaitu
Rusia-Iran-China versus Amerika-Eropa.
Pertanyaannya
adalah, siapakah Rum dalam hadits di atas dimana umat Islam akan berdamai
dengannya? Dengan siapakah umat Islam akan berdamai, atau dengan kata lain,
siapakah yang dimaksud dengan Rum? Koalisi Rusia-Iran-China, atau
Amerika-Eropa?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, jika kita kaitkan Rum dalam hadits di atas dengan
Romawi yang juga disebutkan dalam hadits lainnya, yaitu Romawi yang Ibukotanya
di Roma (Italia/Vatikan). Sementara Italia saat ini berada dalam koalisi NATO
yang Amerika termasuk di dalamnya. Jadi, jawabannya Rum itu adalah koalisi
Eropa – Amerika. Sebab, koalisi Rusia-China sebagaimana dipahami adalah tidak
termasuk dalam blok NATO. Dengan kata lain, koalisi Rusia dan China bukan Rum.
Apalagi, Rusia yang terkenal sebagai negara komunis, begitu juga China, sama
sekali tidak merepresentasikan sebagai Rum yang dikenal sebagai kekuatan
Nasrani.
Jadi,
Rum yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah bangsa Eropa-Amerika. Dengan
mereka lah umat Islam akan berdamai. Pertanyaan berikutnya, siapakah yang akan
diperangi koalisi umat Islam – bangsa Rum ?
Jika memperhatikan dua blok dunia
saat ini, yaitu blok Eropa-Amerika dan blok China-Rusia, dapat disimpulkan
bahwa yang akan diperangi oleh koalisi umat Islam – Bangsa Rum adalah koalisi
China-Rusia. Apalagi, dalam gejolak Suriah, sangat jelas benturan dua blok ini.
Alasan lainnya, saat ini hanya koalisi NATO (Amerika/Eropa) yang memiliki
jumlah bendera terbanyak dibandingkan dengan koalasi Rusia-China. Jadi,
pernyataan hadits “..dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di
bawah 80 bendera”, hanya memungkinkan tergabung dalam blok
NATO. Jadi, jelas bahwa koalisi Rusia-China bukanlah Rum.
Oleh
sebab itu, bisa jadi, peristiwa Amerika yang meninggalkan Israel kemaren malam
dalam sidang DK PBB terkait tanah pemukiman Palestina yang dicaplok Israel,
bisa jadi akan menjadi awal ke arah menuju terbangunnya koalisi umat Islam –
Bangsa Rum sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas.
Mungkinkah
terdapat kemungkinan dibawah Donald Trump, Amerika akan lebih mempertimbangkan
bagaimana melihat dunia Islam dalam perspektif Turki sebagai suatu negara
muslim, sebagaimana dijelaskan seorang Jenderal Amerika yang menjadi penasehat
militer Trump beberapa waktu lalu?
Itu
artinya, dalam gejolak Suriah, umat Islam akan berkoalisi dengan Rum dalam
memerangi koalisi Rusia-Iran-China dimana umat Islam akan memenangkan
pertempuran tersebut. Lalu, Rum berkhianat, maka kembali terjadi peperangan
antara umat Islam dengan bangsa Rum, dan umat Islam akan kembali menang. Wallahu a’lam
bishshawab.*
Penulis Sekjend PW. Bakomubin Prov. Aceh
http://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwul-fikr/read/2016/12/26/108380/bangsa-rum-dan-fenoma-politik-amerika.html
bangsa tum adalah rusia kalau amerika bangsa yahudi
BalasHapus