Keberhasilan Umat Islam Terdahulu dalam Melawan Wabah
https://jalanpertengahan.blogspot.com/2020/04/keberhasilan-umat-islam-terdahulu-dalam.html
Oleh
Teuku Zulkhairi
Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Peminat
kajian peradaban Islam.
Umat
manusia dalam sejarahnya sudah tidak asing lagi dengan Pandemi (Wabah). Dan
sejarah itu menunjukkan bahwa manusia selalu bisa bertahan dengan izin Allah
Swt, Sang Maha Pencipta. Itu artinya, pandemi yang dihadapi manusia di era
modern ini dengan izin Allah Swt juga akan dimenangkan manusia.
Cepat
atau lambat insya Allah manusia akan berhasil keluar dari gurita pandemi ini. Di
level Aceh, secara turun temurun kita
mendengar kearifan lokal Aceh dalam melawan pandemi. Terlepas bahwa pandemi
Covid-19 mungkin lebih serius dari yang pernah terjadi sebelumnya karena
cepatnya proses penularan.
Namun
pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa adanya kearifan itu setidaknya
mengajarkan kita bahwa para endatu kita juga pernah berjibaku mempertahankan
eksistensi manusia dalam melawan pandemi yang mematikan.
Selain
itu, di Aceh khususnya, di masjid-masjid, dayah-dayah, meunasah-meunasah, kita
seringkali mendengar do’a-do’a dipanjatkan. Do’a-do’a agar Allah Swt menjauhkan
negeri-negeri muslim dari wabah seperti tha’un. Allahummadfa’ ‘annal bala’ wal waba’ dan seterusnya.
Itu
artinya, selain upaya-upaya ikhtiar untuk melawan pandemi, juga terdapat sumber
dan dorongan spiritualitas Islam dalam bagaimana masyarakat melawan pandemi.
Perpaduan
berbagai proses ikhtiar dan pengharapan kepada Allah Swt melalui do’a-do’a
inilah yang dilakukan oleh endatu masyarakat Aceh dalam menghadapi wabah. Hal
seperti ini persis yang juga dilakukan Sahabat Rasulullah Saw, Umar bin Khattab
tatkala beliau menjabat sebagai Khalifah Umat Islam.
Saat
itu, Umar bin Khattab hendak melakukan perjalanan ke negeri Syam yang pada saat
itu dipimpin oleh seorang Gubernurnya yang bernama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
Setelah berdiskusi di daerah Syargh, jelang masuk ke daerah Syam, Umar bin
Khattab memutuskan untuk tidak masuk ke Syam. Hal ini disebabkan karena Syam
diserang wabah.
Wabah
yang menyerang Syam ini dikenal dengan nama “Tha’un Amwas”. Disebut Amwas
karena merujuk suatu daerah yang menjadi pusat dan sumber wabah. Menurut
sejumlah literatur, Amwas adalah daerah di antara Ramallah dan Baitul Maqdis di
Palestina.
Bahkan,
wabah ini juga menyerang Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sehingga beliau pun wafat.
Abu Ubaidah adalah seorang sahabat Rasulullah Saw yang paling utama, salah satu
panglima perang Islam yang disegani. Wafatnya Abu Ubaidah tentu merupakan
sebuah perjalanan taqdir. Ya bahwa Allah Swt sudah menentukan beliau wafat
karena wabah dan memperoleh pahala Syahid dengan penyakit yang dideritanya
tersebut.
Rasulullah
Saw menyebut dalam suatu hadisnya, bahwa seorang mukmin yang meninggal karena
wabah maka dia akan memperoleh pahala syahid. Di sisi lain, dalam suatu
hadisnya yang diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah Saw menyebut bahwa wafatnya
seorang mukmin karena wabah merupakan rahmat dari Allah Swt kepadanya.
Memperoleh
pahala syahid bukankah sebuah keutamaan yang besar? Maka tidak heran jika
Rasulullah Saw menyebut bahwa seorang mukmin yang meninggal karena wabah maka
itu adalah rahmat Allah Swt baginya. Begitulah Islam memberikan kita motivasi
di satu sisi, serta bagaimana Islam mengajarkan kita untuk berikhtiar menjauh
dari wabah di sisi lainnya.
Maka
setelah Abu Ubaidah wafat, Umar bin Khattab pun segera mengangkat Amr bin Ash
sebagai penggantinya. Meskipun para sahabat memahami betul bahwa terdapat
pahala syahid bagi seorang mukmin yang meninggal karena wabah, namun bukan
berarti orang-orang mukmin harus pasrah menjemput ajal karena wabah. Seperti
dalam jihad melawan musuh Islam yang
dilakukan para sahabat misalnya.
