Makna Isra’ Mi’raj Bagi Pelanggan Warungkopi di Aceh

Salah satu warkop di Banda Aceh. Sumber: http://www.bandaacehtourism.com/ Oleh Teuku Zulkhairi Tidak diragukan lagi, peristiwa  Is...

Salah satu warkop di Banda Aceh. Sumber: http://www.bandaacehtourism.com/
Oleh Teuku Zulkhairi

Tidak diragukan lagi, peristiwa Isra’ Miraj dalam sejarah Islam merupakan peristiwa paling agung dan paling fenomenal dalam sejarah kenabian Muhammad Saw. Peristiwa Isra’ Miraj menjadi titik balik kebangkitan ruhiyah Nabi Muhammad Saw setelah sebelumnya dilanda guncangan dahsyat yang beliau hadapi saat menyampaikan risalah Islam. Sebelum peristiwa Isra’ MirajNabi Muhammad Saw telah mengalami sederet guncangan dahsyat bagipribadi beliau sebagai seorang manusia.

Misalnya, perlakuan sangat buruk yang beliau terima dari penduduk Thaif saat beliau bermaksud menyampaikan risalah Islam di negeri tersebut. Begitu juga, beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Rasulullah Saw, Khadijah r.a. dan pamannya yang selama ini membela perjuangan beliau meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, tekanan fisik maupun secara psikologis oleh kafir Quraiys terhadap perjuangan semakin berat.

Saat-saat seperti ini, Allah Swt menguatkan hati Rasulullah Saw dengan perintah Isra’ Miraj yang kemudian kita tahu ada pewajiban Shalat lima waktu sehari semalam bagi umat Islam. Artinya, perintah shalat sebagai salah satu tujuan dari peristiwa tersebut merupakan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam dalam kehidupannya. Dan Rasulullah selama hidupnya selalu melakukan shalat secara berjama’ah. Intinya, peristiwa IsraMiraj seolah menggambarkan bahwa perintah shalat merupakan jawaban atas sederet persoalan yang dihadapi oleh Rasulullah, para sahabat dan umat Islam yang hidup saat itu.

Setelah shalat diwajibkan, Rasulullah, sahabat dan umat Islam saat itu menjadi semakin kuat dan teguh dalam berdakwah. Persatuan antar umat Islam pun semakin erat dengan adanya praktek shalat berjama’ah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Akhirnya, risalah Islam terpancar ke seluruh penjuru bumi. Umat Islam menjadi sangat kuat. Jazirah Arab yang tadinya tandus tak berperadaban akhirnya menjadi mescusur dalam lapangan ilmu dan peradaban Islam.

Pada titik ini, bagi kita masyarakat Aceh khususnya dan umat Islam umumnya, poin shalat yang dikerjakan secara berjama’ah ini menjadi bahasan paling penting yang harus kita kaji. Mengapa? Karena berkaitan dengan Aceh kita hari ini yang sedang sakit.

Meski kita sebagai umat Islam yang fanatik terhadap agama, namun ternyata ajaran Islam semakin jauh dari kehidupan kita. Padahal, sebagai bangsa dan sebagai umat Islam kita hanya bisa bangkit dan jaya jika kita kuat dalam merealisasikan ajaran agama kita dalam praktek kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan dengan akidah,‘ubudiyah, akhlak, maupun hal-hal yang berkaitan dengan mu’amalah, sosial dan kemasyarakatan. Nyatanya, banyak yang di antara kita hari ini tidak melaksanakan shalat sebagai salah satu kewajiban paling inti dalam ajaran Islam.  Shalat adalah bentuk peribadatan tertinggi seorang Muslim, sekaligus merupakan simpol ketaatan totalitas kepadaYang Maha Pencipta.

Shalat di Warungkopi
Bukan rahasia lagi bahwa di warung-warung kopi di Banda Aceh khususnya dan Aceh umumnya jamaah warungkopinya masih tetap nangkrong di sana meski azan sudah berkumandang. Bahkan bukan itu saja, penulis pribadi sudah sangat sering melihat realitas tidak opennya pelenggan warungkopi dengan seruan azan. Coba sesekali berlama-lama di warungkopi sampai azan berkumdang dan sempatkan diri untuk shalat di mushalla warungkopi tersebut.

Lihat di sana muda-mudi Aceh dan bahkan orang tua, hanya sedikit yang beranjak dari tempat duduknya untuk shalat saat azan dikumandangkan. Padahal, Rasulullah telah mengabarkan bahwa Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah & sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa ramadhan”. (HR. Bukhari Muslim). Dan dari yang sedikit itu hanya sebagian kecil yang mau shalat secara berjamaah. Lalu apakah realitas ini memiliki keterkaitan dengan kondisi Aceh hari ini? jawabannya, sangat terkait!

Berbagai ketimpangan yang terjadi di Aceh sudah seharusnya dikaitkan dengan banyaknya umat Islam di Aceh yang tidak shalat (secara berjama’ah) dan serta banyak yang shalat tapi hanya untuk main-main disebabkan karena tidak khusyu’ atau karena tidak bersedia belajar tentang shalat secara komperhensif, urgensi, syarat-syarat, rukun dan yang membatalkan shalat.

Warungkopi harus kita akui serinngkali menjadi arena pertunjukan hamba-hamba Allah yang tidak shalat. Tentu, kita berharap pemilik warungkopi menyadari hal ini dengan cara minimalnya yaitu mengarahkan pelanggannya untuk shalat, bukan hanya dengan menutup pintu warkop dan tetap menyediakan ruang bagi pelanggan yang tidak shalat.

Dengan segudang persoalan Aceh hari ini, sudah seharusnya kita menjadikan shalat sebagai media untuk memohon solusi dan pertolongan dari Allah Swt. Jika di antara kita sendiri banyak yang tidak shalat, lalu kapan kita bisa meminta pertolongan kepada Allah Swt bagi bangsa ini agar keluar dari segudang persoalannya?  Allah Swt telah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).

Ayat ini membuktikan bahwa shalat merupakan medium komunikasi dengan Allah Swt dalam rangka memohon pertolongan atas apapun persoalan kita dan bangsa kita hari ini sehingga kita harus menjadikan shalat kita sebagai momentum memperbaiki diri kita dari segala dosa sekaligus momentum memperbaiki negeri ini dengan do’a-do’a kita. Disisi lain, “Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya & khusyu’nya & shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa besar. & itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR. Muslim).

Jadi, jangan sampai kita menjadi orang yang merusak agama dan negeri ini karena keengganan kita untuk shalat dan mudah-mudahan saja kita termasuk orang-orang yang mendirikan agama ini dengan shalat yang kita lakukan. Amiin


Note: Tulisan ini sudah dimuat di Harian Analisa, 7 Juni 2013 dipostkan ulang agar file tidak hilang

Related

Sosial dan Budaya 5553797430515303189

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item