Bangsa Rum dan Fenomena Politik Amerika

ilustrasi Oleh Teuku Zulkhairi Hidayatullah Online, 26 Desember 2016 ADA peristiwa menarik kemaren malam saat dalam voting di ...

ilustrasi
Oleh Teuku Zulkhairi
Hidayatullah Online, 26 Desember 2016

ADA peristiwa menarik kemaren malam saat dalam voting di DK PBB, dimana Amerika Serikat memilih sikap abstain terkait status pembangunan pemukiman ilegal di tanah Palestina oleh Israel, yang artinya Amerika secara tidak langsung menunjukkan dukungannya atas Palestina.

Dalam Resolusi DK PBB yang di pelopori oleh Malaysia ini, Palestina akhirnya menang. DK PBB pun secara bulat meminta agar Israel menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina yang mereka duduki. “Ini jelas bukan sebuah resolusi menentang pemukiman, tapi resolusi anti-Israel, menentang negara Yahudi dan masyarakat Yahudi,” kata Steinitz yang dikenal dekat dengan PM Israel Banjamin Netanyahu sebagai dikutip Republika.co.id (Sabtu, 24 Desember 2016).

Pertanyaan yang mungkin akan muncul dibenak siapa saja, benarkah Amerika mulai pro Palestina, atau dengan kata lain, benarkah Amerika mulai pro umat Islam? Tentu tidak mungkin mereka akan pro umat Islam. 

Namun, untuk kita memahami fenomena ini, terdapat Hadits yang menyatakan bahwa di akhir zaman umat Islam akan berdamai dengan bangsa Rum sebelum kemudian Rum mengkhianati umat Islam dan lalu umat Islam kembali berperang dengan Rum dan memenangkan pertempuran tersebut.

Pertanyaan yang memiliki keterkaitan, apakah fenomena Amerika yang mulai meninggalkan Israel memiliki korelasi dengan gejolak Suriah, yang dalam hadits –hadits Rasulullah Saw disebut sebagai kawasan Syam? 

Mari kita baca hadits tersebut:
 “Kalian (kaum muslimin) akan mengadakan perdamaian dengan Bangsa Rum dalam keadaan aman. Lalu kalian akan berperang bersama mereka melawan suatu musuh di belakang mereka. Maka kalian akan selamat dan mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit bukit. Maka berdirilah seorang laki laki dari kaum Rum lalu ia mengangkat tanda Salib dan berkata, ‘Salib telah menang’. Maka datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum muslimin, lalu ia membunuh laki laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan terjadilah peperangan, dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera, dan di bawah tiap tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah].

Hadits ini menjelaskan bahwa antara umat Islam dengan Bangsa Rum akan dilakukan sebuah perjanjian damai dalam keadaan aman. Tujuannya adalah sama-sama untuk memerangi suatu musuh.

Jika hadits di atas dan fenomena Amerika mulai meninggalkan Israel dalam isu Palestina  di atas kita tarik ke dalam gejolak yang terjadi di bumi Suriah atau Syam, maka nampaknya memang sangat terkait. Sebab, Hadits Rasulullah Saw menyebut bahwa Syam adalah lokasi peperangan akhir zaman. Apalagi, jelas bahwa saat ini di dunia terdapat dua kutub kekuatan besar, yaitu Rusia-Iran-China versus Amerika-Eropa.

Pertanyaannya adalah, siapakah Rum dalam hadits di atas dimana umat Islam akan berdamai dengannya? Dengan siapakah umat Islam akan berdamai, atau dengan kata lain, siapakah yang dimaksud dengan Rum? Koalisi Rusia-Iran-China, atau Amerika-Eropa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, jika kita kaitkan Rum dalam hadits di atas dengan Romawi yang juga disebutkan dalam hadits lainnya, yaitu Romawi yang Ibukotanya di Roma (Italia/Vatikan). Sementara Italia saat ini berada dalam koalisi NATO yang Amerika termasuk di dalamnya. Jadi, jawabannya Rum itu adalah koalisi Eropa – Amerika. Sebab, koalisi Rusia-China sebagaimana dipahami adalah tidak termasuk dalam blok NATO. Dengan kata lain, koalisi Rusia dan China bukan Rum. Apalagi, Rusia yang terkenal sebagai negara komunis, begitu juga China, sama sekali tidak merepresentasikan sebagai Rum yang dikenal sebagai kekuatan Nasrani.

Jadi, Rum yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah bangsa Eropa-Amerika. Dengan mereka lah umat Islam akan berdamai. Pertanyaan berikutnya, siapakah yang akan diperangi koalisi umat Islam – bangsa Rum ? 

Jika memperhatikan dua blok dunia saat ini, yaitu blok Eropa-Amerika dan blok China-Rusia, dapat disimpulkan bahwa yang akan diperangi oleh koalisi umat Islam – Bangsa Rum adalah koalisi China-Rusia. Apalagi, dalam gejolak Suriah, sangat jelas benturan dua blok ini. Alasan lainnya, saat ini hanya koalisi NATO (Amerika/Eropa) yang memiliki jumlah bendera terbanyak dibandingkan dengan koalasi Rusia-China. Jadi, pernyataan hadits  “..dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera”, hanya memungkinkan tergabung dalam blok NATO.  Jadi, jelas bahwa koalisi Rusia-China bukanlah Rum.

Oleh sebab itu, bisa jadi, peristiwa Amerika yang meninggalkan Israel kemaren malam dalam sidang DK PBB terkait tanah pemukiman Palestina yang dicaplok Israel, bisa jadi akan menjadi awal ke arah menuju terbangunnya koalisi umat Islam – Bangsa Rum sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas.

Mungkinkah terdapat kemungkinan dibawah Donald Trump, Amerika akan lebih mempertimbangkan bagaimana melihat dunia Islam dalam perspektif Turki sebagai suatu negara muslim, sebagaimana dijelaskan seorang Jenderal Amerika yang menjadi penasehat militer Trump beberapa waktu lalu?

Itu artinya, dalam gejolak Suriah, umat Islam akan berkoalisi dengan Rum dalam memerangi koalisi Rusia-Iran-China dimana umat Islam akan memenangkan pertempuran tersebut. Lalu, Rum berkhianat, maka kembali terjadi peperangan antara umat Islam dengan bangsa Rum, dan umat Islam akan kembali menang.    Wallahu a’lam bishshawab.*

Penulis Sekjend PW. Bakomubin Prov. Aceh

http://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwul-fikr/read/2016/12/26/108380/bangsa-rum-dan-fenoma-politik-amerika.html

Related

Tsaqafah 5122318924181342937

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item