Mengembalikan Peradaban Islam di Aceh

Salah satu benteng pertahanan umat Islam di masa Turki Usmani. Foto: google Oleh Teuku Zulkhairi Empat agama besar dunia saat in...

Salah satu benteng pertahanan umat Islam di masa Turki Usmani. Foto: google

Oleh Teuku Zulkhairi

Empat agama besar dunia saat ini memiliki peradaban yang kokoh yang memperkuat eksistensi ajaran agama tersebut. Kristen memiliki wilayah Eropa dan Amerika yang memperkuat peradabannya dengan Vatikan sebagai sentralnya. Budha memiliki negara China (RRC) yang terus bergerak menjadi negara Super Power secara ekonomi dan militer. Hindu memiliki Negara India yang terus maju dalam bidang pendidikan dan teknologi. Dan agama Yahudi yang memiliki negara Israel dengan ditopang oleh militer, ekonomi serta jaringan Zionisme di seluruh dunia.

Meskipun dewasa ini beberapa peradaban ini telah menampakkan kerapuhan fondasinya, namun tidaklah penting bagi kita orang Aceh membicarakan kelemahan sistem lain, tugas kita sebagai Muslim adalah memperkuat sistem Islam sehingga Islam mampu menjadi pemain utama sebagai guru dunia (ustaziatul alam) dengan cara membumikan sistem Islam dalam aksi-aksi lokal keAcehan. Mengkaji kerapuhan fondasi peradaban lain mungkin penting jika dimaksudkan sebagai upaya melihat kelemahan sistem buatan manusia untuk membuktikan kesempurnaan sistem Islam sebagai ciptaan Pencipta manusia sehingga kita semakin bersemangat dalam membangun Aceh bersama Islam.

Realitasnya hari ini, Islam meskipun merupakan salah satu agama terbesar di dunia, namun belum memiliki negara yang kuat yang mampu memperkenalkan Islam sesuai dengan wajah aslinya dengan cara yang. Alhasil, peradaban Islam masih tercerai berai semenjak Khilafah Islamiah di Turki ambruk pada tahun 1924 yang lalu. 

Beberapa Negara dengan mayoritas Islam memang sedang berupaya merintis kebangkitan Islam, seperti Turki, Mesir dan sebagainya. Seruan-seruan dan tuntutan untuk membangun negeri dengan cahaya Islam terus bergema di seluruh dunia karena sistem Islam diyakini oleh banyak ilmuan lintas agama sebagai solusi masa depan atas berbagai fenomena kehancuran peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan yang terjadi hari ini. 

Akhirnya, cahaya Islam terus menjadi kerinduan umat manusia meskipun opini publik tentang Islam terus menerus dibentuk secara negatif oleh media massa Barat yang pro zionis. Berbagai hasil penelitian menunjukkan persentase  muallaf di berbagai negara terus meningkat dan Islam dikabarkan menjadi agama yang tumbuh subur di negara-negara Barat.

Sampai di sini, kita bisa berkesimpulan bahwa “proyek” rintisan kebangkitan ini sepertinya terus mendapatkan hasil yang maksimal. Secara historistik, bahwa peradaban yang tadinya tenggelam akan selalu memungkinkan untuk bangkit kembali jika nilai-nilainya peradaban yang telah tenggelam tersebut digali kembali, didiskusikan dan direvitalisasi kembali oleh generasi mudanya. Disisi lain, secara teologis ini merupakan janji Allah bahwa dunia ini akan diwariskan kepada hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shalih.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku “ (Qs An- Nur: 55).

Pada titik ini, sebagai orang Aceh yang beragama Islam, kita harus terus menghidupkan diskursus pentingnya membangun Aceh dengan cahaya Islam. Mengapa? Karena tidak ada jalan kebangkitan bagi Aceh selain membangun bersama Islam dengan mengadopsi semua sistemnya secara totalitas. Tidak mungkin kita akan bisa membangkitkan kembali peradaban Aceh jika sistem dan konsepsi Islam sebagai agama yang kita anut tidak kita transformasikan dalam semua tatanan kehidupan kita. Membangun Aceh dengan cahaya Islam akan menempatkan posisi Aceh yang sejajar dalam deretan pergerakan dan arus kebangkitan Islam global.

Akan memperkuat posisi Aceh
Dalam sebuah diskusi dengan seorang Peneliti Turki, Dr Mehmet Ozay beberapa waktu lalu, ia berkesimpulan bahwa Aceh memiliki segala alasan untuk memimpin dunia Melayu Islam di Asia Tenggara. Secara ilmiah, kesimpulan peneliti ini sangat berasalan mengingat Aceh dalam sejarahnya memiliki posisi yang sangat strategis di dunia Melayu. Peradaban Melayu bahkan dikabarkan dilahirkan dari Aceh. Sebagai contoh adalah posisi Aceh dalam  bidang sejarah bahasa Melayu yang memungkinan Aceh bisa mengampil posisi penting dalam dunia Melayu, seperti dijabarkan oleh T.A. Sakti dalam artikelnya berjudul “Bahasa Melayu Pasai, Akar Tunjang Bahasa Nasional Indonesia” yang diterbitkan Harian Serambi Indonesia kerjasama dengan Balai Bahasa Banda Aceh (19/5 2013), bahwa “bahasa Melayu Pasai berkembang pada masa Kerajaan Samudra Pasai (1250-1524 M). Kerajaan ini amat berperan dalam penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah Asia Tenggara, seperti Melaka dan Jawa. Bersamaan berkembangnya agama Islam itu tersebar pula bahasa Melayu Pasai di wilayah tersebut melalui kitab-kitab pelajaran agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu Pasai sebagai pengantarnya”.

