Keberhasilan Umat Islam Terdahulu dalam Melawan Wabah



Oleh Teuku Zulkhairi
Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Peminat kajian peradaban Islam.
Dimuat di Harian Rakyat Aceh, 16 April 2020 

Umat manusia dalam sejarahnya sudah tidak asing lagi dengan Pandemi (Wabah). Dan sejarah itu menunjukkan bahwa manusia selalu bisa bertahan dengan izin Allah Swt, Sang Maha Pencipta. Itu artinya, pandemi yang dihadapi manusia di era modern ini dengan izin Allah Swt juga akan dimenangkan manusia.

Cepat atau lambat insya Allah manusia akan berhasil keluar dari gurita pandemi ini. Di level Aceh, secara turun temurun  kita mendengar kearifan lokal Aceh dalam melawan pandemi. Terlepas bahwa pandemi Covid-19 mungkin lebih serius dari yang pernah terjadi sebelumnya karena cepatnya proses penularan.

Namun pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa adanya kearifan itu setidaknya mengajarkan kita bahwa para endatu kita juga pernah berjibaku mempertahankan eksistensi manusia dalam melawan pandemi yang mematikan.

Selain itu, di Aceh khususnya, di masjid-masjid, dayah-dayah, meunasah-meunasah, kita seringkali mendengar do’a-do’a dipanjatkan. Do’a-do’a agar Allah Swt menjauhkan negeri-negeri muslim dari wabah seperti tha’un. Allahummadfa’ ‘annal bala’ wal waba’ dan seterusnya.


Itu artinya, selain upaya-upaya ikhtiar untuk melawan pandemi, juga terdapat sumber dan dorongan spiritualitas Islam dalam bagaimana masyarakat melawan pandemi.

Perpaduan berbagai proses ikhtiar dan pengharapan kepada Allah Swt melalui do’a-do’a inilah yang dilakukan oleh endatu masyarakat Aceh dalam menghadapi wabah. Hal seperti ini persis yang juga dilakukan Sahabat Rasulullah Saw, Umar bin Khattab tatkala beliau menjabat sebagai Khalifah Umat Islam.

Saat itu, Umar bin Khattab hendak melakukan perjalanan ke negeri Syam yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Gubernurnya yang bernama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Setelah berdiskusi di daerah Syargh, jelang masuk ke daerah Syam, Umar bin Khattab memutuskan untuk tidak masuk ke Syam. Hal ini disebabkan karena Syam diserang wabah.

Wabah yang menyerang Syam ini dikenal dengan nama “Tha’un Amwas”. Disebut Amwas karena merujuk suatu daerah yang menjadi pusat dan sumber wabah. Menurut sejumlah literatur, Amwas adalah daerah di antara Ramallah dan Baitul Maqdis di Palestina.

Bahkan, wabah ini juga menyerang Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sehingga beliau pun wafat. Abu Ubaidah adalah seorang sahabat Rasulullah Saw yang paling utama, salah satu panglima perang Islam yang disegani. Wafatnya Abu Ubaidah tentu merupakan sebuah perjalanan taqdir. Ya bahwa Allah Swt sudah menentukan beliau wafat karena wabah dan memperoleh pahala Syahid dengan penyakit yang dideritanya tersebut.

Rasulullah Saw menyebut dalam suatu hadisnya, bahwa seorang mukmin yang meninggal karena wabah maka dia akan memperoleh pahala syahid. Di sisi lain, dalam suatu hadisnya yang diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah Saw menyebut bahwa wafatnya seorang mukmin karena wabah merupakan rahmat dari Allah Swt kepadanya.

Memperoleh pahala syahid bukankah sebuah keutamaan yang besar? Maka tidak heran jika Rasulullah Saw menyebut bahwa seorang mukmin yang meninggal karena wabah maka itu adalah rahmat Allah Swt baginya. Begitulah Islam memberikan kita motivasi di satu sisi, serta bagaimana Islam mengajarkan kita untuk berikhtiar menjauh dari wabah di sisi lainnya.
Maka setelah Abu Ubaidah wafat, Umar bin Khattab pun segera mengangkat Amr bin Ash sebagai penggantinya. Meskipun para sahabat memahami betul bahwa terdapat pahala syahid bagi seorang mukmin yang meninggal karena wabah, namun bukan berarti orang-orang mukmin harus pasrah menjemput ajal karena wabah. Seperti dalam jihad melawan musuh  Islam yang dilakukan para sahabat misalnya.

