Gerakan Keilmuan Tastafi
Abu Syeikh H Hasanoel Bashry HG (Abu MUDI) melantik Pengurus Pusat Majelis Pengajian dan Zikir Tasawuf, Tauhid dan Fiqih (Tastafi) Aceh pe...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2018/06/gerakan-keilmuan-tastafi.html
Oleh Teuku Zulkhairi
Kalau kita berbicara tentang harapan akan lahirnya kejayaan, maka tentulah syarat mendasarnya adalah ilmu. Sebagai umat Islam dimana bagi kita syarat kembalinya kejayaan adalah dengan kita kembali ke jalan Islam secara totalitas (kaffah), maka membumikan ilmu tauhid, tasawuf dan fikih di masyarakat merupakan prasyarat paling mendasar ketika kita ingin meraih kejayaan. Maka di sinilah gerakan memasyarakatkan ilmu menjadi sebuah kebutuhan yang sangat esensial.
Oleh sebab itu, gagasan
ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Hasanul Basry (Abu Mudi) yang
melahirkan Majelis Tastafi (Tasawuf, Tauhid dan Fikih) yang kini semakin
mengakar kuat di masyarakat Aceh merupakan hal yang patut diapresiasi
setinggi-tingginya. Tidak mudah membuat masyarakat tertarik kepada ilmu,
apalagi ilmu tasawuf, tauhid dan fikih yang mencakupi seluruh persoalan Islam
dan kaum muslimin, mencakup persoalan dunia dan akhirat sekaligus.
Kini, di berbagai
tempat tempat, setiap kali pengajian Tastafi diselenggarakan yang diasuh oleh
para ulama, kita akan melihat antusiasme masyarakat menyambutnya. Masyarakat
berduyun-duyun memenuhi setiap sudut lapangan dan ruangan dimana pengajian ini
diselenggarakan. Selain Tastafi, sebenarnya juga ada pengajian serupa lainnya
seperti Sirul Mubtadin, Majlis Ta’lim Asy-Syifa dan lain-lainnya
yang memiliki magnet kuat menarik jamaah dalam jumlah besar. Namun,
pengajian-pengajian tersebut memiliki kesamaan dengan Tastafi dalam muatan
materi dan para tokoh-tokohnya.
Pada intinya, dalam pengajian-pengajian
tersebut, masyarakat akan menyimak ulasan berbagai macam persoalan yang
sesungguhnya sangat mereka butuhkan untuk mengarungi kehidupan dunia dan meraih
kebahagian di negeri akhirat. Selain diasuh Abu Mudi, pengajian Tastafi sebagai organisasi tentunya juga diisi para
ulama lainnya, seperti Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop Jeunieb) yang
sangat digandrungi masyarakat, Tgk. H. Sirajuddin Hanafi Matangkuli, Tgk.
Abubakar Usman (Abon Buni), Abu Ishak Lamkawe, Waled Nu, dan sangat banyak
lainnya. Namun pengajian yang memiliki muatan tasawuf, tauhid fan fikih, tentu
saja diajarkan oleh semua ulama di Aceh dan para santrinya.
Pentingnya Tastafi
Kalau Islam
ditamsilkan sebagai sebuah bangunan, maka tauhid adalah fondasinya. Fiqh atau syari'ah
sebagai tiangnya, dan akhlak atau tasawuf sebagai atapnya. Bahasan keilmuan
tauhid berkaitan dengan cara kita mengenal Allah Swt, Zat Maha Agung yang kita
sembah minimal lima kali sehari semalam kehidupan kita. Bahasannya meliputi sifat-sifat
yang wajib pada hak Allah, yang mustahil dan seterusnya yang dengan itu
diharapkan kita semakin mengenal Allah Swt. Pemahaman tauhid seorang muslim
akan merubahanya menjadi pribadi yang transformatif, seorang pribadi yang akan
selalu merasa dalam pengawasan Allah Swt sehingga dalam kehidupannya ia akan
memberikan manfaat bagi sesama manusia.
Bagaimanapun,
seseorang yang mengenal Allah Swt, pastilah ia akan menjadi seorang muslim yang
baik karena dengan mengenal Allah yang diajarkan dalam ilmu tauhid, maka ia
akan mengenal dirinya sendiri yang lemah dan tidak memiliki apapun di dunia
ini, kecuali semuanya adalah milik Allah sehingga ia tidak akan menyekutukan
Allah Swt dengan sesuatu apapun. Dengan pribadi-pribadi yang memiliki kesadaran
semacam itu, tentulah akan membentuk tatanan masyarakat ideal yang
dicita-citakan Islam.
Jika ilmu tauhid membahas tentang
Zat Allah Swt yang menjadi fondasi bangunan keislaman seorang muslim, maka bahasan
tentang fiqh meliputi tiang-tiang Islam yang diawali dari perihal thaharah (bersuci), ibadah (shalat,
puasa dan sebagainya), jinayat (hukum
pidana), hudud, munakahat (pernikahan), mu’amalat (interaksi dengan sesama
manusia seperti jual beli, simpan pinjam, utang, perkongsian) dan seterusnya. Pada
intinya, pembahasan tentang fikih ini akan memberikan panduan yang jelas kepada
seorang muslim untuk bagaimana mereka melalui hari-harinya di dunia berdasarkan
petunjuk Islam.