Ternyata, sistem Islam sangat kuat dan begitu identik dalam formasi bangunan kejayaan Aceh di masa silam. Kebesaran Aceh lewat bahasa Melayu sangat identik dengan Islam. Maka, posisi sentral Aceh seperti ini dalam sejarahnya sesungguhnya harus direvitalisasi kembali untuk kita jadikan landasan pembangunan Aceh hari ini dan masa depan. Dalam perspektif solusi akademis, ada banyak manuskrip Aceh yang hari ini masih berada di Aceh (seperti yang disimpan oleh Tarmizi A.Hamid) walau sebagian besarnya telah dicuri oleh penjajah Belanda dulu. Kajian-kajian manuskrip tersebut harus terus diperkuat kembali untuk mencari dan menemukan kembali jatidiri Aceh yang telah hilang. Kita berharap, pemerintah bisa berupaya mengembalikan manuskrip-manuskrip Aceh di luar negeri seperti Belanda. Tentu ini tidak sulit jika memang ada kemauan. Usaha revitalisasi sejarah ini akan mampu memperkenalkan kembali kebesaran Aceh di mata dunia, khususnya dalam skala regional dunia Melayu Asia Tenggara yang bisa katakan hari ini sedang berpusat di Malaysia.

Menuju agenda besar mengembalikan posisi sentral Aceh, pada saat yang bersamaan kita harus mampu menyelesaikan persoalan-persoalan “kecil” yang hari ini melilit kita sebelum kemudian Aceh memainkan perannya dalam skala regional. Lalu bagaimana cara konkritnya? Tentu saja dengan cara menggali kembali rumus-rumus, konsepsi dan solusi yang diberikan Islam agar kita lepas total dari segudang persoalan Aceh hari ini. Saya yakin, Islam akan mampu menjadi pemersatu dan stimulus pembangunan Aceh jika pemerintah berkomitmen kuat merujuk pada Alqur’an dan Hadits atas apapun persoalan yang mendera Aceh hari ini. Tentu kita optimis dengan cita-cita ini melihat adanya itikad baik pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf.

Solusi Islam atas persoalan Aceh
Dengan kesediaan Aceh hari ini harus merujuk total kepada sistem Islam dengan berbagai rumus-rumus pembangunannya, maka saya yakin posisi sentral Aceh akan bisa temukan kembali. Dalam konteks usaha perbaikan individu dan struktur sosial masyarakat Aceh, Islam telah memperkenalkan kepada kita nilai-nilai persaudaraan dan persatuan seperti Muhajirin dan Ansar, toleransi dalam menyikapi urusan khilafiyah fikh seperti yang ditunjukkan oleh para ulama mazhab, peduli kepada yang terzhalimi, saling menghargai, amanah, sederhana, jujur, berani mengatakan yang benar walau resikonya pahit, twadhu’, qana’ah, tidak ta’sshub, muhasabah atau intorspeksi diri, husnudhan/baik sangka, budaya tabayyun, budaya saling mengingatkan, saling ta’arruf sebagaimana yang dikatakan Abu Panton dalam bukunya sebagai upaya resolusi konflik (2008). 

Selain itu, kita juga perlu mempopulerkan konsepsi lain bagi pemerintah dan masyarakat seperti ‘ubudiyah(totalitas dalam penghambaan diri kepada Allah), mas’uliyah(pertanggungjawaban bukan hanya kepada manusia (pemerintah) tetapi juga kepada Allah Swt, serta rumus dan konsepsi lainnya yang terkandung luas dalam Alquran dan Hadits seperti konsepsi ekonomi Islam yang anti ribawi, pendidikan dan sebagainya untuk kita jadikan sebagai pedoman hidup dan referensi pembangunan Aceh hari ini.

Konsepsi Islam tersebut harus terus kita kaji, kita sosialisasikan dan kita bumikan di Aceh agar kita terus membangun menuju kejayaan bersama Islam serta menyelesaikan segudang persoalan Aceh pada saat yang bersamaan. Tanpa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan Aceh hari ini dengan sistem Islam seperti yang penulis sebutkan di atas, maka mustahil Aceh mampu berbicara pada tataran regional serta mengkampanyekan keindahan Islam dan kesempurnaan sistemnya. Bagaimana Aceh akan tampil sebagai pemain penting dalam isu-isu regional jika Aceh sendiri tidak mampu keluar dari kungkungan persoalan-persoalan lokal? Sampai disini, harapan kita agar apapun persoalan Aceh hari ini besar maupun kecil mestilah kita merujuk pada teori Islam dalam penyelesaiannya. Setelah itu, kita berharap pada saat yang bersamaan posisi Aceh semakin sehingga kita bisa memainkan peran kita dalam skala regional menyambut arus kebangkitan peradaban Islam secara global.

Mengutip analisa alm Dr Teuku Iskandar dalam bukunya: “Kesusasteraan Melayu Klasik Sepanjang Abad” yang dikutip T.A Sakti dalam lanjutan artikelnya, “Jika sebuah pusat kerajaan menjadi penting dari sudut politik dan ekonomi, kaum cerdik pandai dan pujangga-pujangga, baik dari dalam maupun luar negeri, akan bertumpu pada tempat itu. Dengan jalan demikian lahirlah sebuah pusat kebudayaan dan kesusasteraan. Munculnya pusat politik dan pusat ekonomi baru akan melemahkan pusat kekuasaan lama dan pusat kebudayaan akan tersebar ke sekitarnya dan dilanjutkan disana”. Tentu, kita optimis dengan cita-cita ini. Wallahu a’lam bishshawab.


Related

Ruang Politik 2279041274324930048

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item