Mereka diberitahu oleh Rasulullah Saw bahwa siapa yang meninggal dalam jihad fi sabilillah, maka dia syahid. Orang-orang yang syahid akan terus hidup disisi Allah Swt dan memperoleh rizki yang besar. Meski memahami keutamaan syahid ini, tentu para sahabat tidak akan berperang untuk kalah, tidak akan berperang untuk mati. Melainkan untuk menang.

Maka demikian juga dalam menghadapi wabah ini. Jika meninggal karena wabah maka orang-orang mukmin memahami itu sebagai peluang memperoleh pahala syahid. Namun, mereka harus menang melawan wabah untuk mempertahankan eksistensi manusia sebagai khalifah di atas muka bumi ini.

Maka tatakala Amr bin Ash menjabat sebagai Gubernur Syam, beliau pun mulai menjalankan solusi langit dan bumi. Solusi langit dimana mereka senantiasa menengadahkan tangannya ke langit meminta pertolongan Allah Swt.

Dan solusi bumi dimana Amr bin Ash pada saat itu melakukan sejumlah upaya untuk menghentikan penyebaran wabah. Amr bin Ash memahami wabah ini seperti api yang mencari bahan bakarnya. Jika bahan bakar terus disuplay, maka api akan terus membesar dan melebar.

Maka Amr bin Ash meminta umat Islam pada saat itu untuk berpencar, menjauh dari keramaian. Maka umat Islam pada saat itu berpencar-pencar ke gunung-gunung. Sehingga wabah ini pun berhenti menyebar sebab seperti api yang tidak lagi mendapatkan bahan bakarnya sehingga ia pun akan padam. Upaya Amr bin Ash ini membuahkan hasil sehingga bumi Syam pun terbebas dari wabah yang mematikan.

Saat ini, upaya semacam ini juga terus dilakukan meskipun dengan istilah yang berbeda-beda. Misalnya istilah “social distancing” atau menjaga jarak, baik di ruang yang lebih kecil misalnya di rumah masing-masing maupun dari keramaian. Jadi social distancing ini kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan oleh Amr bin Ash dahulu.

Sangat penting kita untuk mematuhi arahan pemerintah untuk menjaga jarak jika kita ingin cepat keluar dari bencana wabah ini. Semakin patuh masyarakat dan generasi muda kita untuk menjaga jarak sementara waktu maka insya Allah semakin cepat kita keluar dari wabah ini.

Dan untuk berhasilnya upaya ini, sangat dibutuhkan perhatian serius pemerintah untuk membantu bahan makanan pokok bagi masyarakat yang memubutuhkan. Bahkan dalam kondisi wabah pada dasarnya siapa saja bisa sekarat. Maka selain kita berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak, termasuk menjaga kebersihan dan memakai masker, kita juga tentu sangat berharap agar pemerintah Aceh dan pusat betul-betul dapat serius memenuhi hajat hidup masyarakat selama masa wabah ini.


Kesadaran masyarakat sesungguhnya sangat ditentukan oleh perhatian, motivasi dan dukungan finansial dari pemimpin mereka. Kesadaran masyarakat dan pemimpin dan disertai dengan do’a-do’a yang selalu dipanjatkan ini akan membawa kita keluar dari bencana wabah ini insya Allah. 

Oleh sebab itu, kita sangat berharap munculnya Amr bin Ash- Amr bin Ash zaman modern yang dipatuhi masyarakat oleh karena integritas mereka dalam memimpin. Pasca pandemi Covid-19 ini, mungkin kita akan memasuki tatanan dunia baru yang berubah. Negara-negara kuat akan berganti. Mungkin juga akan muncul adikuasa baru.

Kita melihat sejumlah negara dunia saat ini sangat aktif dalam membantu negara-negara lain melawan pandemi, seperti Turki dan China yang tentu saja akan disertai implikasi politik pasca pandemi. Kita rakyat Aceh dan juga sebagai bangsa Indonesia harus cepat keluar dari wabah ini agar dapat menempatkan diri kita sebagai entitas yang mampu survive dalam percaturan peradaban global. Wallahu a’lam bishshawab.

Related

Ramadhan 8050893632410571285

Posting Komentar Default Comments

emo-but-icon

Terbaru

Pesan Buku Klik Gambar

AMP code

Gerakan Santri Aceh

Karya Tulis

Karya Tulis
Buku

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban

Buku Syariat Islam Membangun Peradaban
Buku

Facebook 2

Populer Setiap Saat

Popular Minggu Ini

My Facebook

Comments

item