"Kesalahan" Terbesar Turki-Erdogani Adalah Karena Membela Al-Aqsha
"Kesalahan" Terbesar Turki-Erdogani Adalah Karena Membela Al-Aqsha Oleh Teuku Zulkhairi Kita senantiasa menyaksikan ban...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2015/12/kesalahan-terbesar-turki-erdogani.html
"Kesalahan" Terbesar Turki-Erdogani
Adalah Karena Membela Al-Aqsha
Oleh Teuku Zulkhairi
Kita senantiasa menyaksikan banyak bukti otentik dan
valid yang menunjukkan bahwa siapapun yang ingin membela Al-Asha maka pasti
dihancurkan oleh plot-plot jaringan rahasia yang ingin mengendalikan dunia
secara power full. Jaringan rahasia inilah sesungguhnya yang mengatur
tatanan dunia. Namun, pion-pion lah yang dimajukan ke depan untuk misi
tersebut(menghancurkan siapapun yang membela Al-Aqsha).
Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal
Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha telah menjadi
rahasia umum masyarakat dunia. Haikal Sulaiman yang ingin dibangun di atas
reruntuhan Al-Aqsha nantinya mereka harapkan menjadi kiblat peradaban tatanan
dunia baru, dengan raja yang kita diperkenalkan oleh hadis-hadis Nabi Muhammad
Saw sebagaiDajjal menjadi rajanya.
Hanya saja, keinginan itu terhalang oleh karena janji
Allah Swt bahwa Al-Aqsha akan selalu ada yang bela, meskipun yang membela ini
justru juga dicaci oleh para muslim sendiri. Tidak banyak yang berani melawan
agenda besar ini. Negara-negara Arab yang mayoritas Muslim terbukti telah
menjadi penurut atas banyak agenda ini. Inilah yang disampaikan Rasulullah Saw
di masa hidupnya tentang sesuatu yang dikhawatikan beliau akan menimpa umat
Islam di akhir zaman, yaitu penyakit Wahn yang mendera umat Islam, yaitu
penyakit TAKUT MATI. Suatu penyakit yang secara otomatis akan menghilangkan
'iizah sebagai muslim. Takut mati muncul karena terlalu cinta kepada dunia dan
isinya, serta melupakan kampung abadi di akhirat nanti.
Hampir semua negara Arab tidak berani, kecuali Qatar
dan Arab Saudi baru dibawah Raja Salman. Saudi pun sungguh problematis,
meskipun Saudi memiliki Mekkah sebagaiKiblat umat Islam, namun rezim sebelumnya
justru telah membangun Istana Dajjal di Jabal Habsyi, terletak 12,5 km dari
kota Madinah Al-Munawwarah.
Sesuatu yang menunjukkan bahwa dukungan terhadap
tatanan dunia baru dibawah Dajjal bahkan telah menyentuh negeri yang menjdi
kiblat umat Islam ini, sekaligus membuktikan bahwa di negara ini terdapat
plot-plot pendukung Dajjal meskipun memakai simbol Islam. Inilah problem besar
umat Islam dunia yang telah terjadi sejak beberapa dekade silam.
Kendati demikian, qadarullah berlaku, setelah
meninggalnya Raja Abdullah, Raja Salman yang menggantikannya segera mencoba
merubah kebijakan politik Saudi Arabia, dan pro Al-Aqsha. Resikonya? Raja
Salman pun digoyang. Berbagai isu dimunculkan media Barat untuk
mendiskreditkannya. Tidak mudah menjadi pejuang Islam di akhir zaman. Seperti
yang diingatkan Rasulullah Saw di masa hidupnya, membela Islam di akhir zaman
adalah seperti Kita memegang bara api di lautan, membakar kita jika kita pegang
dan akan padam jika kita lepaskan. Begitulah beratnya resiko.