Sungguh, Islam mengatur seluruh sendi kehidupan. Dari masalah
yang paling kecil sampai masalah yang paling besar. Dan seorang muslim yang
menguasai keilmuan fikih Islam maka ia akan melalui kehidupan dunia dengan
kemudahan-kemudahan dan keutamaan-keutamaan. Misalnya seperti ditegaskan oleh
Rasulullah Saw dalam hadisnya, “Barangsiapa yang dikehendaki sediakan oleh Allah, maka Allah
akan memahamkannya dalam urusan agama.” (HR.
Bukhari . Juga
banyak ayat-ayat yang menjelaskan keutamaan orang-orang berilmu. Misalnya ayat
berbunyi “Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (al-Mujadalah: 11).
Jika keilmuan fikh
membahas tentang “tiang-tiang Islam”, maka materi pengajian tentang tasawuf
berkaitan dengan sifat- sifat buruk yang mesti kita buang dari diri kita
seperti buruk sangka, iri dengki, sombong, takabur, syirik, dan seterusnya. Dan
dalam pengajian tasawuf juga dibahas sifat-sifat baik yang mesti kita miliki
seperti sabar, ikhlas, merasa cukup apa adanya, tidak cinta dunia, zuhud,
syukur dan seterusnya.
Sungguh, adalah hal yang begitu urgen masyarakat
mempelajari ilmu tasawuf, bukan? Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita dan
masyarakat kita tidak memiliki sifat-sifat baik tersebut? Bayangkan pula apa
yang akan terjadi jika kita tidak dan
membuang sifat-sifat buruk tersebut? Tentulah akan terjadi berbagai
kerusakan dalam sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pada intinya,
ilmu tasawuf akan merubah seorang muslim menjadi muslim yang baik yang
dicita-citakan oleh Islam.
Jadi, belajar ilmu tauhid,
tasawuf, dan fikih adalah mempelajari struktur "bangunan besar Islam"
yang tidak bisa dipisahkan antara satu dimensi dengan dimensi lainnnya. Saling membutuhkan.
Dan itulah yang disebut berislam secara kaffah. Jadi, mengkaji Tastafi adalah
mengkaji universalitas ajaran Islam. Mengkaji luasnya ajaran Islam yang
aturannya meliputi seluruh sendi kehidupan, dimana implementasinya insya Allah
akan memberikan kebahagiaan kepada seorang muslim, baik di dunia maupun di
akhirat.
Oleh
sebab itu, kita patut bersyukur sekali atas semakin kuatnya arus gerakan
keilmuan Tastafi di masyarakat Aceh saat ini. Sebab, bagaimana kita akan
berbicara kebangkitan Islam jika bangunan keilmuan Islam belum mengakar kuat di
masyarakat muslim? Tentu hal tersebut adalah utopia. Ketiadaan ilmu akan
menghasilkan kebodohan dalam memahami agama, dan kebodohan akan memperpanjang
kehancuran dan memperluas kerusakan. Maka kita berharap Majelis Pengajian
Tastafi yang diketuai yaitu Tgk H. Muhammad Amin (Ayah Cot Trueng) dan jajaran
pengurus lainnya dan telah dilantik di halaman Masjid Raya Baiturrahman oleh
Abu Mudi pada malam rabu kemarin (17 April 2018), ke depan akan semakin
memperkuat gerakan keilmuan Islam.
Apalagi, tujuan
didirikannya majlis zikir dan pengajian Tastafi secara kongkrit sebagaimana disebutkan
dalam anggaran dasar yaitu untuk menyampaikan dan membumikan ajaran Tasawuf,
Tauhid, dan Fikih berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah, dan melindungi dayah,
balai pengajian, majelis ta’lim, majelis zikir, dan masyarakat dari ajaran
sesat, liberalisme, sekularisme dan radikalisme, serta mewujudkan tata
kehidupan masyarakat madani. Dalam jabarab visi misi, dijelaskan bahwa Tastafi
diharapkan menjadi lembaga yang berfungsi mengkaji dan menyiarkan ilmu Agama
Islam yang berfaham Ahlussunnah waljamaah menuju penguatan ukhuwah Islamiyah
dan harmonisasi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
Misi Tastafi
yang lain yaitu menjalin ukhuwah Islamiyah dan musyawarah dalam membangun
hubungan antar dayah, balai pengajian, majelis ta’lim dan majelis zikir dengan
berusaha membangun budaya Islamiyah dan ilmiah, menumbuh kembangkan kesadaran
masyarakat dalam tata kehidupan dan berbudaya secara islami berdasarkan faham
ahlussunnah wal jama’ah. Dalam rangka mewujudkan visi misi dan tujuan
organisasi, juga telah dibentuk Lajnah Bahtsul Masail Tastafi yang beberapa
waktu lalu melakukan mubahasah ilmiah
di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry. Dengan semakin kuatnya gerakan
kelimuan ini, kita yakin Aceh akan terus berjalan mewujudkan mimpinya, menjadi
negeri yang Baldatun Thaibatun wa rabbun
ghafur. Semoga!
Teuku Zulkhairi, MA, Dosen
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Alumnus Dayah
Babussalam Matangkuli Aceh Utara. Tim Humas Tastafi Pusat. Email
abu.erbakan@gmail.com.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Gerakan Keilmuan Tastafi, http://aceh.tribunnews.com/2018/04/26/gerakan-keilmuan-tastafi.