Mereka
diberitahu oleh Rasulullah Saw bahwa siapa yang meninggal dalam jihad fi
sabilillah, maka dia syahid. Orang-orang yang syahid akan terus hidup disisi
Allah Swt dan memperoleh rizki yang besar. Meski memahami keutamaan syahid ini,
tentu para sahabat tidak akan berperang untuk kalah, tidak akan berperang untuk
mati. Melainkan untuk menang.
Maka
demikian juga dalam menghadapi wabah ini. Jika meninggal karena wabah maka
orang-orang mukmin memahami itu sebagai peluang memperoleh pahala syahid.
Namun, mereka harus menang melawan wabah untuk mempertahankan eksistensi
manusia sebagai khalifah di atas muka bumi ini.
Maka
tatakala Amr bin Ash menjabat sebagai Gubernur Syam, beliau pun mulai
menjalankan solusi langit dan bumi. Solusi langit dimana mereka senantiasa
menengadahkan tangannya ke langit meminta pertolongan Allah Swt.
Dan
solusi bumi dimana Amr bin Ash pada saat itu melakukan sejumlah upaya untuk
menghentikan penyebaran wabah. Amr bin Ash memahami wabah ini seperti api yang
mencari bahan bakarnya. Jika bahan bakar terus disuplay, maka api akan terus
membesar dan melebar.
Maka
Amr bin Ash meminta umat Islam pada saat itu untuk berpencar, menjauh dari
keramaian. Maka umat Islam pada saat itu berpencar-pencar ke gunung-gunung.
Sehingga wabah ini pun berhenti menyebar sebab seperti api yang tidak lagi
mendapatkan bahan bakarnya sehingga ia pun akan padam. Upaya Amr bin Ash ini
membuahkan hasil sehingga bumi Syam pun terbebas dari wabah yang mematikan.
Saat
ini, upaya semacam ini juga terus dilakukan meskipun dengan istilah yang
berbeda-beda. Misalnya istilah “social distancing” atau menjaga jarak, baik di
ruang yang lebih kecil misalnya di rumah masing-masing maupun dari keramaian.
Jadi social distancing ini kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan oleh Amr
bin Ash dahulu.
Sangat
penting kita untuk mematuhi arahan pemerintah untuk menjaga jarak jika kita
ingin cepat keluar dari bencana wabah ini. Semakin patuh masyarakat dan
generasi muda kita untuk menjaga jarak sementara waktu maka insya Allah semakin
cepat kita keluar dari wabah ini.
Dan
untuk berhasilnya upaya ini, sangat dibutuhkan perhatian serius pemerintah
untuk membantu bahan makanan pokok bagi masyarakat yang memubutuhkan. Bahkan
dalam kondisi wabah pada dasarnya siapa saja bisa sekarat. Maka selain kita
berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak, termasuk menjaga kebersihan
dan memakai masker, kita juga tentu sangat berharap agar pemerintah Aceh dan
pusat betul-betul dapat serius memenuhi hajat hidup masyarakat selama masa
wabah ini.
Kesadaran
masyarakat sesungguhnya sangat ditentukan oleh perhatian, motivasi dan dukungan
finansial dari pemimpin mereka. Kesadaran masyarakat dan pemimpin dan disertai
dengan do’a-do’a yang selalu dipanjatkan ini akan membawa kita keluar dari
bencana wabah ini insya Allah.
Oleh
sebab itu, kita sangat berharap munculnya Amr bin Ash- Amr bin Ash zaman modern
yang dipatuhi masyarakat oleh karena integritas mereka dalam memimpin. Pasca
pandemi Covid-19 ini, mungkin kita akan memasuki tatanan dunia baru yang
berubah. Negara-negara kuat akan berganti. Mungkin juga akan muncul adikuasa
baru.
Kita
melihat sejumlah negara dunia saat ini sangat aktif dalam membantu
negara-negara lain melawan pandemi, seperti Turki dan China yang tentu saja
akan disertai implikasi politik pasca pandemi. Kita rakyat Aceh dan juga
sebagai bangsa Indonesia harus cepat keluar dari wabah ini agar dapat
menempatkan diri kita sebagai entitas yang mampu survive dalam percaturan
peradaban global. Wallahu a’lam
bishshawab.