Makna Isra’ Mi’raj Bagi Pelanggan Warungkopi di Aceh
Salah satu warkop di Banda Aceh. Sumber: http://www.bandaacehtourism.com/ Oleh Teuku Zulkhairi Tidak diragukan lagi, peristiwa Is...
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2016/03/makna-isra-miraj-bagi-pelanggan.html
Salah satu warkop di Banda Aceh. Sumber: http://www.bandaacehtourism.com/ |
Oleh Teuku Zulkhairi
Tidak
diragukan lagi, peristiwa Isra’ Mi’raj dalam sejarah Islam
merupakan peristiwa paling agung dan paling fenomenal dalam sejarah kenabian
Muhammad Saw. Peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi titik balik
kebangkitan ruhiyah Nabi Muhammad Saw setelah sebelumnya dilanda guncangan
dahsyat yang beliau hadapi saat menyampaikan risalah Islam. Sebelum
peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad Saw telah mengalami sederet
guncangan dahsyat bagipribadi beliau sebagai seorang
manusia.
Misalnya,
perlakuan sangat buruk yang beliau terima dari penduduk Thaif saat beliau bermaksud
menyampaikan risalah Islam di negeri tersebut. Begitu juga, beberapa masa
sebelumnya, isteri tercinta Rasulullah Saw, Khadijah r.a. dan pamannya yang
selama ini membela perjuangan beliau meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan,
tekanan fisik maupun secara psikologis oleh kafir Quraiys terhadap perjuangan
semakin berat.
Saat-saat
seperti ini, Allah Swt menguatkan hati Rasulullah Saw dengan perintah Isra’ Mi’raj yang
kemudian kita tahu ada pewajiban Shalat lima waktu sehari semalam bagi umat Islam. Artinya, perintah shalat sebagai salah
satu tujuan dari peristiwa tersebut merupakan solusi atas berbagai persoalan
yang dihadapi umat Islam dalam kehidupannya. Dan Rasulullah selama hidupnya
selalu melakukan shalat secara berjama’ah. Intinya, peristiwa Isra’Mi’raj seolah
menggambarkan bahwa perintah shalat merupakan jawaban atas sederet persoalan
yang dihadapi oleh Rasulullah, para sahabat dan umat Islam yang hidup saat itu.
Setelah
shalat diwajibkan, Rasulullah, sahabat dan umat Islam saat itu menjadi semakin
kuat dan teguh dalam berdakwah. Persatuan antar umat Islam pun semakin erat
dengan adanya praktek shalat berjama’ah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Akhirnya, risalah Islam terpancar ke seluruh penjuru bumi. Umat Islam menjadi
sangat kuat. Jazirah Arab yang tadinya tandus tak berperadaban akhirnya menjadi
mescusur dalam lapangan ilmu dan peradaban Islam.
Pada
titik ini, bagi kita masyarakat Aceh khususnya
dan umat Islam umumnya, poin shalat yang dikerjakan secara berjama’ah ini
menjadi bahasan paling penting yang harus kita kaji. Mengapa? Karena berkaitan
dengan Aceh kita hari ini yang sedang sakit.
Meski
kita sebagai umat Islam yang fanatik terhadap agama, namun ternyata ajaran
Islam semakin jauh dari kehidupan kita. Padahal, sebagai bangsa dan sebagai
umat Islam kita hanya bisa bangkit dan jaya jika kita kuat dalam merealisasikan
ajaran agama kita dalam praktek kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan
dengan akidah,‘ubudiyah, akhlak, maupun hal-hal yang berkaitan
dengan mu’amalah, sosial dan kemasyarakatan. Nyatanya, banyak yang
di antara kita hari ini tidak melaksanakan shalat sebagai salah satu kewajiban
paling inti dalam ajaran Islam. Shalat adalah bentuk peribadatan
tertinggi seorang Muslim, sekaligus merupakan simpol ketaatan totalitas
kepadaYang Maha Pencipta.
Shalat di Warungkopi
Bukan
rahasia lagi bahwa di warung-warung kopi di Banda Aceh khususnya dan Aceh umumnya jamaah
warungkopinya masih tetap nangkrong di sana meski azan sudah berkumandang.
Bahkan bukan itu saja, penulis pribadi sudah sangat sering melihat realitas
tidak opennya pelenggan warungkopi dengan seruan azan. Coba sesekali berlama-lama
di warungkopi sampai azan berkumdang dan sempatkan diri untuk shalat di
mushalla warungkopi tersebut.
Lihat
di sana muda-mudi Aceh dan bahkan orang tua, hanya sedikit yang beranjak dari
tempat duduknya untuk shalat saat azan dikumandangkan. Padahal, Rasulullah
telah mengabarkan bahwa Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak
ada ilah selain Allah & sesungguhnya Muhammad utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa ramadhan”. (HR.
Bukhari Muslim). Dan dari yang sedikit itu hanya sebagian kecil yang mau shalat
secara berjamaah. Lalu apakah realitas ini memiliki keterkaitan dengan kondisi
Aceh hari ini? jawabannya, sangat terkait!
Berbagai
ketimpangan yang terjadi di Aceh sudah seharusnya dikaitkan dengan banyaknya umat
Islam di Aceh yang tidak shalat (secara berjama’ah) dan serta banyak yang
shalat tapi hanya untuk main-main disebabkan karena tidak khusyu’ atau karena
tidak bersedia belajar tentang shalat secara komperhensif, urgensi,
syarat-syarat, rukun dan yang membatalkan shalat.
Warungkopi
harus kita akui serinngkali menjadi arena pertunjukan hamba-hamba Allah yang
tidak shalat. Tentu, kita berharap pemilik warungkopi menyadari hal ini dengan
cara minimalnya yaitu mengarahkan pelanggannya untuk shalat, bukan hanya dengan
menutup pintu warkop dan tetap menyediakan ruang bagi pelanggan yang tidak shalat.
Dengan
segudang persoalan Aceh hari ini, sudah seharusnya kita menjadikan shalat
sebagai media untuk memohon solusi dan pertolongan dari Allah Swt. Jika di
antara kita sendiri banyak yang tidak shalat, lalu kapan kita bisa meminta
pertolongan kepada Allah Swt bagi bangsa ini
agar keluar dari segudang persoalannya? Allah Swt telah
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).
Ayat ini membuktikan bahwa shalat merupakan
medium komunikasi dengan Allah Swt dalam rangka memohon pertolongan atas apapun
persoalan kita dan bangsa kita hari ini sehingga kita harus menjadikan shalat
kita sebagai momentum memperbaiki diri kita dari segala dosa sekaligus momentum
memperbaiki negeri ini dengan do’a-do’a kita. Disisi lain, “Tidaklah seorang
muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya & khusyu’nya
& shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama
dia tidak melakukan dosa besar. & itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR.
Muslim).
Jadi, jangan sampai kita menjadi orang yang
merusak agama dan negeri ini karena keengganan kita untuk shalat dan
mudah-mudahan saja kita termasuk orang-orang yang mendirikan agama ini dengan
shalat yang kita lakukan. Amiin
Note: Tulisan ini sudah dimuat di Harian Analisa, 7 Juni 2013 dipostkan ulang agar file tidak hilang