Fakta lain yang paling nyata adalah apa yang juga
telah terjadi di Mesir beberapa tahun silam. Baru setahun memimpin Mesir,
Muhammad Mursi dan organisasi Ikhwanul Muslimin dihancurkan rezim militer yang
disupport Israel dan Barat. Alhasil, HAMAS yang sedang mewakili umat Islam
untuk membela Al-Aqsha kembali sendiri.
Militer Mesir dibawah As-Sisi justru menjadi lebih
Yahudi dari Yahudi itu sendiri. Cobalah perhatikan, dimana nurani kemanusiaan
militer Mesir dengan tindakannya membuat pipa-pipa yang akan mengalirkan air
laut ke Gaza yang sempit da terisolir? Apakah mereka tidak tahu, bahwa umat
Islam di Gaza sedang dikepung disisi lain oleh Israel dan para pendukungnya
dari militer Arab?
“Kesalahan” Erdogan"
Nah, Turki Erdogani (Turki dibawah Kepemimpinan
Erdogan) saat ini adalah negara yang paling pro aktif membela mesjid Al-Aqsha.
Banyak bukti soal ini. Bahkan, dalam suatu forum Ekonomi Dunia di Davos,
Erdogan dengan sangat berani "menghajar" Shimon Peres. Sesuatu yang
tidak pernah berani dilakukan oleh pemimpin manapun selama ini.
Turki juga pernah mengirim armada Mavi Marmara untuk
misi pembebasan Gaza yang diblokade Israel. Tidak sampai disitu, Turki juga
membangun kembali infrastruktur Gaza yang dihancurkan bom-bom canggih Israel,
saat negara-negara lain hanya bisa melihat saja.
Dan patut dicatat, Turki baru beberapa saat lalu
menggelar pemilihan umum dini yang memenangkan AKParti, suatu partai
"Islamis" yang dididirikan Erdogan dan Abdullah Gul. Kemenangan
AKParti dalam pemilu terjadi setelah berbagai upaya plot-plot kejahatan gagal
menghadang kemenangan AKParti, oleh karena masyarakat Turki Islam yang sudah
sangat cerdas memahami peta politik dunia, serta posisi mereka sebagai pewaris
peradaban besar di masa lalu.
AKParti mampu meraih 50 persen lebih kursi di parlemen
Turki, suatu raihan yang jarang diraih oleh partai apapun di negara-negara yang
multi partai. Raihan ini, tentu saja semakin memperkuat Erdogan di dalam negeri
Turki, serta semakin memberanikan Erdogan bersuara secara lantang untuk mendesak
reformasi PBB oleh sebab badan dunia ini hanya diatur oleh lima negara, suatu
aturan yang telah menghadirkan berbagai malapetaka bagi kemanusiaan.
Plot-plot kejahatan tidak berhenti bekerja. Turki
telah secara nyata berpotensi menjadi semakin super power dibawah Erdogan.
Bahkan, Turki juga sedang menju Visi Turki Baru Tahun 2023 nanti, tepat pada
momentum 100 tahun kejatuhan Khilafah Islamiyah Turki Usmani. Turki baru
dipercayai berbagai kalangan akan merepresntasikan diri sebagai New Ottoman.
Untuk merealisasikan tujuan ini, Erdogan mengaku telah
menyiapkan kain kafannya, persis Sultan-Sultan Tukri terdahulu yang senantiasa
memakai kain kafan di kepalanya, yang membuktikan mereka bekerja untuk
kehidupan yang abadi.
Berbagai upaya menghadang laju Turki nampaknya terus
datang. Dan kini, Rusia nampaknya maju sebagai pion untuk hadapi Turki. Rusia
tahu Turki adalah negara berdaulat, namun tetap saja pesawat-pesawat pembunuh
mereka melanggar wilayah udara Turki. Apalagi tujuan manuver ini selain untuk menyeret
Turki dalam distablitas ekonomi dan politik?
Dan, Amerika, meskipun menjadi anggota NATO seperti
Turki, sudah bisa dipastikan sikapnya. Bahkan, Amerika juga bekerja di sisi
lain untuk menghadang munculnya Turki baru yang kuat Islamnya. Tukri tahu ada
tangan-tangan amerika di internal mereka yang menggangu stabilitas Turki. Jadi,
lawan memang tidak sedikit meskipun di antara lawan-lawan itu sendiri memiliki
kepentingan masing dan berbeda serta saling berseberangan.
Beruntung, sekali lagi, alhamdulillah Erdogan dan
Ahmed Davogtolu adalah pemimpin yang memiliki harga diri dan mau menjaga harga
diri negara Turki. Meski cacian atas upaya Turki menjaga harga diri ini tidak
hanya muncul dari orang-orang Rusia, Israel, dan non muslim lainnya, namun juga
muncul dari kalangan Sekuler, Syi'ah, Liberalis dan Hizbu Tahrir, termasuk yang
di Indonesia. Lucu kan, tentu saja rendah sekali mental orang-orang Islam yang
mendukung Rusia melanggar kedaulatan Turki.
Saya yakin, jika hari ini Belanda kembali menjajah
negara kita, maka org2 yang bermental seperti itu pasti akan menyambut Belanda,
serta mencaci siapa saja yang akan berjuang menjaga harga diri bangsa. Tapi...
Tidak usah kita hiraukan mereka. Biar sajalah. Kita do'akan Allah membuka hati
mereka, dan memberi kekuatan kepada kita semua untuk mampu bertahan atas setiap
celaan orang-orang yang suka mencela. Sebab, seperti dijelaskan dalam Alquran,
para pejuang Islam itu tidak takut kepada celaan, cacian, cibiran dan hinaan
(perhatikan: Surat Al-Ma'idah Ayat 54).
Percayakah anda bahwa Rusia sangat memungkinkan sedang
menjalankan perannya sebagai pion-nya Yahudi dan plot-plot rahasia yang sedang
menanti kemunculan Dajjal? Perhatikanlah catatan sejarah, bahwa suku Khazar di
Rusia adalah suku asli bangsa Israel modern. Suku Khazar yang asal Rusia adalah
mayoritas penduduk Israel saat ini. Koneksi suku Khazar Rusia dengan Israel
adalah nyata.
Jika masih juga belum percaya fakta ini ini, maka
lihatlah rekam jejak Yahudi dalam menghancurkan Turki Usmani. Kita akan
mendapati peran nyata Yahudi dalam menghancurkan Turki Usmani oleh sebab
kengganan Sultan Abdul Hamid II menyerahkan wilayah Palestina kepada Yahudi.
Islam melindungi agama, harga, jiwa, akal dan
keturunan
Plot-plot kejahatan kini sedang menggiring Turki dalam
kencah perang, saat dimana umat Islam masih bercerai berai. Saat dimana tidak
sedikit umat Islam yang mencampakkan Islam dalam satu sudut sempit karena
anggapan mereka bahwa urusan politik, eknomi, penjajahan kedaulatan adalah
bukan urusan Islam sehingga jika ada musuh Islam yang melanggar kedaulatan umat
Islam maka mereka akan berdalih bahwa itu adalah urusan ekonomi, bukan urusan
Islam.
Padahal, ajaran Islam memiliki tujuan (Maqashid
Syar'iyah) yang sangat fundamental da sakral. Islam memiliki orientasi melindungi
Agama, Jiwa, harta, keturunan, dan akal. Siapa saja yang merusak agama,
membunuh jiwa, merampok harta (SDA), menghapus keturunan dan merusak akal, maka
Islam akan mengumumkan perang terhadap mereka.
Lalu, siapakah yang akan memenangkan pertempuran ini?
Tentu saja mereka yang berada di atas garis haq. Dan umat Islam yang membela
Al-Aqsha adalah pertanda posisi mereka di atas jalan haq.
Marilah kita perhatikan ayat-ayat ini dan mari
membacanya lebih sering lagi:
وَقُلْ
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang
batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap. (QS.al-Isra’ :81). Cukuplah Allah Swt sebagai penolong bagi umat Islam.